Rabu, 27 November 2013

Tentang Penyakit Dompo

Pada dasarnya saya orang yang jarang sakit. Alhamdulillah..ini bukan sombong, sekedar ucapan syukur saja. Tapi Tuhan Maha Adil, walaupun jarang sakit, sekalinya saya menderita sakit biasanya parah dan sampai di rawat di rumah sakit. Sebagai contoh, tahun kemarin saya terkena sakit tifus dan itu disaat mendekati hari-hari persalinan anak pertama. Bisa dibayangkan menderitanya sehingga saya harus menjalani operasi cesar. Cerita lengkapnya ada di sini.

Nah setahun kemudian yaitu tahun ini, saya sakit lagi. Memang bukan penyakit yang membuat dirawat di rumah sakit, tapi ini penyakit yang lumayan membuat repot. Jadi, ceritanya sudah sekitar seminggu ini saya tidak lari. Sore itu saya memutuskan untuk lari  di lapangan dekat komplek perumahan. Lari sebentar saja karena sudah terlalu sore.

Malamnya menjelang tidur, saya merasa badan sakit-sakit dan sedikit demam. Saya berpikir ini disebabkan tubuh yang kaget karena sudah sekitar seminggu tidak berolahraga. Besok paginya saat badan sudah mulai membaik, di punggung ternyata muncul benjolan yang rasanya sakit sekali seperti digigit serangga. Saya segera mengoleskan minyak telon di benjolan tersebut tapi sampai sore sakitnya tidak juga mereda. Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum, pedih,dan sedikit gatal. Karena minyak telon tidak berhasil, saya pun beralih ke caladine lotion. Memang di kulit jadi terasa agak enakan karena dingin walaupun sakitnya tidak juga berkurang. 

Berbekal ilmu farmasi yang tersisa saat dulu bekerja di retail farmasi, saya buru-buru ke apotek. Saat itu saya masih berasumsi kalau saya digigit serangga. Saya pun membeli salep yang memang khusus untuk gigitan serangga. Sampai di rumah, saya oleskan salep itu di area benjolan. Sakitnya tidak berkurang. Nah, malamnya mungkin secara tidak sadar saya menggaruk-garuk daerah yang sakit dan gatal itu sehingga paginya sangat kaget ketika melihat benjolan yang tadinya hanya ada satu dan agak lebar itu sudah punya banyak teman berupa bintik-bintik yang menyebar ke sebelah kanan punggung dan membentuk pola garis yang tidak lurus. Tidak mau berlama-lama saya langsung mendaftar untuk bertemu dengan dokter kulit yang sudah senior. Saya dapat antrian pertama.

Saya masuk ke ruang dokter ditemani suami dan menyadari kalau dokter senior ini totally nyentrik. Rambutnya gondrong, beruban,dan di ruangannya banyak lukisan yang dia lukis sendiri (ini kata suami  yang sempat-sempatnya mengamati). Selain itu ada juga foto dirinya saat masih muda sedang nyengir dan memakai topi koboi. Begitu saya duduk, dia langsung bertanya keluhannya dan saya pun langsung curhat. Kemudian dia mau melihat benjolan beserta teman-temannya itu, dan berarti saya harus memamerkan punggung , agak risih memang tapi ini atas alasan kesehatan kan? Dia melihat sebentar daerah punggung , lalu langsung menulis resep. Sambil dia menulis, saya bertanya tentang penyakit ini. Dengan pasti dia menjawab Dompo. Hah? Sakit apa itu?

Jadi dompo itu biasa kita kenal sebagai herpes. Begitu saya menyebut herpes pasti yang terlintas adalah penyakit kelamin kan? Yah, ada benarnya juga. Salah satu penyakit yang menyerang kelamin itu namanya memang herpes juga. Yaitu herpes genital. Tapi virus yang menyerang herpes genital ini beda dengan virus yang mengakibatkan dompo atau cacar ular atau whatever you named it. Herpes genital disebabkan oleh Virus Herpes Simplex, sedangkan Dompu disebabkan oleh Virus Varicella Zoster. Virus yang sama yang menyebabkan cacar air. For your information saja, kalau virus varicella zoster ini saat kita sembuh dari sakit cacar air tidak benar-benar hilang dari tubuh kita. Hanya tidur. Nanti saat daya tahan tubuh terganggu, dia bisa saja bangun lagi dalam bentuk sakit dompo atau herpes.

Virus? Jadi menular ya? Iya menular, tapi menularnya tidak seheboh penularan pada cacar air yang sangat cepat. Dompo hanya bisa menular apabila kita terpapar dengan daerah yang terserang dan biasanya dompo muncul di tempat-tempat tertutup seperti punggung sehingga dapat meminimalisir penularan. Penularan itu pun ada masanya. Sekitar hari pertama sampai hari ke 3 dompo menyebar berbentuk bintik atau benjolan kemerahan dan biasanya menyebar ke satu sisi tubuh saja. Kemudian  bintik-bintik merah itu berubah jadi bintil-bintil berisi air yang gampang pecah mirip dengan cacar air sekitar hari ke-4 s/ 6. Setelah itu, bintil-bintil itu akan mengering menjadi bekas-bekas seperti bekas luka di hari ke-7 dst . Nah, tahap menular itu adalah saat bintik-bintik merah itu berubah jadi bintil-bintil berisi cairan yang rentan pecah. Jangan pernah menggaruk daerah yang terkena dompo sedikit pun karena hanya akan membuat area yang terkena semakin luas.

Jadi dompo hanya seminggu? Ya, seminggu itu minimal jika kita minum antivirus yang meminimalisir perkembangan virusnya dan mempersingkat waktu kesembuhan. Tapi kalau dompo dibiarkan saja tanpa diobati dengan alasan tidak mau minum obat karena anti zat kimia ya dompo bisa menyerang sangat lama. Dan jangan pernah meremehkan Neuralgin yang diresepkan oleh dokter karena ada waktunya rasa sakit di  daerah yang terkena dompu sangat luar biasa hingga tidak bisa tidur. Neuralgin sangat menolong jika sakit itu datang.

Oleh dokter kulit, selain antivirus dan neuralgin, saya juga diberi vitamin b-complex. Pemberian vitamin ini sepertinya dengan tujuan  meningkatkan nafsu makan saya sehingga daya tahan tubuh saya juga meningkat karena penyebab dompo ini biasanya karena kelelahan dan daya tahan tubuh yang menurun sehingga virus mudah menyerang. Sebagai obat topical/oles dokter memberi saya salep hydrocortisone, lumayan membantu untuk mengobati peradangan di kulit. Saya juga tidak lupa untuk menanyakan pantangan penyakit ini kepada dokter dan dokter  yang nyentrik ini menyuruh saya untuk menghindari terasi. Katanya, karena terasi mungkin dibuat dari ikan-ikan atau udang busuk yang malah nanti bisa memicu gatal lebih parah. Saya juga dimintanya untuk memperbanyak makan buah karena baik untuk regenerasi kulit agar  lukanya tidak meninggalkan bekas.

Setelah ke dokter, seminggu kemudian saya bebas dari dompo. Namun masih ada sedikit bekas di punggung yang sempat saya garuk dan saya oleskan macam-macam. Tapi nanti pasti hilang. Buat saya, yang terberat dari dompo itu adalah menahan rasa gatal untuk menggaruk. Kalau rasa sakit bisa dibantu dengan obat penghilang sakit, tapi gatal?? Menghadapinya, kalau saya menganggap itu sebagai ujian kesabaran saja, namanya juga cobaan. Mudah-mudahan dengan sabar, sakitnya bisa menjadi penggugur dosa. Aamiin...Kalau tidak bisa sabar, coba kompres dengan air dingin. Cukup membantu.

Cheating


A : Laki-laki macam Dion ini yang bisa membuat saya  tidak nyaman

B : Memangnya kenapa?

A : Terlihat bahagia bersama anak dan istrinya tetapi di belakang itu dia meminta perhatian kepada wanita lain. Dalam kasus Dion, sayalah wanita lain itu.

B : Bagian mana yang tidak nyaman?

A: Saya tidak pernah suka dikasihani
 
B : Apa hubungannya?

A : Istri Dion tidak tahu kalau suaminya mencari perhatian saya saat ini. Bagaimana menurutmu?

B : Kasihan istrinya

A: Itu maksud saya. Saya tidak mau jadi wanita yang dikasihani seperti itu.

B : Tapi dalam hal ini kan bukan kamu yang dikasihani, tapi istri Dion. Bagian mana yang tidak nyaman?

A : Saya juga punya suami. Saya tidak nyaman membayangkan kalau ternyata kita sangat mungkin tidak mengetahui kebohongan yang disembunyikan pasangan kita saat kita pikir semua telah berjalan sangat baik dan sempurna. Seperti istri Dion.

B : Kalau itu yang terjadi pasti akan sangat menyakitkan.

A : Tapi bukan rasa sakit itu intinya. Saya sudah bilang tadi kalau saya tidak suka dikasihani kan? Membayangkan saya dikasihani oleh orang lain atas kebohongan yang dilakukan pasangan saya dan saya tidak tahu apa-apa itu akan lebih mengusik saya dibanding rasa sakit dan kecewa karena suami saya tidak setia.

Kamis, 07 November 2013

Pergi

A: Nanti, kalau suatu hari nanti kamu menyakiti hatiku sangat dalam sehingga aku tidak mau lagi kita kembali walaupun aku masih cinta, maukah kamu melakukan satu hal untukku?

B: Apa?

A: Pergi

B: Itu saja?

A: Benar-benar pergi. Pergi dari hidupku. Ganti nomor hp mu. Ganti e-mailmu. Tutup facebook, twitter, dan apapun media sosialmu. Tutup semua aksesku untuk menjangkaumu.

B: Kenapa?

A: Karena semarah apapun aku pasti mereda kembali. Aku pasti akan mencarimu lagi. Aku akan memaafkanmu.

B: Lalu apa yang buruk dari itu?

A: Kita akan bersama lagi. Padahal aku tidak akan pernah bisa melupakan kesalahanmu. Hubungan kita berikutnya tidak akan pernah bisa sama. Tidak akan baik untuk kita. Aku akan terus menyakiti kita dengan ingatan akan kesalahanmu di masa lalu. Aku tidak mau seperti itu. Jadi jangan pernah biarkan aku memulainya.

B: Lalu bagaimana bila kita dipertemukan kembali?

A: Lari, menghindar, atau apapun itu. Pergi sampai aku tidak bisa meraihmu walau hanya untuk menyapa. Percayalah. Itu akan lebih baik. Itu akan menghemat waktu kita untuk maju. Berjanjilah padaku.

Setia

A: Jadi kamu percaya janji setia?
B: Ya..harus percaya
A: Kenapa harus?
B: Saya butuh sugesti kuat untuk percaya tentang sifat yang bukan nama tengahnya laki-laki. Kamu?
A: Tidak..tidak pernah, tidak akan pernah
B: Kenapa?
A: Setia itu hanya milik manusia langit
B: Sinis..
A: Mungkin, tapi setia dalam diri manusia pasti berakhir. Kalau tidak sekarang ya nanti. Setia sekarang, tidak nanti. Hanya masalah waktu.
B: Mungkin kamu hanya menutup mata. Terlalu sakitkah lukanya? Lihat di luar sana banyak janji setia yang ditepati.
A: Bukan ditepati.
B: Lalu?
A: Seperti saya bilang. Hanya masalah waktu. Mereka bisa bilang setia karena dua hal.
B: Apa?
A: Hanya jika belum teruji dan hanya jika teruji tapi godaannya beda frekuensi. Belum klop, belum cocok.





Kamis, 31 Oktober 2013

Kecewa itu Biasa


Dulu, orang beranggapan bumi itu rata..ternyata bulat, dulu kita dibilang keturunan monyet..ternyata bukan. Lihatlah, teori yang ratusan tahun umurnya ternyata bisa salah, padahal dulu juga ada science, dulu juga banyak orang pintar, dulu juga banyak ilmuwan..dan semuanya salah.

Dulu, ada seorang dai kondang. Dipuja masyarakat. Kalau dia ceramah di suatu tempat, pasti penuh.Kemudian dia diberitakan ada skandal dengan seorang wanita.Semua orang kecewa.Walaupun tidak tahu itu benar atau salah,popularitasnya turun.Ditambah beliau ikut-ikutanan terjun di dunia politik,simpati massa makin berkurang.

Kemudian ada lagi dai yang juga kondang. Rumah tangga harmonis. Anak banyak. Bisnis lancar.Ceramahnya enak didengar. Kemudian dia berpoligami. Tidak peduli itu dibolehkan oleh agamanya, masyarakat tetap kecewa. Popularitas turun,tempat bisnis sepi, dan dia mulai jarang kelihatan di tv.

Lalu, ada partai yang katanya partai Islam. Di awal kemunculannya masyarakat simpati dan berekspektasi tinggi terhadap sebuah partai "bersih". Apalagi di saat itu mereka yang paling responsif, kalau ada bencana, mereka selalu jadi yang pertama untuk menggalang dana dan kerja bakti. Ditambah kadernya banyak kyai. Orang-orang di dalamnya tampak baik budi. Tapi kemudian presidennya tersandung kasus daging sapi. Belum lagi banyak kader yang poligami. Tidak peduli  lagi untuk cari klarifikasi. Ibu-ibu langsung antipati. Masyarakat kecewa lagi.

Ternyata, kalau dipikir-pikir amat banyak kekecewaan kita terhadap dunia dan isinya ini.Kecewa dengan tokoh idola, kecewa dengan pasangan hidup, kecewa dengan anak, kecewa dengan teknologi, kecewa dengan sikap dai, kecewa dengan partai, kecewa dengan pemimpin, kecewa dengan sistem layanan, kecewa dengan asuransi, kecewa dengan mimpi, kecewa dengan diri sendiri. 

Mungkin kalau hal ini dipikir terus bisa bikin frustasi,bisa bikin bunuh diri.Namun, ternyata lihatlah kita masih bisa tegar berdiri walau banyak kekecewaan yang telah kita lalui. Mungkin ini karena kita punya hati yang kuat, yang semakin sakit maka ia semakin  bertambah kuat. Mungkin karena kita punya saudara dan kerabat yang telah diseleksi oleh waktu untuk terus menemani, memberi support, dan terus mengingatkan bahwa kita hebat. Tapi ini pasti karena kita punya punya Alloh. Alloh yang baik,yang tidak pernah membuat kecewa,yang selalu memberi yang paling baik,yang selalu membuat kita ingat kalau semua sudah jalanNya. Kecewa kita itu kecil kalau dibandingkan rencana indah-Nya untuk kita yang bertaqwa.

Senin, 21 Oktober 2013

Selamat Ulang Tahun, Zahir

10 Oktober 2013 kemarin anak saya Pranaya Zahir Harnadi  mengalami yang namanya ulang tahun pertama. Tidak ada tradisi merayakan ulang tahun di keluarga saya, begitu pula di keluarga suami saya. Kalau di keluarga saya hanya sebatas mengucapkan selamat ulang tahun di pagi hari yang sekedar lewat saja, atau kalau sedang tidak bertemu muka cukup lewat sms yang juga tidak terlalu wajib hukumnya. Jadi bagi kami ulang tahun ya memang bukan hari biasa tapi juga bukan hari yang terlalu istimewa. Budaya traktir dan kado itu kami kenal lewat teman-teman sekolah. Dulu waktu kecil kalau tidak salah saya pernah dirayakan ulang tahunnya. Tapi saya tidak ingat lagi bagaimana dan apa ceritanya. Hanya selembar foto saya dan gaun berwarna ungu yang bicara, itu pun tak banyak. 

Lalu di keluarga suami saya pun tidak familiar dengan perayaan ulang tahun, mereka hanya mengenal pemberian kado untuk yang berulang tahun. Tapi tidak berlaku untuk suami saya. Dia benar-benar tidak pernah berteman dengan budaya mengucapkan ulang tahun dan memberi kado. Ucapan ulang tahun untuk saya setiap tahunnya pun mungkin terpaksa demi menghindari muka cemberut seharian yang akan ditemuinya kalau dia lupa.

Jadi tahun ini adalah pertama kalinya Zahir berkenalan dengan ulang tahun. Dari keluarga saya hanya ucapan selamat ulang tahun lewat whatsapp untuk Zahir dikirimkan kepada mamanya ini. Dari teman-teman juga ada beberapa yang mengucapkan ulang tahun untuk Zahir, ditambah dengan doa. Aamiin...itu yang utama. Tidak saya sampaikan kepada Zahir karena pasti hanya dijawab dengan "gagagaga.."

Kebetulan saat ulangtahun kemarin, Zahir sedang menginap di tempat eyangnya (panggilan Zahir nanti untuk orangtua suami saya). Zahir pun berkenalan dengan budaya memberi kado untuk pertama kalinya. Walaupun saya yakin dia juga belum paham kenapa mainannya bertambah banyak di hari itu. Bunda-bundanya (panggilan Zahir nanti untuk kakak-kakak suami saya) datang di pagi hari dan menghadiahi Zahir dengan banyak mainan dan kue tart kecil. Semua tahu Zahir belum paham maksudnya, jadi ulangtahun pertama ini memang buat mamanya. Mamanya yang membuka kado, mamanya yang makan kue, mamanya yang asyik maen lego hadiah untuk Zahir hahahaha...sementara Zahir? Sibuk merangkak dan merambat kesana kemari. Tidak peduli dengan kamera handphone yang merekam aksinya. 

Btw, saya juga ikut memberi Zahir kado. Kado bikinan sendiri. Sebuah album foto yang isinya foto-foto perkembangan Zahir dari baru lahir sampai satu tahun umurnya. Ada ratusan foto Zahir yang tersimpan di Hp dan PC dan butuh semalaman untuk menyortirnya hingga menjadi sekitar 80 foto saja yang kemudian saya cetak dan tempel di album fotonya. Album foto itu berisi semua first moment Zahir, perkembangan Zahir dari bulan ke bulan, foto-foto Zahir bersama anggota keluarga yang lain, dan saya juga menulis caption di setiap fotonya dengan spidol berwarna emas (halaah...). Setelah jadi, album itu saya tunjukkan kepada Zahir, dia senyum-senyum melihatnya, walau saya juga tidak tahu makna senyumnya. Nanti, mungkin beberapa tahun lagi, saya akan menunjukkan lagi kepada Zahir album foto itu. Saat itu saya akan mengerti responnya... semoga masih ada waktunya. Aamiin...

Selamat ulang tahun Zahir. Walau mama dan papa tidak tahu apa yang harus dirayakan dari sebuah ulang tahun, tapi anggaplah kita merayakan setahun perjuangan adaptasimu terhadap dunia. Dari bayi yang kecil, lemah, hanya bisa menangis, begadang, dan menatap dunia dengan pandangan belum sempurna, sekarang menjadi seorang balita 9 kg yang kuat, mulai belajar berjalan, murah senyum, aktif dan mau tahu semuanya. Dan anggaplah juga kita merayakan setahun perjuangan mama papa menjadi orangtua yang awalnya sangat letih, pucat kurang tidur, teledor, tidak bisa mendiamkan bayinya yang menangis, tidak bisa menggendong bayinya dengan baik, mudah kesal, selalu takut salah langkah, sekarang menjadi orangtua yang...ah Insya Alloh lebih baik. Kita rayakan setahun kita belajar bersama..

Rumah Hijau Itu


Sekitar dua tahun yang lalu,saat saya dan suami sedang berjuang mencari tempat tinggal yg baik dan sesuai budget di Jakarta,hampir setiap hari saya membuka situs-situs properti untuk searching rumah yang sesuai harapan.Hampir setiap weekend juga saya dan suami mendatangi alamat-alamat rumah yang diiklankan tersebut untuk sekedar viewing.Sulit ternyata mencari tempat tinggal tetap dibanding mencari kontrakan. Mungkin karena ikatannya lebih kuat dibanding kontrakan yang bisa setiap waktu ditinggalkan tanpa kerugian yang terlalu besar apabila ada yang kurang berkenan.

Sedari awal pilihan saya dan suami memang mencari rumah di daerah Jagakarsa, Jakarta Selatan.Alasannya adalah selain karena tanah di daerah itu masih lumayan terjangkau harganya,lingkungan di sana pun berbeda dengan suasana kota Jakarta.Masih terasa suasana "daerah" nya menurut kami. Karena hal itu, jadilah setiap weekend kami menempuh perjalanan Kalibata-Jagakarsa yang lumayan jauh dan saya dalam keadaan hamil saat itu.Tapi itu menyenangkan. Merencanakan masa depan bagi seorang wanita memang selalu menyenangkan kan? Tak peduli seletih apapun fisik terasa.

Dalam pencarian  itu, banyak rumah yang sudah kami datangi,mulai dari rumah di perumahan,rumah cluster yang dibangun sesuai pesanan,rumah tua,rumah baru,rumah dijual cepat,rumah beserta ruko,rumah di gang sempit,rumah yang strategis,rumah girik,rumah dan isinya,rumah rusak yg harus dirombak total,rumah tetangga Gus Dur,rumah tetangga Asmiranda,rumah spooky,rumah pinggir sawah,rumah tanjakan curam,rumah jauh dari peradaban, dan masih banyak lagi jenis-jenis  rumah yang sudah kami datangi. Dari sekian banyak rumah yag kami pernah datangi,ada satu rumah yag sampai saat ini masih meninggalkan kesan mendalam.Rumah yg memberi pelajaran kepada saya dan suami tentang arti pilihan yang sebenarnya.

Rumah itu bernuansa hijau.Luasnya sedang saja tidak sampai 200meter persegi.Tapi pertama kali kami melihatnya, kami langsung jatuh cinta.Jatuh cinta dengan nuansa hijau yang didapat dari pagar rumah, keramik teras,dan tanaman hias di depan rumah.Jatuh cinta dengan kehangatan rumah yang mungkin didapat dari kehangatan pemiliknya yaitu Pak Haji dan Bu Haji.Pak Haji yg sangat ramah, Bu Haji yang sangat apa adanya dan blak-blakan.Jatuh cinta pada suara adzan dan lantunan ayat Al-Quran yang pasti terdengar jelas setiap hari karena letak rumah yang persis di depan masjid. Dan sayangnya jatuh cinta pada rumah yang harganya lumayan jauh di atas budget kami.

Tapi mungkin itulah cinta buta.Walau alasan kami jatuh cinta sangat mulia,tapi kami kurang berpikir.Tidak menakar, dan sedikit memaksakan.Layaknya manusia yang jatuh cinta pada pandangan pertama,kami juga begitu.Jatuh cinta pada rumah itu,pertemuan pertama langsung mengambil keputusan untuk men-DP.Luar biasa.Kenapa?Karena selama beberapa waktu ini kami sulit sekali mengambil keputusan.Namun setelah melihat rumah itu.Ting! Mendadak kami cepat mengambil keputusan.Batasan kami langgar.Batasan kemampuan.Padahal kami sadar ada prioritas lain yang harus kami tunda demi memaksakan kenginan kami memiliki rumah ini.

Namun di perjalanan pulang,kami berdua sama-sama terdiam.Merasa ada yang salah dan tidak pada tempatnya.Begitu cepat keyakinan dan semangat menggebu itu berubah jadi suatu keragu-raguan.Mendadak saya ingat akan sebuah quote yang saya sempat tulis di facebook beberapa tahun yg lalu.

"Saat kita merasa yakin akan suatu pilihan, ternyata tanpa kita sadari pilihan itu hanyalah sebuah jalan menuju pilihan yang lain. Begitu seterusnya sampai akhirnya kita berpikir kalau takdir adalah hasil dari banyak pilihan yang telah kita buat dalam hidup".

Jadi apa saat itu kami benar-benar yakin akan pilihan kami atau hanya sorak asa semata yang kadang buta akan keadaan.Seperti layaknya asa akan cinta? Sayang, kami tidak tahu bedanya.Tapi jika  saat itu kami memang benar yakin,lalu kenapa harus ada sunyi ini?Saling diam tak berbicara karena masing-masing sibuk merenung ulang.Apa keyakinan butuh perenungan ulang?Mungkin harusnya tidak.Apa keputusan yang dibuat dengan penuh keyakinan akan menimbulkan pertanyaan retoris seperti "Apakah ini keputusan yg benar?".Harusnya tidak menurut saya.

Menjelang tidur, kami pun berbicara tentang ini. Pillow talk.Mengeluarkan hasil perenungan di perjalanan pulang tadi.Hasilnya,kami tidak yakin.Kami terlalu memaksakan.Dengan penuh keikhlasan kami batalkan pilihan kami.Uang DP memang tidak kembali full.Tapi kabar baiknya ternyata hati kami menjadi lebih tenang.Tidak terbebani apapun lagi.Masih banyak waktu untuk mencari lagi yang lebih sesuai bagi kami. Saat itu saya menyadari, ternyata saat kita merasa yakin benar akan sebuah pilihan,bukan berarti kita tidak bisa berubah pikiran. Kerjanya hati itu misteri. Alloh lah Sang Pemilik Hati,Alloh lah Sang Pembolak-balik hati.Benci bisa menjadi cinta.Yakin bisa menjadi ragu.Namun semoga iman, istiqamah di jalan-Nya.

Kamis, 17 Oktober 2013

Apakah kita orang yang (merasa) baik?


Apakah kita merasa baik saat kita mentertawakan remaja bayaran yang joget-joget di TV untuk meramaikan acara musik di pagi hari karena kita berfikir mereka bodoh dan norak.

Apakah kita  merasa baik saat kita melirik sinis tingkah ABG yang riuh di jalanan ngobrolin gebetan karena kita merasa mereka konyol

Apakah kita  merasa baik saat kita menjudge bodohnya seseorang yang share masalah keluarga di social media karena kita merasa kita tidak akan melakukan hal itu

Apakah kita  merasa baik saat kita mencemooh postingan seseorang yang terlihat jelas untuk pencitraan karena kita tahu bagaimana dia sehari harinya

Apakah kita merasa baik saat mencela teman-teman yg tidak paham tentang suatu bidang karena kita merasa sangat menguasainya

Lalu

Apakah kita merasa baik saat menatap sinis teman-teman berpunuk unta dan jilbab kreasi karena jilbab kita sudah terbentang menutup dada

Apakah kita merasa baik saat mencemooh orang berpakaian seksi karena pakaian kita adalah gamis menutup "all body"

Apakah kita  merasa baik saat berghibah tentang teman yang sedang mengalami masalah rumah tangga karena merasa rumah tangga kita sempurna

Apakah kita merasa baik saat mencela gaya hidup mewah orang lain karena kita merasa kita yang sederhana adalah bukti menuruti ajaran agama

Apakah kita merasa baik saat melihat ibadah teman acak-acakan karena kita kira ibadah kita baik dan sempurna


Jika ya,apakah kita benar-benar orang BAIK? Atau hanya (merasa) BAIK

Kamis, 29 Agustus 2013

Solaria dan Sikap Cuek Konsumen

Pagi ini seperti biasa setelah cek-cek orderan dan transferan baju, saya  membuka socmed. Diawali dengan log-in ke facebook, lalu scroll-scroll, dan berhentilah mata sa di sebuah artikel yang di share teman saya tentang Solaria yang ternyata belum mendapat sertifikat halal dari MUI. Saya baca artikelnya disini. Saya search lagi dan akhirnya saya menemukan beberapa berita yang memastikan kalau Solaria memang belum mendapat sertifikat halal dari MUI.

Wow..saya lumayan kaget dengan berita itu. Solaria. Tempat makan yang punya cabang di banyak kota, yang punya banyak penggemarnya. Dan sialnya chicken gordon bluenya favorit saya. Kok bisa resto sekelas itu tidak ada sertifikat halalnya? 

Pada saat itu juga, saya menyadari kebodohan saya sebagai konsumen yang cuek, tidak mau tahu dan tidak cari tahu tentang halal haram makanan yang masuk ke perut ke saya. Saya terlalu yakin kalau resto besar dan sudah punya nama begitu pasti halal. Setelah baca berita itu, saya segera share di twitter. Ada beberapa respon kaget dari teman-teman. Ada juga teman  yang share artikel tentang Bread Talk dan JCo yang katanya juga belum memiliki sertifikat halal dari MUI. Tapi saya tidak cari tahu soal itu walau itu membuat saya bertambah kaget lagi. Seriously, saya sepertinya terlalu meremehkan hal haram halal ini. Saya terlalu yakin dengan kebesaran nama tempat makan itu sehingga tidak mau cross check lagi, padahal saya tahu halal haram itu tidak bisa ditawar.

Malamnya, saat sedang online, saya melihat timeline dari seorang selebtwit yang baru saja share tweet dari temannya. Inti dari share itu  adalah temannya tersebut menganggap lucu (bahkan bodoh katanya) publik yang gampang terpengaruh isu Solaria memakai minyak babi. Menurut logika dia, pekerja dan koki di Solaria itu ratusan, sebagian besar adalah muslim, mana mungkin mereka diam saja kalau ada yang mencampur minyak babi ke makanan. 

Menurut saya, dia naive. Banyak kejadian rumah makan yang walaupun tidak sebesar Solaria (tapi berdiri jauh lebih lama dari Solaria) yang ternyata ketahuan mencampur minyak babi atau menggunakan ayam tiren (ini pengalaman saya sendiri bisa dibaca disini ) padahal pelayannya, juru masaknya adalah muslim yang statusnya adalah pekerja lepas, tidak terikat kontrak sehingga gampang sekali kalau mau membocorkan rahasia tempat makannya. Tapi ternyata para pelayan dan koki itu tutup mulut sampai belasan hingga puluhan tahun kemudian baru terungkap setelah gonta ganti puluhan karyawan. Ini soal loyalitas atau juga bisa soal nafkah. Lalu apa tidak mungkin itu terjadi di Solaria? Mungkin saja...

Jadi logika hanya berperan sebagai  pendingin sementara di sini. Intinya adalah umat, masyarakat butuh jaminan dan kepastian dari lembaga yang kompeten dalam bidang tersebut dan jaminan itu berupa sertifikat halal dari MUI yang ternyata belum pernah diurus oleh pihak Solaria sejak pertama kali mereka beroperasi. Setelah muncul isu ini baru akhirnya pihak Solaria berjanji untuk mengurus segera sertifikat halal bagi restonya. 

See...ternyata kita masih sangat menganggap remeh soal halal haram ini. Saya sebagai konsumen malas bertanya  atau cari tahu tentang halal haramnya suatu tempat makan karena saya menganggap remeh.Saya yakin kalau semua makanan apalagi dengan pasar yang besar seperti Solaria, atau Breadtalk, atau J-CO itu pasti ada sertifikat halalnya karena ini di Indonesia gitu looh..negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Saya lalai...Pihak Solaria apalagi, sudah pasti mereka menganggap remeh soal sertfikat halal itu. Mereka sibuk ekspansi tempat usaha sebanyak-banyaknya. Tujuannya hanya profit dan profit. Lupa kalau ada kepentingan masyarakat yang tida bisa dianggap enteng disini. Pihak MUI selaku pihak yang kompeten seharusnya juga aktif. Solaria kan bukan usaha yang kecil. Muslim banyak yang makan di sini. Kecuali kalau sistem kerja mereka memang "menunggu bola". Siapa yang daftar, ya itu yang dilayani untuk mengurus sertifikat halal. 

Intinya saya rasa kalau semua mau aktif cari tahu dan tidak menganggap remeh perkara halal haram ini, tidak akan terjadi isu yang akhirnya membingungkan masyarakat seperti ini. Dan tidak perlu menyalahkan kompetitor atas isu tersebut karena cepat atau lambat isu seperti ini pasti akan bergulir. Lebih cepat justru lebih baik.Lebih cepat untuk memperbaiki diri.

Sahabat Itu...Seleksi Waktu

Pada akhirnya teman sejati adalah tentang seleksi waktu. Beberapa tahun yang lalu merasa punya banyak sekali teman. Tapi sekarang satu persatu dieleminasi waktu. Tidak selalu karena konflik, kalau saya malah lebih sering karena terpisah jarak. Kuliah di kota lain, bekerja di kota lain, sibuk dengan kehidupan yang lain, punya teman-teman baru yang lain, yang sayangnya semuanya menuntut kita untuk beradaptasi dengan mereka.

Intensitas komunikasi dengan teman-teman lama jadi berkurang,bahkan kadang hilang.Tegur sapa yang dulu lancar sekarang jadi hanya ala kadar. Saat bertemu yang dulu sangat akrab sekarang bisa jadi hambar.Lama-lama mau menyapa pun sungkan. Lama-lama seolah tidak saling kenal walau mata sudah bertabrakan.

Kadang ada perasaan kehilangan saat mengingat momen-momen dulu sangat dekat dengan sahabat-sahabat lama.Kadang saat rasa kangen akan momen-momen itu begitu kuat sehingga mencoba lagi untuk memulai silaturahmi yang merenggang itu. Menyapa duluan. Sapaan dibalas. Kemudian berlanjut saling bertanya kabar, saling bercerita tentang hidup masing-masing. Singkat saja karena terlalu panjang untuk diceritakan semua .Lalu sudah begitu saja. Kita akan lanjut lagi dengan hidup kita yang sudah tanpa ada mereka.

Niatan menyambung silaturahmi ternyata tidak membuat kita kembali akrab lagi.Mungkin jaraknya sudah terlalu jauh.Waktu tahunan sudah mengubah semua kesan, dan kenangan. Waktu tahunan sudah mengubah saya dan sahabat-sahabat lama menjadi berjauhan.

Kartu Lebaran, Riwayatmu Kini

Kemarin, di saat menjelang lebaran terlintas di pikiran saya kalau zaman bergerak terlalu cepat. Masih ingat rasanya bahagia saat gerbang rumah dibuka oleh pak pos membawa kartu lebaran. Entah untuk mama, papa, saya, atau adik tapi selalu ada secercah bahagia saat memegang amplop bertuliskan nama dan alamat tujuan yang ditulis tangan sang pengirim surat. Merasa sangat dekat,merasa sangat diingat. Belum lagi perasaan senang yang makin membuncah saat mulai membuka amplop dan melihat kartu lebaran seperti apa yang dipilih sendiri oleh orang di seberang sana yang ingin mengucapkan selamat hari raya. Melihat untaian kalimat  didalamnya yang kadang ditambah dengan pesan pribadi yang juga ditulis sendiri. Benar-benar membuat saya dan juga keluarga merasa istimewa. Lebaran menjadi penuh makna. Permintaan maaf sang pengirim kartu pun terasa begitu tulus karena saya merasakan juga ada perjuangan untuk menyampaikannya. Perjuangan memilih kartu, merogoh kocek untuk membeli kartu, memberi pesan pribadi yang ditulis
sendiri, mencari tahu alamat yang dituju, dan mengantar kartu ke kantor pos untuk segera dikirim ke alamat tujuan.

Bandingkan dengan sekarang dimana meminta maaf, mengucap selamat menjadi begitu mudah, begitu murah, begitu praktis, begitu gratis (kadang),dan begitu tidak personal. Mengetik pesan pribadi ucapan maaf dan selamat bisa copas dari teman atau hasil buah karya tahun lalu. Mengirim pesan pun berbarengan sehingga tidak sempat menyebut nama yang dituju karena satu pesan untuk puluhan bahkan ratusan nama. Lalu modal pulsa? Tidak banyak, karena provider banyak menawarkan promosi kirim sekian sms gratis sms sekian ratus. Sangat ekonomis. Bukannya tidak menghargai semua usaha itu, selama beberapa tahun yang lalu pun hal seperti itu setiap tahun selalu saya lakukan. Namun, saya hanya berpikir kalau zaman terus berjalan begini cepatnya mungkin beberapa tahun ke depan ucapan Selamat Hari Raya idul Fitri dan maaf lahir bathin benar-benar akan kehilangan maknanya.Hanya sekedar basa-basi belaka.Atau mungkin zaman itu sudah dimulai?

Minggu, 18 Agustus 2013

Cukup Dengan Hormat

Kalau menurutmu semua agama sama, harusnya kamu bisa bisa pilih agama yang kamu mau dengan capgoci
Kalau menurutmu semua agama sama, lalu kenapa kamu tidak coba masuk agamaku saja?
Tidak bisa? Tidak mau? Kenapa? Karena kamu pasti merasa agamamulah yang terbaik.

Saya pun begitu. Saya tidak pernah mau bilang kalau semua agama sama. Saya tidak bisa bilang kalau semua agama baik. Tidak bisa..tidak mau..karena menurut keyakinan saya, agama sayalah yang paling baik. Oleh karena itu saya tidak berpaling kepada Tuhan kalian yang lain, saya tidak men-Tuhankan yang lain, atau bahkan menghilangkan keberadaan Tuhan sama sekali.

Saya fanatik?Bukan. Saya tidak suka menimbulkan konflik atau kerusuhan yang serius. Saya hanya memegang teguh apa yang saya anggap benar. Saya tidak suka memperdebatkan keyakinan. Bagiku agamaku..bagimu agamamu. Ini soal yakin. Banyak hal yang tidak bisa dijabar akal tentang Ketuhanan .Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan kenapa. Banyak hal yang harus diyakini cukup dengan Allahu a'lam. Tapi ini memang bukan kerjanya akal. Hal-hal ghaib kerjanya iman. Iman jugalah yang akan terus menjadi benteng dari tiupan angin kemajemukan, serbuan globalisasi, dan guncangan liberalisme. 

Apa yang salah dengan kemajemukan? Tidak ada. Sikap kita terhadapnya yang kadang menimbulkan keriuhan baru. Kemajemukan itu perbedaan. Tidak bisa disamaratakan. Apalagi kemajemukan dalam beragama. Cukuplah dengan saling menghormati. Tidak saling mengkritisi, tapi tidak juga mengakui kebenaran keyakinan yang lain. Tidak mencaci, tidak membenci, dan tidak saling menyulut emosi karena siapapun tidak akan suka keyakinannya diusik. Kalau diusik pasti akan konflik. 

.....Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.....
(QS: Al-Maidah Ayat: 3)

Masa Lalu Sudahkah Berlalu?

Masa lalu...
Mengingatnya kembali karena rindu
Menghapusnya kembali karena tabu
Indah tapi mengingatnya membuat gundah
Tidak bagus dipikir  terus, takut ada yang tergerus

Dulu...
Ya, dulu itu memang milik kamu, kamu yang tidak cuma satu
Kamu dan cerita yang belum dimulai
atau kamu dan cerita yang belum selesai
Tentang kamu dan waktu yang dirasa terbuang
atau tentang kamu dan waktu yang dirasa kurang
Aku, kamu, dan rasa tak terbalas
atau aku, kamu, dan rasa yang tidak tuntas
Ada obsesi pada kamu
Ada emosi pada kamu yang lain

Mengingatmu di masa lalu...
Membuatku dulu terlihat payah dan sekarangku terlihat salah
Membuat kamu terlihat sempurna dan sekarangku kurang pesona
Membuat kamu terlihat bersinar dan sekarangku seperti kurang pijar

Tentang dulu...
kadang membuatku nyinyir, kadang membuatku mikir
kadang membuatku hancur, kadang membuatku bersyukur

Sudahkah berlalu?
Sudah kata waktu
Belum aku pikir..Buktinya kamu masih sering mampir
Tapi hanya untuk dikenang saat senggang
Kamu cuma bisa di belakang
Kamu cuma bisa mengikuti
Tidak bisa lagi memiliki
Tidak bisa lagi dimiliki
Tidak boleh hadir lagi di sini

Selasa, 30 Juli 2013

Cemas

Dulu, waktu saya kecil saya sering melihat mulut mama bergerak gerak cepat melafalkan doa saat papa belum pulang di jam seharusnya beliau sudah ada di rumah. Kadang sampai tengah malam mama masih terjaga  untuk menunggu papa pulang. Maklum, dulu papa memang kerja di luar kota. Butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke rumah dari kantornya karena jarak yang cukup jauh. Jarak itu menjadi semakin jauh karena belum ada telepon genggam atau alat komunikasi mobile lainnya.

Menunggu. Hanya itu yang bisa saya dan mama lakukan. Detik berubah jadi menit, menit berubah jadi jam. Sebagai seorang anak kecil, saya tidak pernah suka saat-saat menunggu papa. Cemas. Bertambah cemas karena merasakan juga kecemasan mama. Pikiran-pikiran buruk memenuhi otak. Adegan-adegan dalam tv berseliweran. Saya takut kalau tiba-tiba telepon rumah berdering dari polisi atau rumah sakit untuk mengabarkan hal buruk. Saya takut hal buruk terjadi di luar sana terhadap papa.

Sekarang, 20 tahun sudah berlalu. Teknologi sudah semakin maju dan canggih. Begitupun teknologi komunikasi. Berbalas pesan sangat mudah, telepon antar provider semakin murah, intinya jarak bukanlah masalah. Ingin tahu kabar seseorang tinggal hubungi nomornya, ingin bertatap tapi terhalang jarak bisa dengan skype atau yang lainnya. Lalu apa kecemasan seperti yang dulu dirasakan oleh saya dan mama saat menunggu papa pulang berarti sudah hilang? Ternyata tidak...

Buktinya mama masih sering cemas kalau adik saya belum pulang. Mama masih sering cemas kalau dulu saat kuliah di kota lain saya tidak ada kabar. Saya masih sering cemas kalau suami belum pulang di jam seharusnya sudah di rumah. Lalu apa mereka tidak punya telepon genggam untuk dihubungi? Punya, tapi ternyata hanya teknologi yang berubah..kecemasan itu tetap ada di sana. Tidak berubah.

Kenapa? Mungkin karena sekarang kita merasa semua terlalu mudah. Menghubungi orang rumah itu mudah, bisa nanti. Tidak mengangkat telpon dari orang rumah itu tidak masalah..bisa telepon balik nanti. Memberitahu kabar kalau akan pulang larut karena suatu hal itu mudah..bisa nanti. Tanpa kita sadari kalau ada orang yang menganggap keberadaan kita penting menunggu kabar di rumah. Dilanda kecemasan, kecemasan yang sama seperti saat telepon genggam belum jadi kebutuhan primer.

Sabtu, 27 Juli 2013

Bicara Lewat Foto : Situpatenggang Jawa Barat, Indonesia

Blog ini jarang banget upload foto. Penyebabnya adalah si blogger terlalu cerewet sehingga kadang lupa untuk upload foto dalam post-nya dan saat ingat untuk upload foto, si blogger ini terlalu males nyari file fotonya untuk disisipkan di dalam postingan. Tapi, untuk postingan kali ini dan mungkin beberapa postingan ke depan, akan ada banyak foto..malah mungkin ada beberapa postingan yang fotonya lebih banyak dari tulisan. Kenapa? Karena untuk postingan ini dan beberapa postingan ke depan, si blogger  mau upload foto-foto yang nyaris terlupakan ceritanya. Jadi biar foto-foto aja yang bicara. Tsaaah...Postingan kali ini tentang Situ Patenggang.

Situ Patenggang, terletak di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Saya ke sini tahun 2009 bersama seorang teman bernama Lukman yang sedang hobi-hobinya "jeprat-jepret".  Niat ke sini adalah untuk mencari objek foto yang bagus. Seperti biasa, saya hanya penggembira saja, tapi lumayan juga bisa dapat ilmunya. Bisa ikut difoto juga sih intinya.  

Saya dan Lukman ke Situ Patenggang naik motor, jadi kalau ada yang bertanya bagaimana cara akses ke Situ Patenggang naik kendaraan umum saya kurang paham. Mungkin link ini bisa membantu. Dari Kawah Putih ke Situ Patenggang, jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit saja. Perjalanan menuju Situ Patenggang dari Kota Bandung memang lumayan lama, hampir dua jam tapi kita tidak akan merasa bosan di jalan karena di sepanjang jalan mata kita disuguhi pemandangan hijau super keren berupa pohon-pohon besar, kebun strawberry, areal perkebunan teh Ranca Bali yang super luas, dan kawasan hutan pinus cagar alam Patengan yang adem.  Situ artinya danau, jadi objek wisata Situ Patenggang ini memang objek wisata danau. Cuma danau? Tidak..banyak yang lain. Let's see!



Mitos dan Sejarah Situ Patenggang
Sebelum ke foto-foto, baiknya saya cerita dulu nih tentang sejarah dan mitos dari Situ Patenggang karena sejarah dan mitos yang berkembang ini menjadi salah satu faktor daya tarik dari Situ Patenggang. Begini ceritanya..

Alkisah di zaman dahulu hiduplah sepasang kekasih bernama Ki Santang (Raden Indrajaya) dan Dewi Rengganis. Ki Santang merupakan keponakan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) dan Dewi Rengganis adalah putri dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat yang melibatkan Kerajaan Pajajaran dan Majapahit memisahkan kedua sejoli tersebut dan membuat mereka melalui kisah cinta yang berliku-liku, penuh rintangan, kepedihan,dan memilukan hati.Namun karena rasa cinta yang sangat dalam, mereka saling mencari. 

Saling mencari atau yang dalam Bahasa Sunda adalah "pateang-teangan"inilah yang menjadi asal mula nama Situ Patenggang (dikenal juga sebagai Situ Patengan ). Setelah saling mencari, akhirnya mereka dipertemukan kembali di sebuah tempat yang kini bernama Batu Cinta.Rindu dan cinta yang begitu mendalam, membuat mereka tak bisa menahan deraian air mata saat berjumpa kembali, bahkan air di Situ Patenggang ini dipercaya berasal dari air mata mereka ketika mereka menangis saat berjumpa kembali. Setelah berjumpa, Dewi Rengganis meminta  dibuatkan kapal kepada Ki Santang untuk berlayar bersama. Kapal inilah yang kemudian menjadi pulau berbentuk hati yang kini bernama Pulau Sasaka atau lebih dikenal sebagai Pulau Asmara.

Mitos yang dipercaya masyarakat adalah apabila ada pasangan yang berkunjung ke Situ Patenggang ini kemudian mengelilingi Pulau Asmara dan singgah di Batu Cinta maka kisah cinta mereka akan langgeng seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis yang kisah cintanya abadi hingga kini.

Begitulah sejarah dan mitos yang beredar di masyarakat hingga kini. Kemudian lanjut ke foto-foto ya...

Untuk masuk ke objek wisata Situ Patenggang, tiketnya dulu sekitar 4000 rupiah per-orang, sekarang sekitar 6.000 rupiah.Bila membawa mobil dikenai biaya tambahan sekitar 10.000 rupiah untuk biaya parkir.Nah, di sekitar Situ Patenggang ini ada banyak danau-danau kecil lain. Danau di gambar ini contohnya. Banyak warga yang mencari ikan di danau-danau kecil tersebut.Oiya, sebelumnya kawasan ini adalah cagar alam lho, baru pada tahun 1981 dibuka jadi kawasan taman wisata hingga akhirnya bisa kita nikmati sampai sekarang.
Nah, ini gambar Situ Patenggang. Danau ini sangat luas. Luasnya sekitar 45 Ha dengan kedalaman danau sekitar 3-4 meter. Dengan kedalaman itu , banyak ikan air tawar yang hidup di dalamnya (mujair, nila,mas,nilem,lele). Airnya sangat tenang. Nyaris tidak ada riak.

Di kunjungan pertama ke Situ Patenggang ini, saya dan Lukman tidak berkunjung ke Pulau Asmara ataupun Batu Cinta. Hanya sempat mengabadikan Pulau tersebut dari kejauhan. Bentuk hatinya memang tidak tampak, hanya akan tampak bila difoto dari atas atau kita mengelilingi pulau tersebut. Bila kita menyewa perahu dayung atau perahu motor biasanya kita akan dibawa mengelilingi pulau tersebut oleh supir perahu. Kita juga akan dibawa singgah ke Batu Cinta untuk sekedar berfoto-foto.


Ini adalah gambar Batu Cinta yang terkenal itu. Kalau lihat dari dekat akan kelihatan kalau di batu itu banyak coretan. Banyak yang mengukir nama di situ. Memangnya batu nisan? Jangan ditiru ya..


Well,memandang  kemanapun yang terlihat hanya danau yang luas dan pohon besar dimana-mana. Wajar saja karena luas total kawasan Situpatenggang ini 150 Ha. Jadi memang super duper luas dan hal inilah yang membuat orang akan betah berlama-lama duduk di pinggir danau yang dinanungi rindangnya pohon seperti yang dilakukan teman saya ini. Mencari inspirasi sambil  mengagumi kebesaran Sang Pencipta.

Untuk mengelilingi danau, kita bisa menyewa perahu dayung, perahu motor, atau bebek-bebekan. Biaya sewa perahu dayung sekitar 40.000 rupiah/orang, sewa perahu motor sekitar 200.000 rupiah/kapal, sedangkan bebek-bebekan sekitar 15.000 rupiah/orang.Biaya sewa bebek-bebekan memang lebih murah karena kita menggowes sendiri bebeknya. Harga di atas sudah di update ke tahun 2013 dan jangan lupa untuk menawar.

Yup,di sini juga ada bungalow untuk yang ingin bermalam. Tapi saya tidak sempat untuk menanyakan rate nya. Dari kejauhan kondisi bungalownya tampak  bagus, terawat, dan kelihatan bersih selain itu tidak perlu bingung  untuk mencari tempat makan, karena banyak penjual makanan berderet di sekitar area parkir dan di pasar.


Nah, ini yang saya sebut pasar.Letaknya di dekat danau. Banyak toko-toko yang menjual berbagai souvenir ataupun buah-buahan segar dan makanan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.


Dan akhirnya tiba waktunya bagi saya untuk meninggalkan Situ Patenggang. Hamparan hijau kebun teh,pohon pinus, ditambah lagi dengan udara yang dingin dan bersih serta matahari yang hangat pasti akan membuat saya kangen untuk berkunjung lagi ke sini. Damai dan menenangkan.













































































Sabtu, 20 Juli 2013

Pengkhianatan Ayam

Pernah ngerasa dikhianati?Rasanya gimana?Sakit? Pasti ya..
Gw juga pernah. Iya sakit. Kesel juga. Marah juga. Kecewa juga.
Tapi gw bukan dikhianati sama pasangan melainkan sama tukang ayam.Tukang jual soto ayam persisnya.Kok bisa?Ya bisa..gini ceritanya...
Dulu,waktu kuliah di Jatinangor.Gw punya sahabat dekat.Namanya Yenni.Gw dan teman-teman yang lain biasa panggil dia Uyen.Eh..gw jadi keingetan mau nulis tentang dia.Ntar deh, next post.Nah jadi gw sama uyen ini penyuka pedas.Bukan sekedar suka kayaknya tapi cinta..mungkin memuja tepatnya.

Nah, di Jatinangor ada sebuah tempat makan soto yang sangat terkenal.Gw tidak menyebutkan namanya untuk menjaga hal-hal yg tidak diinginkan.Tempat makan ini sebut aja Soto B,memang terkenal enak.Tempatnya bersih,pelayannya ramah,pelayanannya cepat,dan terutama sambelnya enak dan pedasnya pas.Pokoknya surga dunia buat gw dan Uyen.Harganya memang sedikit lebih mahal dibanding tempat makan lain,tapi kita rela saja.Buktinya hampir setiap hari gw dan Uyen makan di sana.Entah itu makan pagi,siang,sore,atau malam.Pokoknya sehari sekali itu wajib hukumnya makan di situ.Kalau sehari atau dua hari kita nggak makan di situ,berasa ada yang kurang.Tubuh langsung bereaksi. Lidah langsung ngebayangin kuahnya,sambalnya,empingnya,es mangga potongnya,daging ayamnya yang gede banget...glek..ini gw sambil nulis ngebayangin itu semua dan nelen ludah.Untung lagi nggak puasa.

Intinya..itu tempat makan juara dunia deh buat gw sama Uyen.Soto itu udah sejajar sama ngisi KRS pentingnya.

Nah lalu..beberapa tahun yang lalu gw lulus dari Unpad.Tahun 2009 tepatnya.Otomatis gw harus meninggalkan Jatinangor.Otomatis gw nggak bisa makan soto itu lagi tiap hari.Apalagi gw akhirnya dapet kerjaan di Jakarta.Makin jauh deh dari Soto B tersebut.Tapi bukan berarti gw rela begitu saja berpisah dari soto itu,sesekali saat libur kerja,gw ke Jatinangor buat ketemu temen-temen yang belum lulus,ngobrol-ngobrol,dan ya pastinya makan di Soto B.Uyen juga gitu walaupun nggak sama-sama ke sananya, tapi disempatin juga kayaknya beberapa kali untuk makan di sana. Bahkan, ada temen gw yang ekstrim.Dia juga kerja di Jakarta dan dia suatu hari pernah tuh pengen banget Soto B. Akhirnya dia nekat langsung ke Jatinangor hanya untuk makan di soto B terus pulang lagi ke Jakarta.Sadis..



Setelah kesibukan kerjaan menyita waktu,gw sudah nggak pernah lagi ke Jatinangor.Apalagi setelah gw nikah.Bener-bener nggak ada waktunya.Sampai suatu hari,datanglah kabar nggak enak dari temen gw yang ekstrim tadi.Dia bilang kalau soto B sekarang sudah tutup karena ketahuan kalau ayamnya menggunakan ayam tiren.Tahu ayam tiren kan?Nih kalau belum tau baca di sini.

My God!!Kaget sekaget-kagetnya dong.Itu udah kayak makanan pokok buat gw dulu di Jatinangor.Gw nggak terima.Gw pun cari tahu.Setelah searching kesana kemari, dapatlah gw cerita kalau berita itu bermula dari liputan di reportase tentang soto terkenal di Jatingor. Nama tempat memang disamarkan tapi orang-orang pada "ngeh" kalau ciri-ciri lokasinya sih Soto B banget.Denger-denger juga sampai ada police line segala di sana.Gara-gara itu semua they closed

Sampai sekarang gw nggak tahu kepastian berita ini,makanya gw nggak cantumin nama asli tempatnya di post ini karena gw nggak nonton sendiri reportasenya.Cuma sebatas katanya..denger-denger..kayaknya...tapi banyak juga yang meyakinkan gw akan kebenaran berita itu.

Shock?Pastilah.Gila ya..ngebayangin udah berapa kilo ayam tiren yang keluar masuk sistem pencernaan gw.Selain itu gw sakit hati banget sama yang punya.Gw merasa dikhianati.Padahal gw udah percaya untuk rajin makan di situ salah satunya ya karena bersih,eh..malah dikasih makanan kotor.Lebih dari itu,karena gw sering banget makan di situ,ada semacam kedekatan batin gitu dengan pelayan-pelayan di sana.Buktinya kalau gw sama Uyen masuk,tempat sambal yg isinya tinggal sedikit langsung diisi penuh (perasaan gw doang sih...).Belum lagi dulu gw dan Uyen pernah ketinggalan selembar foto yang isinya gaya-gaya alay kita berdua,terus para pelayan di sana dengan baik hati nyimpen foto itu buat dikasih ke kita lagi. Saat mereka nyerahin lagi foto itu ke kita, mereka pasti setengah mati nahan ketawa tapi dengan baik hatinya mereka pasang tampang "kita-nggak-liat-apa-apa".Walau gw tahu mereka pasti mau ngakak.Dan setelah semua yang sudah terjalin bertahun-tahun gitu kok bisa-bisanya mereka mengkhianati kepercayaan gw dan Uyen dengan ngasih kita ayam tiren. Kecewa berat.
Lepas dari itu semua, gw yakin pasti ada hikmah di setiap kejadian. Gw cuma mau berpikir positif aja. At least, karena kejadian ini gw jadi tau rasanya ayam tiren, dan ternyata ayam tiren enak saudara-saudara..Selain itu, kalau suatu saat soto B itu buka lagi tapi udah tobat dan nggak pakai ayam tiren lagi, gw tetap mau kok makan di sana. Ya..gw itu pemaaf kok.

Sabtu, 13 Juli 2013

Selamat Jalan Arif Beldwin J Sihombing

"Bukannya lupa kalau kematian itu hal yang paling rahasia..tapi kehilangan teman yg baik untuk selamanya,kapanpun waktunya pasti akan terasa terlalu cepat...Selamat jalan Arif Beldwin J. Sihombing"

(Kalimat itu saya tuliskan di status facebook yang sudah sangat jarang saya update beberapa jam setelah saya menerima kabar duka tentang kepergian seorang teman)

26 Juni 2013 yang lalu, kematian datang lagi. Kali ini menghampiri teman saya sewaktu di kampus. Kakak tingkat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran. Arif Beldwin J Sihombing namanya. Namun bukan FISIP yang menyatukan kami, melainkan sebuah organisasi kampus bernama KOMISI DISIPLIN FISIP UNPAD (KOMDIS FISIP UNPAD). Sebuah organisasi yang mempertemukan saya dengan Arif atau yang biasa dipanggil Cabul. Orang yang begitu muda, begitu ceria, begitu hidup....

Kematian Cabul  meninggalkan banyak duka. Maut menjemputnya di km 81 Tol Cipularang arah Bandung menuju Jakarta. Sebuah travel yang sedang hangat diperbincangkan karena kecelakaan berulang dalam beberapa bulan terakhir ini kembali mencatatkan kelalaiannya. Cititrans. Lagi. Korban. Lagi. Dan korbannya teman saya kali ini. (kronologis kecelakaan ada di sini)

Media sosial ramai bicara tentang ini. Hashtag 4Beldwin dan SafetyTransport berseliweran selama beberapa hari. Aksi damai di kantor Cititrans Bandung Jalan Dipatiukur pun dilakukan oleh teman-teman dari FISIP UNPAD dan KOMDIS FISIP UNPAD walaupun dengan hasil tidak memuaskan (baca liputan aksi di sini)

Sungguh, hari itu saya sedih. Cabul benar-benar orang yang baik. Dan sungguh hari itu juga saya terharu. Betapa solidaritas di dunia maya itu mengejutkan. Saat itu kita ada di saluran yang sama. Duka yang sama. Kehilangan yang sama. Seolah kita berada di ruang yang sama. Tidak saling mengenal tapi saling menenangkan. Tidak saling dekat tapi saling menguatkan. Itu mengharukan. 

"Liat segini ramenya orang ngomongin lo Bul. Lo bener-bener orang baik. Bangga bisa kenal dan jadi temen lo. Selamat jalan...@Beldwin"




Iya,kita tidak akan pernah tahu kapan akan berhadap muka dengan maut. Tidak akan ada yang tahu. Kapan? Dimana? Bagaimana? Tidak akan ada jawaban. Sampai saatnya kita sendiri yang akan menghampirinya di waktu, tempat, dan  cara sesuai dengan yang telah ditulis oleh Sang Pencipta. Setelah itu kita tidak akan tahu lagi. Siapa yang akan bersedih? Apa kepergian kita akan ditangisi? Atau kepergian kita justru disyukuri? Tidak akan tahu..dan tidak akan peduli lagi. Karena mungkin kita sudah memiliki kesibukan lain. Sibuk mempertanggungjawabkan dunia kita.

Sedikit perenungan untuk diri sendiri : "Sesungguhnya sebaik-baiknya nasihat adalah kematian"




Jumat, 12 Juli 2013

Perlukah Bermazhab?

Tadi sempat ngobrol dengan salah seorang teman. Ngobrol kesana kemari akhirnya malah ngobrol masalah mazhab. Dia bilang mazhab itu kayak paket praktis untuk hidup.Terus terang, soal mazhab ini dulu cukup menyita otak saya. Sekarang pun masih begitu. Pertanyaan seperti perlukah bermazhab itu sering muncul. Kalau memang perlu lalu mazhab apa yang harus saya ikuti? Bahkan di negara-negara muslim sendiri berbeda dalam hal mayoritas penduduk pengikut suatu mazhab tertentu. 

Dulu sekali, dalam pikiran saya ngapain sih ikut-ikutan mazhab atau aliran-aliran gitu. Kok kesannya Islam itu terpecah-pecah. Kenapa nggak berpatokan aja dengan ajaran Al-Quran dan Al-Hadis? Atau ikut aja dengan cara beragama yang sudah diajarkan sejak TK? Toh tanpa ikut-ikutan mazhab juga kan saya tetap menjalankan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Tapi semakin dewasa, saya mulai mengerti kenapa saya harus bermazhab dan belajar tentang mazhab tersebut. 

Kalau saya pribadi merasakan kebutuhan untuk bermazhab itu muncul saat munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai tata cara beragama. Semakin besar semakin saya sadar bahwa dari hal-hal yang sifatnya seolah sepele saja seperti berdoa atau tata cara shalat, tiap orang mempunyai praktek yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan pertanyaan di benak saya. Kenapa beda? Lalu apa acuan saya mengikuti tata cara yang ini? Guru agama sejak SD? Ajaran orangtua? Saya tidak bisa menjawab. Saat itu, kalau misalnya ada orang yang menjejali saya dengan paham yang melenceng dari yang saya pelajari dari kecil pun saya pasti akan manggut-manggut mengingat begitu awamnya pemikiran saya tentang beragama. Belum lagi soal tafsir hadis yang kadang sering dikutip orang untuk membenarkan atau mengharamkan suatu tindakan. Apakah hadis itu shahih? Itu pertanyaannya. 

Atas dasar hal tersebut saya pun mulai mempelajari mazhab.Sebenarnya, disadari atau tidak setiap orang yang berusaha memahami AL-Quran dan Al-Hadis pasti bermazhab. Jadi kalau saya bilang saya mulai mempelajari mazhab itu berarti saya mulai belajar mengenal macam-macam mazhab dan memilih mazhab  yang paling mempengaruhi saya untuk saya ikuti.Ya karena mazhab itu sendiri adalah cara untuk kembali kepada Al-Quran dan Al-Hadis, itu  yang akan membantu saya menemukan jawaban akan hal-hal yang tidak bisa saya tafsir langsung dari Al-Quran dan Al-Hadis karena keterbatasan ilmu. 

Apa kita tidak bisa hanya berpegang kepada Al Qur'an dan Al-Hadis saja? Bisa. Asal kita sudah berada di level istinbat dimana kita bisa mengistimbah sendiri  Al-Quran dan Al-Hadis itu (Jawaban itu saya peroleh dari sebuah blog yang sayangnya saya lupa sumbernya). Bagi kita orang awam itu pastinya akan memakan waktu mungkin seumur hidup kita. Jadi kenapa tidak kita percayakan kepada yang ahli? Yaitu para ulama terbaik yang dimiliki Islam. Ulama yang terdekat dengan kehidupan Nabi. Ada 4 mazhab yang dikenal luas di negara-negara Islam saat ini yaitu Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali. Di Indonesia mayoritas muslim memakai Mazhab Syafii, tapi perbedaan antara mazhab itu bukanlah hal yang berarti perpecahan karena tetap semuanya bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadis dan bertujuan memahami Al-Quran dan Al-Hadis agar sesuai syariah.

Lalu kalau sekarang muncul pendapat untuk kembali ke Al-Quran dan Al-Hadis dan tidak usah mengikuti mazhab itu bagaimana bisa padahal mazhab itu sendiri justru jalan untuk kembali ke Al-Qur'an dan Al-Hadis. Orang yang memilih untuk tidak bermazhab itu pun sebenarnya sedang membuat mazhabnya sendiri karena ia beribadah sesuai penafsirannya sendiri.

Buku, Waktu, dan Haru

Sebenarnya mau update blog ini tepat sehari setelah nulis "Inspirasi Masa Kecil..Noni" tapiiii..yah biasa. Suka lupa, suka males, suka-suka banget ngisi blognya. Jadiiii....yah baru sekarang bisa up-date. So, this is it..

Bandung,Mei 2008 (percakapan telpon dengan Tiko, teman lama yang tinggal di Semarang)

A (saya) : Lo tinggal di Semarang kan? 
T (Tiko)  : Iya
A :Tau Krapyak kan?
T :Tau
A : Karangayu?
T : Tau
A : Ada jalan Subali Makam di sana?
T : Belum pernah dengar. Emang kenapa sih?
A : Rumahnya Noni
T : Siapa? Temen?
A : Bukan, buku Noni.
T : Itu buku apa?
A : Petualangan anak namanya Noni temenan sama buron namanya Godek.
T : Bagus?
A : Seru,keren,udah baca dari kecil,masih disimpen sampai sekarang.
T : Komik?
A : Novel. Serial sih tapi cuma punya 1 buku aja yang judulnya Sandiwara Berdarah. Katanya mau dicetak ulang sama Gramedia tapi mau yang terbitan pertama tahun 1986 kayak yang gw punya.
T : Kenapa?
A : Biar ada nilai historynya aja. Soalnya bukan buku biasa. 
T : Kenapa?
A : Satu-satunya buku Noni yang gw punya itu,punyanya tante yang udah meninggal. Tante kesayangan. Buku kesayangan. Tokoh kesayangan. Hehe..
T : Udah cari kemana aja serial lainnya?
A : Waktu di Lampung udah ke toko-toko buku bekas nggak ada yang jual. Sekarang di Bandung udah cari kemana-mana juga nggak ketemu.Cariin di Semarang dong, siapa tau ada. Ya?
T : Iya.Insya Alloh
Bandung,beberapa hari kemudian (percakapan telpon lagi)
T : Udah cari kemana-mana tapi nggak ada Noninya..buku Bung Smas yang laen juga nggak ada.Susah ya nyarinya
A : Eh seriusan dicariin ya..hehe..Makasih
T : Lho,kemarin emang minta cariinnya nggak serius?
A : hehe...Serius kok. Cuma nggak nyangka aja serius dicariin.
Yogyakarta, Agustus 2008 (beberapa hari setelah jadi pacar)
A : Kita jadi ke Shopping kan?
T : Iya mau liat-liat contoh skripsi
A : Sekalian cari Noni ya
T : Iya..siapa tau ada
(setelah capek ngubek2 Shopping seharian tetep nggak menemukan Noni)
Jakarta, 2009 (gw dan Tiko sudah jadi penghuni Jakarta dengan status pekerja)
A : Kemaren kemana aja?
T : Kwitang,Senen ngubek-ngubek tempat buku bekas
A : Hah? Ngapain?
T : Nyari Noni.
A : Serius?
T : Iya,tapi nggak ada.Susah banget
A : Yaudah nggak papa..tar kalau jodoh juga ketemu.

Jakarta, 2009
A : Pas musuhan kemaren hari Sabtunya kemana?
T : Muter-muter aja..
A : Iya..kemana?
T : Tempat buku bekas
A  : Nyari Noni ya?
T : Apa lagi?
A : Hehe..terus ketemu?
T : Kalau yang terbitan baru kata abangnya ada.
A : Kalau mau yang baru, aku tinggal ke Gramedia aja
T : Iya makanya aku nggak beli. Yang terbitan pertama di sana nggak ada. Tapi aku udah ngasih nomor telpon ke abang-abang di sana.Katanya nanti dikabarin kalau ada.
A : Hah? Serius? Tar pasti dimahalin deh karena dikira kamu pengen banget
T : Emang pengen banget kok. Nggak papalah kalau masih bisa kebayar.
A : Tapi itu nggak cuma satu buku lho. Kan serinya banyak.
T : Ya abangnya juga nggak janji. Udah langka soalnya. Kalau Pulung malah ada kayaknya tadi.
A : Maunya Noni
T : Iya ntar diusahain kata abangnya
A : Makasi ya
T : Kenapa? Buat apa?
A : Udah serius mau cari Noni
T : Kalau ketemu pun nggak akan aku kasih ke kamu sekarang kali
A : Lah kok gitu?
T : Haha..ini terlalu sakral buat aku
A : Maksudnya?
T : Yah..terlalu sakral. Harus di moment penting ngasihnya.
A : Nggak ngerti..
T : Nanti, kalau Noninya ketemu, aku kasihnya pas married atau pas putus ya..
A : Dih aneh...lama..
T : Ya harus sabar..nyari Noni dari kecil aja sabar
A : Iya ya..iya deh. Mudah-mudahan ketemu.Mudah-mudahan ngasihnya pas married lah..jangan pas putus. Amit-amiiit *getok2 meja
T : Hehe..Iya amin
T : Tapi aku hebat ya
A : Kenapa?
T : Lagi berantem aja masih ngelakuin hal buat kamu.
A : Haha..Sombong.

Jakarta, 2010 
A : Tadi abis nulis tentang Noni di WIC
T : Apa tuh?
A : World Inspirational Contest..yang ngadain akun Aku Bisa di facebook. Disuruh nulis tentang tokoh yang menginspirasi kita gitu deh
T : Terus nulis tentang Noni?
A : Iya..kan inspirasi masa kecil tuh. Cara Bung Smas nulis juga kan punya pengaruh ke cara aku nulis.
T : O..terus buat apa? Dapet hadiah?
A : Nggak tau dapet hadiah apa nggak..cuma pengen share aja sih.Tulisan tentang Noni ini kan udah aku tulis dari dulu.Pas ada momennya buat share ya kirim aja.
T :Tumben ikut-ikut lomba gitu ngasih tau,biasanya diem aja. Kan katanya malu kalau tulisannya aku baca.
A : Soalnya butuh jempol
T : Hah? Apaan?
A : Iya di lombanya ada pemenang favorit juga.Nentuin pemenang favorit  dari jumlah yg terbanyak dikasih jempol. Makanya kasih jempol ya
T : Halah..halah..Iya yaudah.
A : Hehe..makasih. Sekarang  mau ngebajak fb-nya Adek Ica dan Ayie buat kasih jempol.

Bandar Lampung, 13 November 2011
Terdengar suara Master of Ceremony di sebuah acara pernikahan setelah ijab kabul dibacakan.
MC : Nah ini katanya dari suami ada yang mau diserahkan secara khusus ke istrinya
A   : (bingung)
T   : (ngasih kotak lumayan besar transparan)
A   : (kaget)
MC : Itu masnya ada yg mau diomongin soal hadiah khusus ini nggak?
T   : Iya.Em..saya tau Anggi suka baca.Dan ini buku yang sudah Anggi pengen banget dari kecil.Bukunya bagus, ada beberapa seri tapi maaf ini belum lengkap.Cuma ketemu beberapa yang terbitan pertama. Mudah-mudahan bermanfaat.
A   : (hening)
A   : Iya.Makasi Noninya mas..

Setiap orang punya momen paling indah untuk dikenang.Tapi buat gw,ini salah satu yang nggak bisa dilupakan. Menyadari seseorang menyiapkan bertahun-tahun pencarian untuk sebuah hadiah di hari pernikahan sesuai janjinya hanya untuk gw itu mengharukan. Dan ucapan terimakasih aja buat Tiko, gw rasa nggak cukup. Tapi mudah-mudahan tulisan ini cukup mewakili bahwa kado Noni itu indah, romantis, dan sakral. Yes..totally sakral.