tag:blogger.com,1999:blog-85539911602396505852024-03-05T16:43:55.545+07:00j.e.j.a.kNo one can tell your story, so tell it your self.
No one can write your story, so write it yourselfyenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.comBlogger165125tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-50046900867836722662022-06-04T20:00:00.004+07:002022-06-06T11:51:06.796+07:00Sedikit Catatan Setelah Menonton Dokumenter Netflix : The Minimalists : Less Is Now<p style="text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBkS4socD5DWljer2rSJu_1vWq-gYlsLtw54MmsHZsZSIjTtoHv8AuE3ir-savitNVmjys89IP-HwL2lM1mv4KP8wHSvqp_DBIjxR7nSwwaE-f9wESsmpVFpjy_pNKvWHamE-SjytdHuHDF3SStIYuW3WbdsZS89W-Vx7cn4vlQSw8ZVIQt_sRjFWj/s1280/minimalism.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBkS4socD5DWljer2rSJu_1vWq-gYlsLtw54MmsHZsZSIjTtoHv8AuE3ir-savitNVmjys89IP-HwL2lM1mv4KP8wHSvqp_DBIjxR7nSwwaE-f9wESsmpVFpjy_pNKvWHamE-SjytdHuHDF3SStIYuW3WbdsZS89W-Vx7cn4vlQSw8ZVIQt_sRjFWj/s320/minimalism.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>Sumber gambar : https://www.netflix.com/id/title/81074662</i></span></td></tr></tbody></table><br /><span style="font-family: verdana;"><br /></span><p></p><h1 class="title-title" data-uia="title-info-title" style="background-color: #181818; color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 24px; line-height: 30px; margin: 10px 0px;">The Minimalists: Less Is Now</h1><div class="title-info-metadata-wrapper" data-uia="title-info-metadata-wrapper" style="background-color: #181818; color: white; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 16px; margin-top: 16px;"><span class="title-info-metadata-item item-year" data-uia="item-year" style="color: #a3a3a3; display: inline-block; font-size: 14px; line-height: 18px; position: relative;">2021</span><span class="info-spacer" role="presentation" style="color: #a3a3a3; margin: 0px 4px;"> | </span><span class="title-info-metadata-item item-maturity" data-uia="item-maturity" style="color: #a3a3a3; display: inline-block; font-size: 14px; line-height: 18px; position: relative;"><span class="maturity-rating" style="display: inline-block;"><span class="maturity-number" style="border: 1px solid rgb(161, 161, 161); padding: 0px 5px;">13+</span></span></span><span class="info-spacer" role="presentation" style="color: #a3a3a3; margin: 0px 4px;"> | </span><span class="title-info-metadata-item item-runtime" data-uia="item-runtime" style="color: #a3a3a3; display: inline-block; font-size: 14px; line-height: 18px; position: relative;"><span class="duration">53m</span></span><span class="info-spacer" role="presentation" style="color: #a3a3a3; margin: 0px 4px;"> | </span><a class="title-info-metadata-item item-genre" data-uia="item-genre" href="https://www.netflix.com/id/browse/genre/2243108" style="background-color: transparent; color: #a3a3a3; display: inline-block; font-size: 14px; line-height: 18px; position: relative; text-decoration-line: none;">Film Dokumenter</a></div><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Sebagai orang yang isi keranjang belanjaan <i>onlinenya</i> saja sudah 99+ dan hobi nyimpen artefak a.k.a barang-barang masa lampau, nonton ini sama rasanya kayak baca buku Marie Kondo, merasa ditampar bolak balik. Memberi kesadaran bahwa iklan berusaha sangat keras untuk terkesan begitu memahami kita lalu meyakinkan kita untuk membeli lebih banyak barang karena merasa sangat membutuhkannya. Padahal tidak.</span></p><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Butuh keteguhan hati di tengah bombardir <i>ads</i> untuk mengerti bahwa apa yang ditawarkan tidak selalu cocok dengan apa yang kita butuhkan karena jika tidak, kita akan benar-benar terjebak dalam semesta keinginan yang tidak terbatas hingga kita tidak lagi paham apa yang benar-benar penting, <i>"...buying things that you don't really need, with money you don't really have, to impress people you don't even really like."</i></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Belum lagi tumpukan barang sentimental yang tidak juga berani kita lepaskan karena <i>historynya</i> dan menganggap bahwa kita menyimpan kenangan di sana padahal benda-benda itu mungkin tidak pernah kita akses lagi selama bertahun-tahun lamanya. Membuktikan bahwa kenangan itu tidak pernah berada di sana. Dengan melepaskan, justru kita bisa menjadikan barang tersebut lebih berguna untuk orang lain dan menambah nilainya.</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Social media</i> juga memberi dorongan yang sangat besar untuk terus-terusan membandingkan diri kita (apa yang kita kenakan, model rambut terbaru, gaya hidup terkini) bukan hanya dengan lingkungan sekitar kita tapi juga dengan lingkungan lain yang seringnya memiliki kemampuan finansial lebih (artis, influencer, tokoh publik dll) karena kita dibuat seolah-olah tidak berjarak dengan kehidupan mereka. Ini mengakibatkan referensi kita untuk memiliki sesuatu, semakin luas yang disebut <i>vertical expansion of our reference group</i>.</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Pesan kuat yang dibawa oleh dokumenter ini adalah, kita terus-terusan bergantung pada hal yang salah. Kita terus-terusan menilai kemampuan seseorang dari akumulasi kepemilikan benda. Kita juga terus-terusan menambah jumlah benda yang tidak benar-benar kita butuhkan dan menimbunnya hanya karena faktor kenangan.</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;" /></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Worth to watch!</i></span></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-36219191679875547322022-05-31T23:08:00.001+07:002022-06-04T20:02:40.904+07:00Tentang Menahan Diri<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGdOzrGAJ1kDGbOJIwzfrMeqvAtyZXVxPNd_p4empFmy68AJ-UHna-duv4l_gfd3pIxaLq4HFeGNk74OvJmqzV0zyVtsSjYrGSbDlkMxZ72p0meAq3UjB5HLVJi9lkNXmX7jUhkw6lZhBOUGPssI_wKAHLB4jFDqoYo8LgRBvZmHM68UimTpSB_zC-/s1440/happy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="841" data-original-width="1440" height="187" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGdOzrGAJ1kDGbOJIwzfrMeqvAtyZXVxPNd_p4empFmy68AJ-UHna-duv4l_gfd3pIxaLq4HFeGNk74OvJmqzV0zyVtsSjYrGSbDlkMxZ72p0meAq3UjB5HLVJi9lkNXmX7jUhkw6lZhBOUGPssI_wKAHLB4jFDqoYo8LgRBvZmHM68UimTpSB_zC-/s320/happy.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: x-small;"><i>Sumber gambar : https://bit.ly/3x2SFGQ</i></span></td></tr></tbody></table><br /></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Semakin dewasa, rasanya semakin sulit mengekspresikan juga mengapresiasi sesuatu. Bahagia itu tidak lagi sederhana walau kita sering bilang begitu. Katanya, Profesor David Blanchflowers dari Darmouth yang repot-repot menyurvei ribuan orang dari 132 negara, orang-orang mengalami kurva kebahagiaan berbentuk U terbalik yang artinya gitu, makin tua makin susah bahagia. Nanti pas sudah tua ya mudah bahagia lagi. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi di usia-usia sesaya ini, katanya, lagi susah-susahnya untuk bahagia. Bukan berarti tidak bahagia lho, tapi hal-hal receh yang tadinya bikin ketawa-ketawa macam main hujan-hujanan atau ngerjain orang, sekarang jadi nggak seru karena kebanyakan malu-malu. Pencapaian teman-teman yang dulu saat remaja bisa ikut kita banggakan, sekarang kok jadi terasa seperti tekanan. Memuji seseorang yang dulu mudah kita lakukan sekarang muncul ketakutan, takut orangnya kegeeran, takut orangnya mudah puas dan menurunkan performa, takut dianggap tidak tulus dan ada maunya. Ide-ide besar yang kita punya pun malu-malu ngumpet lagi di alam impian karena banyak ragu-ragu. Bahkan, mau menolong orang lain kadang mikirnya lama sekali sampai orangnya nggak butuh lagi. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Padahal, itu sumber-sumber bahagia, yakan? Iya, harus waspada, iya harus ada waktunya menahan diri dan tahu situasi. Tapi bersenang-senang dan bersikap spontan, memuji setulus hati dan berbagi, mengeksekusi impian dengan berani menjejakkan langkah pertama, rasanya bolehlah sering-sering dilakukan di hidup yang hanya sekali ini. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Btw, menulis ini karena lagi merasa stuck sekali dengan impian-impian yang dulu pernah sangat diperjuangkan dan <i>overwhelmed </i>sekali dengan rutinitas yang tidak ada jeda. Bagi saya, rutinitas membunuh kreativitas. Tapi mungkin, sayanya saja yang selalu terlalu keras dengan diri sendiri. Jadi, menuntut diri untuk selalu bisa seimbang bahkan dalam hal pencapaian. Padahal ya tidak selalu bisa begitu. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Mungkin saya hanya perlu menepuk-nepuk bahu sendiri untuk sekadar berkata, "You've done well, Anggi."</span></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-40723229448895048482022-05-23T23:24:00.007+07:002022-06-04T20:01:52.642+07:00Channel Youtube Asmira Fhea<p style="text-align: justify;"></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnjrLUtvj4OjTpLn6AdCgF1SM4Jxea5e494ouEPTQ1X3z8WajXvPvCjgCL8KpOEAm80tatQH46q7Zv9lTvjJ8An0ZAqa3nGDyOvqixPvQvSfrsgxUJ2XPtGLlJl_exbawPWC2blx5lQkmY5Ud-30773F7FXH7BHC01tdQZWTgcbdYvD39MAXNXeqJ-/s1333/Youtube%20Piah%202.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="647" data-original-width="1333" height="155" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnjrLUtvj4OjTpLn6AdCgF1SM4Jxea5e494ouEPTQ1X3z8WajXvPvCjgCL8KpOEAm80tatQH46q7Zv9lTvjJ8An0ZAqa3nGDyOvqixPvQvSfrsgxUJ2XPtGLlJl_exbawPWC2blx5lQkmY5Ud-30773F7FXH7BHC01tdQZWTgcbdYvD39MAXNXeqJ-/s320/Youtube%20Piah%202.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>dokumentasi pribadi</i></td></tr></tbody></table><span style="font-family: arial;"><br /></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Haaai!! Sudah berapa ratus tahun sejak terakhir kali posting di sini dan sore ini saya sungguh gabut. Kerjaan banyak tapi </span><i style="font-family: arial;">mood</i><span style="font-family: arial;"> untuk menyentuh kerjaan tidak ada, jadilah balik ke sini. Tadinya tidak ada niat posting, tapi gara-gara membaca komentar dari </span><a href="https://www.blogger.com/profile/02856578696246901159" style="font-family: arial;">Mbak Poppy</a><span style="font-family: arial;"> dan main-main ke blognya, kok saya jadi ingin ngeblog lagi. Sesederhana itu ternyata motivasi eksternal saya. Padahal komentar Mbak Poppy tuh bukan komentar motivasi, sih tapi saat jalan-jalan ke blognya dan membaca tulisan-tulisan ringannya saya jadi ingin nulis. Berhubung ingin nulis tapi lagi nggak ada ide apa-apa, saya mau <i>sharing</i> cerita-cerita yang pernah saya bagikan</span><span style="font-family: arial;"> di instagram dengan versi lebih lengkapnya tentu saja karena kalau di instagram saya dibatasi oleh jumlah huruf per postingan (dan juga ketertarikan netizen untuk baca <i>caption</i> panjang hahaha...). </span></p><p style="text-align: justify;"><span></span></p><a name='more'></a><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Jadi awal tahun kemarin, SAYA MASUK YUCUB GAESSS!! Terharu ih ada yang mau bikin konten dengan saya walaupun yang nontonnya hanya puluhan orang tapi gapapa karena Si Piah ini memang baru membangun channel yucubnya. Oiya, jadi yang berbaik hati ngajakin saya untuk ngonten adalah <a href="https://www.youtube.com/channel/UCfhSB3hyG_6iSEyAy4Jm5zg">Asmira Fhia</a>. Teman yang dipertemukan oleh Kampus Fiksi. Nggak tahu kenapa, kalau teman-teman yang dipertemukan oleh Kampus Fiksi itu saya merasa jauh di mata dekat di hati. Jarang ketemu, bahkan ada yang belum pernah ketemu, tapi pas ketemu ya kayak teman lama yang langsung akrab bangaaats. Begitu juga dengan Piah ini. Jumlah pertemuan saya dan Piah, kalau dihitung jari, nggak habis satu tangan. Tapi setiap pertemuan selalu hangat, berkesan, dan pasti jadi salah satu memori paling indah di tahun itu. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Cerita dikit soal konten ini. Jadi, akhir Januari 2022, saat kebetulan ada tugas ke Jakarta, @asmirafhea alias Piah, ngajak ketemuan untuk ngomong-ngomong soal literasi di channel youtubenya. Benar-benar ngajak ketemu demi konten ini. Tanpa paksaan dari saya, lho. Wkwkwk...Janjian sore hari dan dia meluncur dari planet Bekasi ke daerah Kalibata tempat saya menginap. Saya janjian juga sore itu dengan Reti. Iya, Reti yang itu. Agak menyesal juga menggabungkan dua anak ini berbarengan karena saya jadi terdistrak dengan ulah Reti selama pembuatan konten dan lagi-lagi, Reti yang posesif ini berhasil akrab dengan teman saya. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Channel youtubenya Piah ini baru sekitar beberapa bulan hadir tapi punya konten-konten yang bagi saya sangat edukatif seperti ulas buku, ngobrol-ngobrol tentang kepenulisan bareng editor dan penulis, juga punya <i>concern about parenting</i>. Dengan latar belakang profesi Piah sebelumnya yang memang di media, skillnya soal teknik wawancara, <i>editing</i>, <i>lighting</i> dan hal-hal teknis lainnya tentu saja juara. </span><span style="font-family: arial;">Saat saya wawancarai balik kenapa dia memutuskan untuk membangun channel ini adalah ya salah satunya karena kegelisahannya sendiri soal media yang selalu berpihak kepada pasar. Setuju sih, jadinya hal-hal penting dan baik lainnya, terlewatkan karena ya pasar tidak terlalu suka.</span></p><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><i>So, I want to give a shout-out to</i> Asmira Fhea's channel. Memberi semangat dan dukungan penuh untuk segala ide dan mimpinya, juga kerja keras dan komitmennya. Mendoakan segala kebahagiaan untuk apa pun yang sedang dan akan dilakukannya. <i>Thank you for having me, Piah. </i></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Btw, soal wawancara dengan saya ini, namanya juga "ngomong-ngomong" tentu saja banyakan curhatnya. Tapi, semoga bermanfaat! Kalau bagus, itu karena Piah jago ngedit ketidaksempurnaan saya hahaha. Kalau ada yang kurang pas, salahin aja @retiyanikhairina y</span><span style="font-family: arial;">ang membuat kami berdua <i>underpressure</i> karena dia duduk di belakang kamera. </span><img alt="😑" aria-label="😑" class="an1" data-emoji="😑" loading="lazy" src="https://fonts.gstatic.com/s/e/notoemoji/14.0/1f611/32.png" style="font-family: arial; height: 1.2em; vertical-align: middle; width: 1.2em;" /></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">*tetep gak mau salah* </span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Oiya, video lengkapnya bisa dilihat di link ini yaa....</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><br /></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><a href="https://www.youtube.com/watch?v=VI-vA927A-g">Ngomong-ngomong Parenting</a><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;" /></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-2220031122784415372021-07-18T07:37:00.000+07:002021-07-18T07:37:38.137+07:00Sindrom Ratu Lebah<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Qa2wwMANyhjRryFwWzaBhWREYIZwEJWZ0XREbXPq8Anx_afjwnVDd0NMakJ8phWD2S2GhrGMnxpQVmTtNg3GnJb5wu3m3PQTL_eM7uF3MsYV75emH_Vvn-COctkGLfC7zDl4GIls9YQ/s1280/queen-bee-162026_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1092" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2Qa2wwMANyhjRryFwWzaBhWREYIZwEJWZ0XREbXPq8Anx_afjwnVDd0NMakJ8phWD2S2GhrGMnxpQVmTtNg3GnJb5wu3m3PQTL_eM7uF3MsYV75emH_Vvn-COctkGLfC7zDl4GIls9YQ/w273-h239/queen-bee-162026_1280.png" width="273" /></a></div><div style="font-size: x-small; text-align: center;">Sumber gambar: <a href="https://bit.ly/3hJHQ4M">https://bit.ly/3hJHQ4M</a></div><div style="font-size: x-small; text-align: center;"><br /></div><div style="font-size: x-small; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: center;"><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Saya pernah membaca entah di mana, lupa, katanya kalau cara terbaik untuk mengetahui keburukan seorang perempuan adalah dengan cara memuji-perempuan itu habis-habisan di depan teman dekatnya. Awalnya saya tidak mengerti dengan kalimat tersebut sampai suatu hari...</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><blockquote>"Hei, Mbak X itu baik banget ya. Cantik lagi. Melihatnya bikin adem. Apalagi kalau dia tertawa."</blockquote></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Kata saya memuji Mbak X di depan teman dekatnya Mbak X yaitu Mbak Y.</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Iya, dia memang baik." kata Mbak Y singkat.</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Dekat dengan dia juga pasti menyenangkan, ya. Dia juga terlihat keibuan," lanjut saya.</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Iya," katanya lagi.</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Mbak Y kan dekat ya? (dengan Mbak X) Dia pernah marah tidak sih, kelihatan sabar sekali soalnya," tanya saya lagi.</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><blockquote>"Dia memang baik sih, tapiiii.." putusnya untuk membuat saya penasaran mungkin.</blockquote></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Tapi apa, Mbak?"</span></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">"Tapi dia itu ya...bla..bla..bla.." </span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"></div></blockquote><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Lalu meluncur keluarlah segala hal-hal negatif tentang Mbak X. Yang saya seharusnya tidak perlu tahu. Yang bagi saya juga tidak menutupi kebaikan hatinya Mbak X. Tapi karena itu saya jadi mengerti makna kalimat pembuka di atas bahwa terkadang begitulah dunia perempuan, perasaan iri, tidak terima, tidak mau kalah, perundungan, prasangka, komentar buruk, justru lebih banyak datang dari kaumnya sendiri. Alih-alih saling menguatkan, perilaku perundungan antar-perempuan telah menjadi fenomena jamak</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Ternyata, hal seperti itu, ada dalam ilmu psikologi. Namanya Sindrom Ratu Lebah. Dikutip dari Tirto, Sindrom Ratu Lebah pertama kali diperkenalkan oleh psikolog di University of Michigan pada tahun 1973. Joyce F Benenson, seorang psikolog di Emmanuel College di Amerika menyimpulkan bahwa sindrom ini terbentuk akibat evolusi. Perempuan cenderung selektif dan tidak terbiasa membentuk kelompok dalam jumlah besar seperti laki-laki. Hal itu karena mereka terbiasa berkompetisi ketat untuk menarik lawan jenis dan mendapatkan makanan demi anak-anak mereka. Tindakan itu mereka lakukan untuk membela diri. Dengan menjatuhkan perempuan lain, kekurangan sang Ratu Lebah seolah tertutup karena perempuan lain juga terlihat memiliki celah. Seringnya, perempuan akan menekan sesama ketika merasa cemas dan defensif</span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dalam kasus saya, Mbak Y seperti banyak perempuan lainnya tidak terima jika saya terlalu memuji Mbak X. Apakah dia sedang merasa cemas dan defensif, saya tidak tahu. Jadi, di dunia perempuan ini, sepertinya sulit sekali mendapatkan dukungan dari sesamanya. Benar saja tidak cukup untuk luput dari cemoohan dan nyinyiran apalagi salah. </span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi untungnya, <i>inner circle</i> saya diisi oleh orang-orang yang sangat positif. Tentu tidak semua, ada beberapa juga yang jiwa ghibah dan nyinyirnya sulit diredam. Tapi yang begitu sangat mudah diabaikan dengan hanya didengarkan ceritanya tanpa diberi tanggapan berarti. Beberapa kali sering terpancing untuk ikut-ikutan menanggapi tapi hanya untuk beberapa hal tertentu yang benar-benar menyangkut diri saya karena masih banyak hal lain yang harus diberi perhatian. </span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Bicara soal <i>inner circle</i>, saya lumayan selektif sekarang. Tidak hanya mencari kecocokan tapi juga mencari yang benar-benar bisa membawa hal-hal positif. Teman-teman yang sudah menemani dari dahulu tentu tetap berada di tempat terbaiknya. Komunikasi tetap terjalin dengan baik walaupun tidak lagi intens. Teman-teman baru banyak yang datang silih berganti karena komunitas, rutinitas, dan pergaulan yang juga semakin luas. Tapi beberapa menjadi teman baik, yang lain sekadarnya saja. Lingkaran mengecil, bukan karena semakin sok eksklusif tapi lebih karena semakin dewasa, semakin sedikit kecocokan yang bisa kita punya. Terpisah oleh komunikasi yang mulai terbatas, atau berubahnya rutinitas, atau kehidupan lain yang menuntut prioritas. Dan juga karena pada akhirnya, semakin dewasa, banyak hal yang baru disadari, salah satunya adalah tidak membuang-buang waktu untuk dihabiskan dengan orang-orang yang tidak bisa membuat diri ini menjadi lebih baik. </span></div><div dir="auto" style="text-align: justify;"><br /></div><div dir="auto" style="font-size: x-small; text-align: justify;"><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small; text-align: start;" /></div></div><p></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-60594400335295449882021-07-17T17:23:00.002+07:002021-12-18T12:48:21.569+07:00Terdistraksi Social Media<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"> </span></p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF5o94McPq6lLxRFz9h_yhI89Yp5H45JF2InP7wDnIIaRvHU-pvnE_fAWAdxAE32ti_G8JkhJjkmHqAh5JRlZgzQBD5hdzpS6Dw_bMhSzvbCf1XTLTkmPegqTA4bw9kzBGCg3VLKxs1fw/s640/ditraksi.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="534" data-original-width="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF5o94McPq6lLxRFz9h_yhI89Yp5H45JF2InP7wDnIIaRvHU-pvnE_fAWAdxAE32ti_G8JkhJjkmHqAh5JRlZgzQBD5hdzpS6Dw_bMhSzvbCf1XTLTkmPegqTA4bw9kzBGCg3VLKxs1fw/s320/ditraksi.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;"><i>Sumber gambar :https://bit.ly/2USRWaD</i></span></td></tr></tbody></table><span style="font-family: verdana;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm;"></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; font-size: 12pt;">Menamatkan satu buku, saya akui saat
ini rasanya sulit sekali. Buku dengan ketebalan wajar, dibaca santai, biasanya
tidak butuh waktu satu hari. Tapi kini, bisa sampai 2-3 hari. Kenapa bisa
begitu? Kalau untuk saya pribadi, salah satu alasannya adalah kini saya terlalu
mudah terdistraksi. Lagi membaca, tiba-tiba teringat belum membalas <i>chat</i>. <i>Chat</i>
selesai dibalas, siap-siap membuka aplikasi Gramedia Digital untuk membaca lagi
eh jarinya mampir ke instagram, <i>scroll story, scroll reels</i>, nemu lagu bagus di
<i>reels</i> lalu cari di spotify, dengarkan sebentar ternyata enak, malah sibuk mindahin
lagu-lagu bagus ke <i>playlist</i>. Nemu video bagus di <i>reels</i>, malah penasaran cara
membuatnya, akhirnya foto diotak atik biar jadi video aestetik. </span><span style="font-family: verdana; font-size: 12pt;">Lupa kalau tadi mau baca.</span></div><span style="font-family: verdana;"><span><a name='more'></a></span><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<span style="font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Saat ingat kalau bacaan belum selesai, ada notif kalau 7-7 nya <i>shopee</i> segera
dimulai, jarinya pindah lagi ke <i>shopee</i>, pilih-pilih barang, masukkan keranjang,
<i>check outnya</i> biasanya nanti. Ditimbang-timbang lagi. Dicari-cari lagi gratis
ongkirnya. Kadang malah lupa <i>checkout</i> karena hanya seru milih-milih barangnya
saja. Bacanya ya lupa lagi. </span><span style="font-size: 12pt;">Beberapa jam kemudian begitu lagi, baru baca beberapa halaman, ada notif
twitter masuk, kasih tahu kalau seleb idola <i>posting fleets</i>. Buru-buru lihat.
Ternyata ya gitu aja. Tapi jarinya sudah terlanjur nyekrol <i>timeline</i> dan tahu
sendiri, <i>timelinenya </i>twitter dan juga quora itu mirip kasur di pagi hari saat
hujan. Posesif. Tidak bisa kalau cuma ditengok sebentar saja, maunya sama dia
lama-lama. Akhirnya, iya jadi baca, baca <i>tweet</i> tapi.</span></div></span>
<div style="text-align: justify;"><br /></div><span style="font-size: 12pt;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Jadi, gara-gara kegiatan membaca yang terus terdistraksi ini, bikin saya mikir
sendiri, kalau sudah terlalu banyak juga ya waktu yang dibuang untuk sekadar
berurusan dengan <i>social media</i> dan segala hal-hal yang maya dan penilaian
manusia ini. Iya, tidak semuanya nirfaedah. Instagram lucu lucu, twitter dan
quora seru-seru, aplikasi belanja juga sangat membantu walau kadang-kadang, <i>social media </i>juga
bikin emosi, bikin malu-malu muncul rasa iri, bikin suudzon ke temen sendiri,
bikin pikiran traveling ke sana sini. Eh, tapi cuma kadang-kadang. Seringnya
mencerahkan, inspiratif, dan membuka wawasan baru juga, kok.</span></div></span>
<br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt;">Tapi ya udah gitu aja, kan? Gitu aja kalau dibandingkan dengan banyaknya kegiatan lain
yang ternyata sudah lama tidak dilakukan karena ya itu tadi terdistraksi dengan
<i>social media.</i> Seperti membaca, menulis, berkebun, merajut, menari, membaca puisi, SKJ, menyapa tetangga, mengisi teka-teki silang, <i>and
you name it</i>. Banyaklah intinya. Dan ternyata , setelah hampir beberapa minggu memutuskan untuk jarang-jarang mampir di <i>social media,</i> saya baik-baik saja dan tidak kenapa-kenapa juga. Paling ketinggalan info yang lagi <i>hits</i>, paling ketinggalan
kuliner yang lagi rame, paling ketinggalan mampir di cafe baru yang instagramable,
paling ketinggalan cerita si ini atau si itu yang sekarang lagi gini atau gitu.
Udah kok gitu aja. Selebihnya ya mudah-mudahan, bisa lebih banyak buku yang
dibaca, bisa lebih banyak cerita yang dibagikan ke orang-orang terdekat saja, bisa lebih banyak menghasilkan karya, dan bisa lebih banyak sapa yang diberikan lewat tatap muka. Mudah-mudahan ya...</span></div></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-62961215538273991432021-07-12T17:48:00.054+07:002021-12-18T12:41:50.800+07:00Saya Positif Covid 19<p style="text-align: justify;"><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGUX-p6aeQR9r-G9c0v3jPMdlV-kgsNryIHC8EvRX0YhbslE0t4a9uUfF4ou6Qmwuy9Uf5kylscoj6RPkygmxLwnzo0Sts98xBOCxV3bjG63WHor_O7t4vvT83XGKla24hqty7egrnVuA/s620/covid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="620" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGUX-p6aeQR9r-G9c0v3jPMdlV-kgsNryIHC8EvRX0YhbslE0t4a9uUfF4ou6Qmwuy9Uf5kylscoj6RPkygmxLwnzo0Sts98xBOCxV3bjG63WHor_O7t4vvT83XGKla24hqty7egrnVuA/s320/covid.jpg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i><span style="font-size: xx-small;">Sumber gambar : https://bit.ly/3hSSZAt</span></i></td></tr></tbody></table><span style="font-family: verdana;"><br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dari kemarin-kemarin berpikir kapan lagi punya cukup banyak waktu luang untuk mengisi blog, malah sempat berpikir mau cuti dulu saja supaya bisa ikut lagi lomba-lomba menulis, supaya punya lagi stok naskah cerpen atau novel untuk dikirim ke sana-sini, dan </span><i style="font-family: verdana;">qadarullah</i><span style="font-family: verdana;">, hari ini, Senin 12 Juli 2021 diberi waktu cukup luang untuk sekadar mengisi blog dalam bentuk isolasi mandiri hehe...</span></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Yes</i>, berdasar hasil swab antigen 12 Juli 2021 kemarin, saya positif Covid 19 dan terpaksa mengungsi ke penginapan untuk memperkecil resiko menularkan ke anak-anak dan orangtua di rumah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Berawal dari kabar di hari Selasa, 6 Juli 2021 kalau sahabat saya, Mbak Nia positif covid setelah sebelumnya demam tinggi di hari Senin. Saya yang saat itu masih baik-baik saja mencoba mengingat-ingat kapan kami terakhir kontak. Ternyata di hari Senin, 5 Juli 2021. Saya waktu itu menyerahkan petikan SK kenaikan jenjang. Siangnya berpapasan di jalan ketika saya baru selesai membeli kacamata dan dia baru selesai makan. Kedua-duanya pertemuan singkat saja. Tidak sampai 15 menit dan dengan menggunakan masker <i>double</i> seperti yang sudah sejak lama saya lakukan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Hari Rabu, 7 Juli 2021 saya merasa tenggorokan agak gatal dan badan menggigil di sore hari. Termometer dan oxymeter memang selalu tersedia di kamar sejak pandemi ini, saya cek berkala dan keduanya normal tapi saya tetap merasakan ada yang tidak beres pada tubuh. Kamis sore karena masih merasakan gejala yang sama, saya memutuskan untuk swab antigen di Lab Kliniknya Kimia Farma. Setelah satu jam menunggu, hasilnya negatif. <b>Lesson no. 1</b>. <i>Jangan terburu-buru melakukan swab antigen saat badan merasa tidak enak karena bisa jadi seperti yang saya alami, negatif palsu.</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Namun, kekhawatiran tidak hilang karena saya masih merasa tidak fit sehingga saya tetap memakai masker di rumah dan tidur terpisah dengan suami dan anak-anak. <i>Full</i> isoman di rumah sejak Sabtu, 10 Juli 2021. Makanan diantar oleh adik sampai depan kamar, saya tidak keluar kamar sama sekali, <i>booster</i> berupa vitamin dan empon-empon juga disediakan di meja depan kamar. Komunikasi dengan orang rumah hanya melalui <i>whatsapp</i>. Gejala yang dirasa sebenarnya tidak berat, mirip flu berat. Hidung mampet dan badan menggigil. Kadang-kadang suhu agak naik dan badan mulai sakit-sakit tapi tidak lama karena saya segera minum paracetamol 500mg. Di luar itu biasa saja. Di hari Sabtu malah saya sempatkan beres-beres kamar karena badan terasa segar dan merasa yakin kalau saya hanya flu biasa. Walaupun setelah beres-beres keluar keringat dingin, namun saya anggap wajar sebagai reaksi tubuh karena masih belum fit, sampai saya mulai merasakan penciuman melemah di hari Minggu, 11 Juli 2021, malam.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Anosmia, merupakan gejala yang sangat umum dijumpai penderita covid 19. Namun, berbeda dari penjelasan-penjelasan lain yang saya baca di artikel, anosmia yang saya alami tidak hilang tiba-tiba. Penciuman saya hilang timbul, seperti sedang berjuang untuk tidak benar-benar hilang. Semakin lama, frekuensi hilangnya semakin berdurasi panjang sampai hilang sama sekali di Senin pagi, 12 Juli 2021 saat saya sedang menunggu hasil tes swab lagi di lab yang sama seperti hari Kamis. <b>Lesson no. 2. </b><i>Saya ke lab naik gocar, sendirian dengan mematuhi prokes. Ekstra membuka jendela, meminta sopir tidak memakai AC, masker double, tidak duduk di belakang sopir untuk memperlebar jarak, tidak menyentuh apa pun di mobil, sebisa mungkin menahan batuk dan bersin, menyemprot kursi dan pegangan pintu saat akan naik dan setelah turun.</i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Hasil tes swab kedua ini, seperti yang sudah bisa saya duga setelah kehilangan penciuman, positif. Selain swab, saya juga sekalian cek darah lengkap untuk mengetahui respon tubuh jika memang terdapat infeksi. Hasilnya dibacakan oleh TanSis yang selama ini selalu saya jadikan tempat konsul kesehatan dan kehidupan hehe. Blio bilang begini,</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span style="font-family: verdana;"><blockquote>[11.43, 12/7/2021] Tan Sis: Limfosit tinggi, alhamdulillah... Ini mmg pertanda infeksi. Tp jg insyaAllah pertanda baik... Limfosit tinggi biasanya sakitnya ringan, Tan. Artinya vaksin tan gi bekerja insyaAllah... Mereka adalah sel2 yg punya memori krn diperkenalkan sm vaksin dulu. Kalau tinggi, berarti mereka lagi kerja giat2 skr... Dibantu sama makan yg baik dan istirahat yg cukup ya, Taaan... InsyaAllah menang 💪🏻💪🏻</blockquote><blockquote>[11.45, 12/7/2021] Tan Sis: Neutrofil rendah jg pertanda baik, karena Neutrofil tinggi biasanya dibarengi inflamasi yg agak lebay...ini biasanya berkorelasi sm beratnya penyakit. Alhamdulillah dia rendah, berarti dia lagi menahan diri utk ga drama, jd nggak nambah keruh suasana...</blockquote></span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Membaca chatnya yang sangat positif dan selalu menganalogikan istilah sulit menjadi mudah dipahami adalah spesialisasinya blio. <i>Having you in my life is such a blessing</i>, Tan. Ciyus. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Sebelum memegang hasil cek, saya sempat memutuskan untuk isoman di rumah saja terlepas positif atau negatif hasilnya hingga tubuh fit lagi. Tapi, saat hasil tes swab bertuliskan positif ada di tangan, saya berubah pikiran. Mulai muncul ketakutan menularkan. Maka, sembari duduk di kursi lab, saya mulai mencari penginapan dan memutuskan tidak pulang lagi ke rumah sejak hari itu. Semua baju dan kebutuhan lainnya termasuk segala <i>booster</i> vitamin, diantar via <i>gosend</i>. Sehingga Senin ini resmi menjadi hari yang sangat sibuk. Sibuk menata pikiran, menata barang-barang yang berdatangan, menata hati juga sepertinya walau tidak terlalu saya pikirkan karena yah, sibuk. Sibuk membalas chat, telepon, mengatur jadwal segala <i>booster</i> agar efeknya maksimal dan tidak bertabrakan, membuat list barang-barang yang harus diantarkan, dan sibuk mencari katering supaya tidak ribet memikirkan mau makan apa beberapa hari ke depan jadi energi tidak habis hanya untuk memikirkan makanan. Saya ingin <i>speed recovery</i>. Itu harapan hari ini dan beberapa hari ke depan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Hari-hari <i>quarantine</i> selanjutnya, akan <i>dishare</i> di <i>postingan</i> selanjutnya.</span></div><div class="yj6qo"></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-46634462212263241922020-09-28T21:02:00.005+07:002020-09-28T21:02:45.757+07:00Day 7 : My Favorite Movie<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: verdana;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC3H8nB8xEst7EP2DR2mRRzUxMxdRJ_Zr97xMeHbLl0lRUNHgqEYKHIedmwbv7FXRPdxWGv39YkOPX7l35UK-Hl4nXsQl6gYBJLMKb1cdRu5a7ybemeLRmaZXpYXdUJmrPUr-skqPG7ZI/s326/day+7.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="326" data-original-width="220" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgC3H8nB8xEst7EP2DR2mRRzUxMxdRJ_Zr97xMeHbLl0lRUNHgqEYKHIedmwbv7FXRPdxWGv39YkOPX7l35UK-Hl4nXsQl6gYBJLMKb1cdRu5a7ybemeLRmaZXpYXdUJmrPUr-skqPG7ZI/s320/day+7.png" /></a></span></div><span style="font-family: verdana;"><br /><div style="text-align: center;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><span style="font-size: xx-small;"><i>Source: Wikipedia</i></span></span></div></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><span style="background-color: white; color: #222222;">Tema ini bikin saya ingat dengan sahabat saya yang penggila film. Hampir semua film dilahapnya. Setiap kali saya <i>chat, </i>saat dia tidak sedang di kantor dan saya tanya, "Lagi apa?" jawabannya hampir dapat dipastikan adalah, "Nonton film." Selain itu jawaban lainnya adalah, "Duduk." Dua jawaban itu persentasenya 80-20, lah. Ia pun terbuka terhadap segala jenis film. Mulai dari film <i>hollywood</i>, China, Indonesia, Jepang, drama korea, serial barat, hanya India sih yang saya rasanya tidak pernah dengar. Genrenya pun macam-macam mulai dari <i>science fiction,</i> komedi, misteri, <i>thriller</i>, sampai <i>romcom</i>. Intinya dia tidak pilih-pilih genre. Seringkali dia tidak hapal judul film yang sudah ditontonnya tapi saat saya ceritakan sedikit alurnya, dia pasti bilang, "Sudah nonton." Menjadi penikmat film tanpa jeda bagi saya adalah sebuah kemampuan super yang tidak semua orang punya karena saya tipe orang yang butuh jeda untuk menikmati film baru lagi jika film sebelumnya terlalu berkesan karena akhir yang manis atau malah tragis. </span></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><span></span></span></p><a name='more'></a><span style="font-family: verdana;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><br /></span></span><p></p><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Saya merasa kalau saya yang sekarang bukanlah lagi penikmat film. Padahal dulu, saat masih duduk di bangku SMP sampai kuliah, saya selalu punya kartu anggota penyewaaan VCD seperti <i>ezzy</i>, <i>ultra</i>, dll. Tidak banyak film yang saya lewatkan. Seminggu sekali, saat SMA, setiap hari Jumat sepulang sekolah (dan sepulang pacar Jumatan), saya pasti sudah duduk di bangku 21 untuk menonton film. Bahkan koleksi tiket 21 yang masih terbuat dari kertas biasa dengan warna <i>pink</i>, kuning, hijau, dan biru itu selalu saya simpan hingga jadi gunungan sampah kertas yang akhirnya dengan berat hati saya buang. Kebiasaan itu berlanjut sampai kuliah di Bandung lalu lanjut lagi saat kerja di Jakarta. Menonton menjadi pelarian yang menyenangkan dari rutinitas harian. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi sekarang, saya lebih memilih menonton film-film atau drama yang menjadi zona nyaman saya. </span><span style="font-family: verdana;">Makanya, film favorit saya biasanya adalah film-film adaptasi dari buku yang sudah saya pastikan bagus bukunya. Seperti Harry Potter, <i>Lord of The Rings, Hobbit</i>, dll </span><span style="font-family: verdana;">yang sudah saya ulang-ulang menontonnya</span><span style="font-family: verdana;">. Sedangkan untuk film-film lain, walaupun orang-orang bilang bagus, tidak akan membikin saya buru-buru antre ke bioskop dan menontonnya. </span><span style="font-family: verdana;">Malas rasanya memulai nonton film baru, terbawa suasana, dan patah hati saat endingnya tidak sesuai harapan. Apa itu mungkin refleksi diri saya yang semakin tua dan semakin tidak menyukai unsur kejutan dan lebih memilih mencari <i>spoilernya</i> hanya untuk memastikan hati saya akan baik-baik saja sampai akhir cerita?</span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi mungkin, ada satu film favorit (selain Harry Potter dkk) yang sampai saat ini masih saya ingat detailnya karena dulu lumayan sering saya ulang-ulang yaitu <i>Legally Blonde</i>. Entah kenapa ingatan akan film ini begitu kuat. Mungkin ya, mungkin...karena film ini lumayan merepresentasikan tentang apa yang saya harapkan tentang peran perempuan. Perempuan yang hidup di bawah stigma bodoh, tidak serius, terlalu cantik dan mewah untuk dianggap pintar, namun akhirnya bisa membuktikan bahwa semua tuduhan itu salah. Elle Woods (nama tokoh utama) bukan perempuan lemah yang saat berada dalam tekanan malah melarikan diri ke obat-obatan atau <i>mabu-mabuan</i>. Dia juga tidak begitu saja bilang, </span><span style="font-family: verdana;"><i>"Yah, mungkin ini yang terbaik. Kita ambil hikmahnya saja,"</i> saat diputuskan oleh pacarnya yang masuk hukum Harvard dengan alasan Elle Woods bukan perempuan yang serius a.k.a tidak selevel dengan pacarnya yang calon ahli hukum-keren-tampan-tajir-baik budi itu. Elle Woods, perempuan tajir, populer, blonde, <i>sexy</i>, cantik yang selalu tampil mencolok kayak Paris Hilton tentu saja tidak terima. Kerennya, ia sadar potensinya. Ia tahu yang ia mau dan berusaha keras mendapatkannya. Ia tahu ia bisa jadi apa saja asal berusaha. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Alasannya untuk masuk Harvard juga mungkin receh awalnya, untuk mendapatkan kembali pacarnya, tapi terkadang, untuk mencapai sesuatu, motivasi sekecil apa pun, sangatlah berharga. Iya, dia punya banyak <i>privilage</i> untuk mendapatkan mimpi-mimpinya. Uang, wajah yang cantik, orangtua yang sangat suportif, sahabat-sahabat baik di sekitarnya, dan juga kemampuannya bersosialisasi dengan baik tapi tetap saja, ini soal Harvard, gaes...Oh, btw filmnya tidak seserius itu, kok. Saya bahkan tidak bisa melewatkan setiap adegannya tanpa tertawa kecil. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Jadi, begitulah mengapa Legally Blonde menjadi salah satu film favorit saya. </span></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-13336440698642702032020-09-27T23:40:00.000+07:002020-09-27T23:40:00.099+07:00 Day 6 : Single and Happy #30DaysWritingChallenge<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqyvZOsLNlB52pOZ_7Ov4W3CyQ2QIdnPZEUsoY9vaUvFBKEvsGEYh7gHPhL81VTnD4wvagox6Cx6-46HZa8W8BgYu7Fwj20fcv7iypRUCRqvQU_jeVNq3t-ycQZTuTjPAKcK7n71iHWPU/s285/DAY+6.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="177" data-original-width="285" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqyvZOsLNlB52pOZ_7Ov4W3CyQ2QIdnPZEUsoY9vaUvFBKEvsGEYh7gHPhL81VTnD4wvagox6Cx6-46HZa8W8BgYu7Fwj20fcv7iypRUCRqvQU_jeVNq3t-ycQZTuTjPAKcK7n71iHWPU/s0/DAY+6.png" /></a></span></div><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><br /><i><br /></i></span><p></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i>Source : https://bit.ly/33YB8jc</i></span></p><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small; text-align: center;"><br /></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Dari kemarin saya bingung mau menulis apa untuk tema hari ini. Ingin menulis soal masa-masa <i>single</i> yang sudah ratusan tahun lalu sepertinya bakal jadi <i>super cheesy</i> ya. Apa yang dahulu saya anggap <i>sweet</i>, menggemaskan, unyu-unyu, belum tentu seperti itu jika saya ceritakan kembali sekarang. Di saat-saat bingung mau menulis apa, saya berseluncurlah ke blognya <a href="rumahlugina.com">Tansis</a> yang sudah menulis tentang tema ini dan saya kemudian mendapat pencerahan.</span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span><a name='more'></a></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Single and Happy</i>. Kenapa kedua kata itu harus sering-sering bepasangan? Tidak hanya di tema ini sih, di beberapa judul dan lirik lagu, di banyak judul artikel, di judul konten <i>youtube</i>, bahkan menjadi judul buku. Padahal, mereka bukan pasangan kata yang tidak bisa hidup tanpa satu sama lainnya seperti pontang membutuhkan panting, kocar membutuhkan kacir, dan kasak membutuhkan kusuk. <i>Single</i> ya <i>single</i>. Bukan berarti tidak bisa <i>happy, </i>bukan berarti akan jadi <i>sad boy</i> jugak. <i>Happy</i> ya <i>happy.</i> Soal rasa yang katanya Payung Teduh bisa kita cipta. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi beneran deh, lirik lagunya Payung Teduh yang <b>Di Atas Meja</b> itu bagus sekali. Suatu kesedihan yang dimaknai dengan bijaksana. Maaf terdistrak sebentar...</span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"></span></div><blockquote><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Di atas meja rindu itu hilang</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Dalam kata-kata</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Sebentar lagi kita saling lupa</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i><br /></i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Kita menjelma pagi dingin</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Yang dipayungi kabut</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Tak bisa lagi bercerita apa adanya</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i><br /></i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Mengapa takut pada lara</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Sementara semua rasa bisa kita cipta?</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah</i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i>Yang menunggu reda</i></span></div></blockquote><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><i></i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Nah, balik ke <i>single and happy</i> lagi. Bagi saya, kedua kata itu, bisa memilih jalannya masing-masing tanpa saling mengganggu. Justru saat kedua kata itu muncul bersama dan terkesan diglorifikasi, malah akan mengecilkan maknanya. Seolah-olah <i>single</i> dan <i>happy</i> sangatlah istimewa. Seolah-olah kalau <i>single</i> saja tidak bisa <i>happy</i> atau kalau tidak <i>single</i> berarti tidak bisa <i>happy</i>. Padahal <i>single </i>dan tidak <i>single</i> berhak atas rasa <i>happy.</i> Begitu pun saat kita sedih itu tidak melulu karena kita sedang tidak <i>single</i>. Duh, mulai bingung dengan kalimat sendiri <i>wkwkwk</i>. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Mungkin maksud awalnya terjadi perjodohan dua kata ini <b>baik, </b>untuk memotivasi teman-teman <i>single</i> di luar sana bahwa <i>single</i> juga bisa <i>happy</i>. Tapi kan, hidup memang harusnya begitu. Ibu 3 anak dan<i> happy</i>, <i>married and happy</i>, makan es krim dan <i>happy</i>, ketemu gebetan dan <i>happy</i>, masuk sekolah favorit dan <i>happy</i>, menang judi dan <i>happy </i>(judi banget contohnya, Sis!), jualan laku dan <i>happy</i>, masak telur mata sapi yang sempurna dan <i>happy</i>, bekal makanan diabisin suami dan <i>happy</i>. Jadi <i>happy</i> adalah perasaan yang bisa kita cipta sendiri lewat hal-hal kecil tanpa harus terpengaruh dengan status <i>single</i> atau tidak. Begitu pun sebaliknya, saat tidak <i>happy</i> jangan buru-buru ambil keputusan untuk menjadi <i>single</i> agar <i>happy.</i> Tidak ada jaminannya....</span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Etapi jangan-jangan yang dimaksud dengan <i>single</i> di sini adalah jenis rilisan yang berisi satu lagu, ya? Kalau itu sih baru pas. <i>Single and Happy</i>. Bikin <i>single</i> lagu lalu <i>happy</i>. #makingakjelas</span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Tapi sekali lagi, ini hanya tafsir. Kalau kata Uda Ivan Lanin, <i>sesungguhnya semua kata itu netral, tafsir manusialah yang membuatnya memihak. </i></span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><br /></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Catatan : Tulisan ini seharusnya diposting kemarin malam, tapi karena sesuatu dan lain hal, <i>mood</i> untuk posting menghilang. </span></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><br /></div><div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: justify;"><br /></div>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-56793336879241636382020-09-25T23:04:00.000+07:002020-09-25T23:04:05.903+07:00Day 5 : My Parents #30DaysWritingChallenge<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZe5MxPr-nlxHWuDuUTQFbCgKybJ-4iYJg0JzbP0UbqpRL216RzuFAczHGQ1JsG2_o43qsiQfGS7y1417SVc8-oprYLawoS0Gvb5yrtVPZ01Y4U_-RXaFYJGxx8KNfmrI9jwBV1riP8BA/s924/day+5.webp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="924" data-original-width="924" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZe5MxPr-nlxHWuDuUTQFbCgKybJ-4iYJg0JzbP0UbqpRL216RzuFAczHGQ1JsG2_o43qsiQfGS7y1417SVc8-oprYLawoS0Gvb5yrtVPZ01Y4U_-RXaFYJGxx8KNfmrI9jwBV1riP8BA/s320/day+5.webp" /></a></div><div style="text-align: center;"><i><span style="font-size: xx-small;">Source:https://everydaypower.com/parents-quotes-and-sayings/</span></i></div><p style="text-align: center;"><br /></p><blockquote><p style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: verdana;"> "I<span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;">ni Ibu Budi."</span></span></i></p><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: verdana;">"Ini Bapak Budi."</span></i></div></span></blockquote><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><i><span style="font-family: verdana;"></span></i></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Familiar ya dengan kalimat di atas? <a href="https://www.rumahlugina.com/">Tansis </a>pastinya paham, sih. Karena kalau nggak salah dia seangkatan dengan Ibu Rahmani Rauf, penemu alat peraga metode baca "Ini Budi" yang dulu dianggap cara paling mudah untuk belajar membaca. Metode belajar baca ini disebut sebagai Struktur Analitik Sintesis (SAS). Struktur menampilkan keseluruhan dan memperkenalkan kalimat yang utuh, analitik melakukan proses penguraian, sintetis melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula. Proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran membaca, menulis permulaan dengan metode SAS, yaitu kalimat menjadi kata, kata menjadi suku-suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span><a name='more'></a></span><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Jadi apa hubungannya dengan judul tema di atas? Nggak ada. Ini gara-gara Galih yang sekarang rajin menyimak blog ini dengan alasan agar terinpirasi. Jadi, saya terbebani untuk menghadirkan tulisan yang bukan recehan. Berhasil? Ya tidak. Receh <i>is my middle name</i>.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Berhubung saya bukan Budi maka Mama dan Papa saya bukanlah Ibu dan Bapaknya Budi. Tapi kita sebut saja beliau, Mama dan Papanya Anggi. Orang-orang sederhana bukan <i>old money</i> yang bisa bikin saya nggak mikirin mau jadi apa nanti, atau menghabiskan waktu dengan makan <i>ice cream </i>hanya karena nggak tahu mau ngapain untuk mengisi waktu luang.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Mama Papa juga orang-orang hebat yang tangguh dalam membesarkan ketiga anak perempuannya yang berbeda-beda karakter. Yang satu lembut (iya saya), yang satu keras (adik saya), yang satu lembut sekali (adik saya satunya) hingga kami bisa memiliki motivasi internal untuk tumbuh besar menjadi anak-anak pintar, penyayang, soleha, dan baik hatinya. Iya, itu adik-adik saya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Saya pernah posting sebelumnya kalau Papa dan Mama adalah orang yang terus mendorong saya untuk memberikan standar tinggi bagi adik-adik dalam hal prestasi. Sekolah di sekolah favorit, mendapatkan NEM tertinggi (waktu belum kenal pacar-pacaran dan pelajaran Fisika), masuk universitas negeri, merantau untuk bisa melihat dunia agar menyadari bahwa diri kecil dan bukan pusat semesta, menjadi perempuan mandiri dengan bekerja di kota lain, mencari calon suami dengan 'nurut' pada kriteria orangtua (<i>no offense</i>, ini pilihan), tidak berhenti untuk mendapatkan pekerjaan yang baik, terutama tidak berhenti untuk terus mengembangkan potensi diri karena kata mereka (secara tidak tersurat), semangat untuk terus mengaktualisasikan diri adalah hal yang penting bagi seorang perempuan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Mereka tidak sempurna. Tidak ada orangtua yang sempurna. Kesadaran yang saya peroleh di tengah-tengah penulisan buku-buku parenting. Tapi begitu pun ilmu parenting, tidak ada yang benar-benar sempurna. Yang ada hanyalah cocok atau tidaknya. Waktu kecil saya tidak terlalu dekat dengan Papa, percakapan-percakapan kami hanyalah seadanya. Saya nyaris tidak punya kenangan masa kecil dengan Papa karena beliau juga bekerja di luar kota sehingga waktu bersama anak-anaknya sangatlah singkat. Kenangan masa kecil saya didominasi Ombai (nenek), Akas (kakek), Bik Na (tante), dan Mama. </span><span style="font-family: verdana;">Tapi saat tumbuh dewasa, justru Papalah yang banyak membentuk karakter saya. Dihadapkannya saya dengan masalah-masalah orang dewasa, diberinya saya kebebasan untuk bersuara, memberikan pertimbangan, mendengarkan keluh kesahnya. Papa menunjukkan kepada saya bahwa lelaki juga bisa sama lemahnya dan bahwa perempuan juga bisa sama kuatnya. </span><span style="font-family: verdana;">Saat hari ini melihat Zahir sangat dekat dengan Papanya, saya berharap itu bisa menjadi kenangan masa kecil yang indah untuknya. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div></span><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Mama tidak banyak bicara, tapi saya ingat bahwa semua kecerdasan yang saya miliki waktu kecil adalah hasil gemblengannya yang seorang guru di sekolah dasar tempat saya bersekolah. Menulis dengan rapi, membaca sebelum masuk TK, percaya diri menjadi MC di mana-mana, bahkan ikut lomba menyanyi dengan suara pas-pasan, pandai bercerita, dan NEM tertinggi saat SD plus tertinggi nomor 4 se-Prov Lampung (terus aja <i>gue</i> banggain 😂). Tapi Mama juga tidak sempurna. Waktunya sebagai guru membutuhkan energi yang banyak, kebutuhan ekonomi juga lumayan menyita perhatiannya karena kesejahteraan guru kala itu belumlah diperhatikan seperti sekarang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Gaji </span><span style="font-family: verdana;">Papa yang </span><i style="font-family: verdana;">pi in is</i><span style="font-family: verdana;"> juga masih pas-pasan belum lagi mungkin ada cicilan yang lain-lain sehingga saya pun pernah merasakan berjalan kaki ke warung-warung untuk menitipkan es balon bikinan Mama. Rasa teh manis dan kacang hijau biasanya. Jadi, saat itu saya sangat memaklumi kalau Mama menjadi sosok yang kurang mendengarkan. Banyak hal-hal yang ingin saya ceritakan tapi kemudian saya tahan karena menyadari Mama sedang disibukkan dengan berjuang. Untuk dirinya sendiri, untuk keluarga, untuk hari-hari sangat berat yang tidak sempat kami, anak-anaknya hadapi karena perjuangan Mama dan Papa. Kini, demi kenangan masa kecil yang semoga bisa lebih baik untuk Zahir dan Inara, kapan pun Zahir bercerita, mengajak bicara, walaupun saya tidak mengerti terutama jika ia bicara tentang <i>minecraft</i> *nangys*, saya akan berusaha mendengarkan dan hadir walaupun kadang pikiran saya ke mana-mana juga.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-size: small;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></span></div><span style="font-family: verdana;"><span style="background-color: white; color: #222222; font-size: small;"><div style="text-align: justify;">Menjadi orangtua dari tiga anak perempuan bagi mereka tentu tidak mudah. Begitu juga menjadi orangtua dari 3 anak laki-laki. Menjadi orangtua dari 2 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Menjadi orangtua dari 4 anak laki-laki dan 3 anak perempuan. Menjadi orangtua dari 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Menjadi orangtua dari 9 anak perempuan dan 17 anak laki-laki. Menjadi orangtua dari....Terus, Nggi, teruus1!1! Intinya menjadi orangtua pasti tidak mudah, begitu pun calon orangtua. Jadi, saya sangat bangga dengan Mama dan Papa. Semoga mereka juga bangga dengan anaknya yang hobi ngerepotin ini. 😆</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Nb :Ditulis dari tadi pagi, dilanjutkan sore hari, diposting malam ini karena lagi-lagi Piah sudah <i>'manas-manasin." </i></div></span></span>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-6477411027444427172020-09-23T15:30:00.006+07:002020-09-25T22:38:26.351+07:00Day 4 : Places You Want To Visit #30DaysWritingChallenge<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjywF9aYk4pmrvEOwE92MBv9-Fts4bSoTjvmeUpCbAR3At8ftb8J6OskCI28kbDzIJuK17ijeU1Ja1uYK-s8MhfkXkKaA8bscZx45DADHXzUxr_hfbnZixxdyQlGUpnB5QY3mBL1oR8Pow/s1920/100620.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1920" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjywF9aYk4pmrvEOwE92MBv9-Fts4bSoTjvmeUpCbAR3At8ftb8J6OskCI28kbDzIJuK17ijeU1Ja1uYK-s8MhfkXkKaA8bscZx45DADHXzUxr_hfbnZixxdyQlGUpnB5QY3mBL1oR8Pow/s320/100620.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><div style="text-align: center;"><i>Source:https://wallpaperaccess.com/ireland-scenery</i></div></span><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span face=""Verdana","sans-serif"" style="background: white; color: #222222; mso-bidi-font-family: Arial;">Hari ketiga. Komitmen mulai diuji, gaes. Untung Piah terus-terusan ngetag di IG Story sebagai bentuk motivasi eksternal untuk melanjutkan tantangan ini. <i>Makasee</i>, Piah. Temanya tentang tempat-tempat yang ingin kamu kunjungi. Sebagai manusia
banyak mau, banyak tempat juga di dunia ini yang saya ingin kunjungi dan selalu
berubah-ubah tergantung <i>mood</i>, apa yang dilihat, dan apa yang lagi <i>hype. </i>😂 Pernah di suatu periode masa tertentu saya ingin sekali ke
Belanda. Alasannya, pada masa penjajahan Belanda, banyak arsip-arsip Indonesia
yang dibawa ke Belanda. Arsip-arsip yang jumlahnya ribuan tersebut, sampai
sekarang masih tersimpan rapi di Belanda. Arsip-arsip itu sangat penting bagi
sejarah bangsa. Itu kata </span><span face=""Verdana","sans-serif""><a data-saferedirecturl="https://www.google.com/url?q=http://detik.com&source=gmail&ust=1600935119949000&usg=AFQjCNGfpyasuCPLeH5kCqzK-jzabJzwTA" href="http://detik.com/" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-align: start; widows: 2; word-spacing: 0px;" target="_blank"><span style="background: white; color: #1155cc; mso-bidi-font-family: Arial;">detik.com</span></a></span><span face=""Verdana","sans-serif"" style="background: white; color: #222222; mso-bidi-font-family: Arial;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; float: none; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;">. Tapi kalau alasan saya mau ke Belanda sih ya karena ada Tan
Sis aja. Paling tidak, gak akan nyasar. HAHAHA...</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></p><div style="text-align: start;"><span><a name='more'></a></span></div><span face=""Verdana","sans-serif"" style="color: #222222; mso-bidi-font-family: Arial;"><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; widows: 2; word-spacing: 0px;" /><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Lalu, gara-gara nonton video klipnya Westlife yang </span><i style="background-color: white;">My Love</i><span style="background-color: white;">,
pemandangan gila-gilaan Irlandia menjadi daya tarik berikutnya. Berikutnya, pas
nonton </span><i style="background-color: white;">The Hobbit </i><span style="background-color: white;">jadi ingin ke New Zealand. Lalu nonton </span><i style="background-color: white;">Kuch Kuch Hota Hai</i><span style="background-color: white;">
jadi ingin ke India. Gitu emang anaknya. Bahkan, tahun-tahun kemarin, saat
tontonan wajib saya setiap malam adalah </span><i style="background-color: white;">channel</i><span style="background-color: white;"> youtubenya Mark Weins, saya
jadi ingin ke Korea dan Jepang hanya karena makanannya terlihat enak. Mungkin,
besok-besok, kalau ada kesempatan untuk jalan-jalan, saya akan tutup mata saja
dan memilih satu negara di peta. Karena ya, semua tempat pasti ada daya
tariknya dan tidak ada satu tempat yang secara spesifik benar-benar sangat
ingin saya kunjungi. </span></div>
<div style="text-align: justify;"><br /></div>
<span style="background: white;"><div style="text-align: justify;">Sekarang, saat negara api menyerang dalam bentuk pandemi
Covid 19, saya mulai kangen rasanya keliling-keliling mall besar, nonton XXI,
menunggu di bandara, pelabuhan, dan stasiun kereta api untuk pergi ke mana saja. Jauh, dekat, 2000 rupiah. Eh, maksudnya jauh, dekat, saya rindu. Jadi, nanti saat
pandemi usai mungkin lebih baik membangkitkan sektor pariwisata dalam negeri
dulu kali yak daripada jalan-jalan ke luar negeri karena tentu saja tidak cukup
uangnya. 😝</div></span></span><p></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-56340832864058541492020-09-21T23:39:00.002+07:002020-09-23T15:12:56.251+07:00Day 3 : A Memory #30DaysWritingChallenge<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHhECpWFvP5WAiW-utDjnX_ZMvAHsG8OdJ_ic4hyphenhyphen10NHXB62DPwMC4mgSM6MRYCeI-3pTMqbQdkB3lN5yEqzwpg00euaZZda-FA6Q7-EsXc689WPj3oPoKqZvXTOMRmJCf_a3Hf0xNlSQ/s275/day+3.1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="183" data-original-width="275" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHhECpWFvP5WAiW-utDjnX_ZMvAHsG8OdJ_ic4hyphenhyphen10NHXB62DPwMC4mgSM6MRYCeI-3pTMqbQdkB3lN5yEqzwpg00euaZZda-FA6Q7-EsXc689WPj3oPoKqZvXTOMRmJCf_a3Hf0xNlSQ/w320-h213/day+3.1.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p style="text-align: center;"><i><span style="font-size: xx-small;"><span style="font-family: verdana;">Source:</span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: verdana;">shorturl.at/xJKTY</span></span></span></i></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;"></p><div style="text-align: justify;"><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: verdana;">Mengetik "</span><i style="color: #222222; font-family: verdana;">a memory</i><span style="background-color: white; color: #222222; font-family: verdana;">"
berarti memutar semua kenangan-kenangan paling kuat yang berlomba-lomba untuk
eksis di blog ini. HAHAHA… Tapi kemudian saya memilih satu kenangan. Bukan yang
paling menyenangkan, bukan yang paling menyedihkan, bukan pula yang paling kuat
dalam ingatan. Tapi kenangan inilah yang mungkin akan terus saya rekam sebagai
salah satu ingatan paling hangat dalam hidup saya.<span><a name='more'></a></span></span></div><span style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222;"><br /></span></div><div style="color: #222222; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Saat itu tahun 2010 atau 2011. Disclaimer: Saya memang selalu
bermasalah mengenai ingatan tentang tahun. Misalnya saya selalu lupa tahun
pernikahan saya atau tahun kelahiran Zahir dan Inaranti. Semacam itulah. Pokoknya
waktu itu malam hari di penginapan Jalan Riau. Tempat Mama dan Papa saya
bermalam karena ada acara di Bandung. </span></div><div style="color: #222222; text-align: justify;"><span style="background-color: white;"><br /></span></div><div style="color: #222222; text-align: justify;"><span style="background-color: white;">Saat itu saya sudah bekerja di Jakarta.
Sudah memiliki niat untuk menikah dengan Om Taurus tapi niat itu belum saya
sampaikan kepada Mama dan Papa. Tidak, saya tidak ragu-ragu tapi saya takut
kalau Mama dan Papa merasa ini terlalu cepat. Saya juga takut kalau masih ada
hal lain yang mereka ingin saya capai sebelum memilih menikah. Mendapat pekerjaan yang
lebih baik misalnya, mencoba tes CPNS, atau sekolah lagi. Keinginan-keinginan
yang </span><b style="background-color: white;">saya pikir</b><span style="background-color: white;"> adalah keinginan
orangtua saya saat itu. Saya juga dilanda perasaan sedih karena saya baru
bekerja sebentar lalu memutuskan untuk menikah. </span><b style="background-color: white;">Dalam pikiran saya</b><span style="background-color: white;"> saat itu, belum banyak yang bisa saya berikan
untuk Mama dan Papa. Iya, dulu tujuan saya bekerja, selain melepaskan diri dari
bantuan finansial yang selama ini ditopang oleh orangtua, juga untuk
membahagiakan mereka dengan memberi hal-hal yang </span><b style="background-color: white;">saya pikir</b><span style="background-color: white;">, mereka inginkan. Membelikan mereka barang-barang bagus,
mengajak mereka jalan-jalan, dan hal-hal lain yang saya ukur dengan uang.</span></div>
<div style="text-align: justify;"><span style="color: #222222;"><br /></span></div>
<span style="background: white; color: #222222;"><div style="text-align: justify;">Sebenarnya malam itu, tidak ada rencana untuk memberitahu Mama dan Papa tentang niat saya dan Om Taurus untuk segera menikah. Tapi kebiasaan saya dan
Papa <i>ngobrol</i> berdua dari hati ke
hati, mau tidak mau memancing saya untuk bercerita soal niat tersebut. Saya
ceritakan semua kebimbangan, kegelisahan, dan rasa takut saya. Saya juga
ceritakan bahwa dengan adanya niat itu, saya dan Om Taurus ingin fokus menabung
untuk biaya pernikahan kami agar tidak banyak merepotkan yang artinya saya mungkin
tidak bisa lagi menabung untuk kuliah di UI yang sempat saya rencanakan. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya
menangis untuk pertama kalinya di depan Papa (menangis waktu kecil tidak
dihitung). Tidak, saya bukan menangis untuk mimpi-mimpi yang harus saya
kesampingkan. Saya percaya bahwa pilihan hidup adalah kumpulan hal-hal yang
selalu berusaha menarik perhatian. Bila tidak ada prioritas, maka kita akan
terus kebingungan memilih dan memilih lagi. Saat itu, yang saya tangisi adalah niat saya
yang <b>saya pikir</b> egois. Saya menangisi
pekerjaan saya yang saat itu belum bisa memberi kontribusi banyak untuk keluarga.
Saya menangisi hal-hal lain yang <b>saya
pikir</b> adalah keinginan Mama Papa namun belum bisa saya capai. Papa hanya
terdiam melihat anak sulungnya yang suka sok tegar sesenggukan. Mama keluar
kamar, ikut menangis melihat saya yang terlihat begitu tertekan. Satu kalimat
Papa yang sampai saat ini saya terus ingat adalah, </div><div style="text-align: justify;"><blockquote><i>"Nggi, kalau hanya
ingin membahagiakan Mama Papa, kamu menikah itu juga membahagiakan kami." </i></blockquote></div><div style="text-align: justify;">Saya kembali menangis kencang.</div></span><div style="text-align: justify;"><br /></div>
<span style="background: white; color: #222222;"><div style="text-align: justify;">Dulu, saya pikir kalimat itu hanyalah kalimat penghiburan
orangtua terhadap anaknya. Kalimat itu berhasil menenangkan dan mengangkat
semua beban yang saya rasa tentang memilih pernikahan. Tapi kini, saat saya
berada di posisi sebagai orangtua, saya akhirnya sadar kalau saat itu, saya
berpikir dari posisi saya sebagai anak. <b>Saya pikir</b> saya tahu apa yang orangtua
mau. <b>Saya pikir,</b> hal-hal yang saya lakukan adalah hal-hal yang paling mereka
inginkan. <b>Saya pikir</b>, jika saya tidak memenuhi hal-hal yang ideal, mereka tidak
akan bahagia. <b>Saya pikir</b>, jalan bahagia mereka hanya lewat satu cara. Ternyata begitu kecilnya saya menghitung rasa sayang mereka. </div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;">Padahal bagi orangtua<i>, "Bahagia itu apa jika anak-anaknya tidak? Sebaliknya, kebahagiaan anak, terlepas dari apa pun pilihannya, adalah prioritas utama." </i>Sesederhana itu saja.</div></span></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;"><span style="background: white; color: #222222;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></span></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-17283570812178182952020-09-20T23:06:00.003+07:002020-09-23T15:31:39.892+07:00Day 2 : Things That Make You Happy #30DaysWritingChallenge<p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rT320Xvb11Orqpr_XC1-SMlE6f6r5MEgPSAvpV6dWOfpMIt-W5iwEyy6jZyR8OLLiaOpQrsBC4wA0SE1zubU0rJHifRnxCOBZbt-kN0-d1n1bfT2_8gmff2iRZxhlOOT05WJYHdGhT8/s600/day+2.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: verdana;"><img border="0" data-original-height="385" data-original-width="600" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7rT320Xvb11Orqpr_XC1-SMlE6f6r5MEgPSAvpV6dWOfpMIt-W5iwEyy6jZyR8OLLiaOpQrsBC4wA0SE1zubU0rJHifRnxCOBZbt-kN0-d1n1bfT2_8gmff2iRZxhlOOT05WJYHdGhT8/s320/day+2.jpg" width="320" /></span></a></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i>Gambar dari : https://bit.ly/3mC3Qid</i></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div><div style="text-align: left;"><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Hari kedua. Temanya tentang <i>“Things That Make You Happy”</i>.
Terdengar mudah, ya, tapi jadi tidak mudah saat kamu orangnya ‘gampangan’ kayak
saya. Masukin barang yang dipengen ke kantong belanjaan Shopee saja, sudah
bisa bikin bahagia. Pas <i style="mso-bidi-font-style: normal;">check outnya</i> baru
sedih. Liat <i style="mso-bidi-font-style: normal;">feed</i> medsos ada
pengumuman lomba menulis novel atau cerpen, langsung bahagia. Padahal bisa dipastikan
tidak bakalan ikutan lomba. Melihat ada paket di atas meja saat pulang kerja,
langsung bahagia juga. Padahal saya nggak pesen apa-apa dan bisa dipastikan itu
paket bukan untuk saya. Jadi ya gini, akhirnya bingung untuk menulis hal-hal
yang bikin bahagia karena terlalu banyak dan biasanya hal-hal receh sih. Untuk
mempersempit medan jelajah agar postingan ini nantinya tidak jadi makalah, maka
saya akan fokus ke hal-hal kecil dalam rutinitas harian saja yha…</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><b>Netizen be lyke</b> : <b>SERAH!!<span></span></b></span></p><a name='more'></a><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"></p><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;">Saya akan bahagia kalau bangun pagi-pagi dan
Inara dalam kondisi </span><i style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;">mood</i><span style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;"> yang baik.
Senyum-senyum senang, berbinar-binar matanya, ngajak ngobrol soal </span><i style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;">kurs</i><span style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;"> rupiah hari itu, berdiskusi tentang
perkembangan penemuan vaksin COVID-19, menyiapkan air untuk mandinya sendiri,
membuatkan saya kopi…CANDA. Maksudnya ya selama </span><i style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;">mood</i><span style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;"> dia saat bangun tidur bagus, maka bisa dipastikan bahwa saya
akan bahagia pagi itu.</span></li></ul><ul style="text-align: left;"><li><span style="font-family: verdana; text-align: justify; text-indent: -18pt;">Saya kan pelupa banget orangnya. Nah, yang
sering terjadi saat mandi, paling tidak seminggu sekali adalah saya lupa
mengisi ulang sabun mandi. Jadi, sering terjadi saya harus mandi dengan
mengorek-orek sisa sabun yang ada. Gak asik pokoknya. Jadi, saya bakal </span><i style="font-family: verdana; text-align: justify; text-indent: -18pt;">happy</i><span style="font-family: verdana; text-align: justify; text-indent: -18pt;"> sekali saat menemukan sabun cair
terisi penuh dan tinggal pakai karena Om Taurus yang sangat rapi dan teliti,
sudah isi ulang di malam sebelumnya. HAHAHA…</span></li></ul><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><i style="font-family: verdana;">Mood booster</i><span style="font-family: verdana;">
pagi lainnya adalah bisa sampai kantor paling pagi dan bisa menyelesaikan hampir
semua target kerjaan hari itu sebelum orang-orang datang jadi sisa waktunya
bisa digunakan untuk melakukan hal-hal yang memudahkan saya untuk melakukan pekerjaan di
hari berikutnya. Ditemani </span><i style="font-family: verdana;">streaming
prambors</i><span style="font-family: verdana;"> tentunya.</span></li></ul><ul style="text-align: left;"><li><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Makan siang tepat waktu juga termasuk hal yang
bisa bikin saya bahagia. Saya gampang kesal kalau lapar HAHA. Apalagi kalau setelah
makan siang masih ada waktu untuk mampir bentar ke kedai kopi langganan. Tapi
saya benar-benar agak </span><i style="font-family: verdana;">strict </i><span style="font-family: verdana;">soal
tepat waktu ini. Makanya saya retweet beratus-ratus kali tuh twitnya
@setyaoctaa : <b>pulang-<i>on-time-shaming is the culture we need to stop</i>.</b> (Gimana
caranya retweet ratusan kali, Mbyak?) Makan tepat waktu, pulang tepat waktu,
itu bikin bahagia. Jangan di <i>on-time shamingin</i>, dong. Kecuali di <i>case-case</i>
tertentu yaaa. Saya juga bukan anti lembur, kok. Tapi kalau target kerjaan
sudah selesai dan sudah jamnya pulang, ya pulang dong. Jangan ditanya-tanya
lagi, </span></div><blockquote><blockquote><span style="font-family: verdana; text-align: justify;">“ Kok udah pulang? Baru jam segini..."</span></blockquote></blockquote><blockquote><blockquote><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">“Bosnya aja belum pulang.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">“Pulang cepet terus.</span><span style="text-align: left;"> "</span></p></blockquote></blockquote><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; text-align: justify;">Lah, jadi curcol. Tapi intinya gitu. <i>On time</i> itu menyenangkan. Bikin bahagia.</span></p></li><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Ini agak egois, sih. Tapi saya agak senang kalau sampai
rumah dan Inara sedang tidur karena saya jadi punya sedikit waktu setelah mandi
untuk cek tugas-tugas Zahir, untuk ngobrol dengan Zahir hal-hal ringan kayak berapa
jumlah badak Jawa sekarang</span><span style="font-family: verdana;"> </span><span style="font-family: verdana;">di Taman
Nasional Ujung Kulon setelah lahir dua anak badak Jawa yang langka, atau jadi ada waktu untuk
nyari cemilan di warteg, bikin danau, menggali potensi diri, dan lain-lain. Tapi kalau saya pulang dan Inara bangun juga saya
senang kok karena berarti dia akan tidur lebih cepat dan itu berarti….</span></li></ul><ul style="text-align: left;"><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana; text-indent: -18pt;">Iya, itu berarti saya akan punya waktu lebih
banyak di malam hari untuk <i>netflix-an</i>, membaca menulis, s<i>crolling-scrolling</i>
medsos, bikin IG story yang <i>aesthetic</i>, merenungi hari, menyesali hal-hal bodoh
di hari ini, memikirkan caranya tampil keren, berdialog dengan diri sendiri
tentang diri sendiri, berghibah dalam hati, bermain sepak takraw, berlatih orkestra,
menyambut tamu negara dan masih banyak lagi. </span></li></ul>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Nah, sudah. Selamat malam!<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p><span style="font-family: verdana; font-size: xx-small;"><i></i></span></div><p></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-47895629594340636232020-09-19T04:02:00.006+07:002020-09-23T15:32:03.483+07:00Day 1 : Describe Your Personality #30DaysWritingChallenge<p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSWtylmDsYXgaUKLaUc3x3uHGr57VtXEZsQDrNlBnVaKKHIj5oMKdYBNBtz1WCqgmXDgO5OWq_0kQB3nTBv4LBqfE48elvrqfZpjLaopnIEkcfueBUg3CZPjqojRLrqXg-1OvYw6f0gY/s1280/day+1.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSWtylmDsYXgaUKLaUc3x3uHGr57VtXEZsQDrNlBnVaKKHIj5oMKdYBNBtz1WCqgmXDgO5OWq_0kQB3nTBv4LBqfE48elvrqfZpjLaopnIEkcfueBUg3CZPjqojRLrqXg-1OvYw6f0gY/s320/day+1.png" /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><i><span style="font-size: xx-small;">Source : https://www.pinterest.com/pin/23995810503305272/</span></i></div><span style="font-family: verdana;"><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><br /></span></p><div style="text-align: justify;">Hai, saya akhirnya memulai lagi 30 Days Writing Challenge
karena beberapa hal. Pertama, blog ini sudah terlalu lama sendiri..sudah
terlalu lama aku asik sendiri. Lama tak ada yang menemani, rasanya…. (gosah
nyanyi!). Kedua, karena di <i>timeline socmed</i> saya, mulai sering muncul beberapa <i>inner
circle</i> yang juga ikutan <i>challenge</i> ini (iya, anaknya gampang <i>kabita’an</i>). Ketiga, karena sudah lama saya tidak menulis selain makalah, SK, laporan kegiatan,
surat perintah tugas, naskah proklamasi, sumpah Palapa, dan hal-hal nggak asik lainnya. Saya jadi takut kelenturan tangan untuk menulis tulisan-tulisan ringan seperti ini menghilang. Jadi, mari kita mulai hari
pertama…</div></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><b>Day 1: <o:p></o:p></b></span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: verdana;"><b>Describe Your Personality</b></span></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;"><span></span></span></p><a name='more'></a><span style="font-family: verdana;"><div style="text-align: justify;">Beberapa hari yang lalu, saya memuji seorang sahabat
habis-habisan. Tentang kebaikan hati dan ketulusannya. Hal yang saya sadari
lama tidak saya temui pada diri sendiri. Saya nyaris lupa rasa hangatnya
berhasil membantu seseorang sampai tuntas, menerima ucapan terima kasih karena
telah benar-benar bekerja keras mengubah suasana hati atau keadaan orang lain menjadi lebih baik, membuat orang-orang
tersayang tersenyum bahagia, dan hal-hal
lainnya yang dulu begitu mudah saya lakukan. Dulu saya adalah pencari
keseimbangan. Tapi kini, saya nyaris tidak yakin di mana batas keseimbangan itu
karena sibuk untuk tidak peduli. Tidak saya sengaja memang, tapi banyak hal
yang berubah dan benar-benar menarik saya begitu kuat ke dalam <i>‘kemasabodoan’</i>.
Tidak lagi peduli tentang hal-hal kecil yang bisa menimbulkan kehangatan dalam
hati, cuek akan perasaan orang-orang terdekat karena berharap mereka memaklumi,
menghindari hal-hal yang membuat lelah tanpa perlu merasa harus meminta maaf
untuk hal-hal yang ditimbulkan kemudian.</div><o:p></o:p></span><p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Kenapa? Saya tidak tahu. Mungkin saya hanya benar-benar
lelah menjadi orang yang peduli. Jadi, saat kemarin saya melihat sahabat saya
dengan begitu perhatian membantu banyak orang padahal saya tahu dia juga
kelelahan, dan tidak dalam kondisi </span><i style="font-family: verdana;">mood</i><span style="font-family: verdana;">
yang terlalu baik dan sebenarnya memiliki sejuta alasan untuk meninggalkan
situasi tidak menyenangkan itu tapi akhirnya memilih tinggal dan membantu
menyelesaikan masalah orang lain satu persatu hingga tuntas, saya rasanya….<b><i>tertampar.</i></b>
Padahal dia inilah orang yang selalu memuji saya sebagai orang yang baik hati.
Pujian sederhana yang sering saya abaikan karena, yaaaah, bisa gak sih
memujinya lebih spesifik? HEHE…</span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Perasaan tertampar itu membawa kembali kenangan tentang
kesempatan-kesempatan yang hilang untuk membuat orang lain berada dalam kondisi
yang lebih baik, waktu yang seharusnya bisa disisihkan untuk mendengar
cerita-cerita ringan dari orang terdekat tentang hari-harinya, sikap tidak
menyenangkan yang seharusnya bisa dihindari hanya karena merasa sedikit
direpotkan, perasaan cemburu dan tidak terima atas pencapaian orang lain, juga sedikit
perhatian yang seharusnya bisa diberikan untuk detail-detail kecil yang disajikan
kehidupan. </span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-family: verdana;">Jadi, maaf, untuk semua yang pernah dikecewakan...<i>I learnt.</i><o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p><span style="font-family: verdana;"> </span></o:p></p>yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com19tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-16734120256389638002020-07-20T23:35:00.001+07:002021-07-18T17:31:04.262+07:00Tentang Solusi Sunatan Bandar Lampung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4AvVz_JM_ICD9gObIyMMIbnTcJ8hvO9qCg7DTsxDe2FyHxp6f-qCc9bof7xZa72GiCbOpH3ke20nZZuSOZ2Yp1-RH5V60_0zkrTWksAEAh168NbHZ3LV1hvaYLb-ee9pTLctQ8gBBT1E/s1600/sertifikat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4AvVz_JM_ICD9gObIyMMIbnTcJ8hvO9qCg7DTsxDe2FyHxp6f-qCc9bof7xZa72GiCbOpH3ke20nZZuSOZ2Yp1-RH5V60_0zkrTWksAEAh168NbHZ3LV1hvaYLb-ee9pTLctQ8gBBT1E/s320/sertifikat.jpg" width="240" /></a></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">ZAHIR SUNAT!!!</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><img alt="🗣" class="CToWUd" data-goomoji="1f5e3" data-image-whitelisted="" goomoji="1f5e3" src="https://mail.google.com/mail/e/1f5e3" style="margin: 0px 0.2ex; max-height: 24px; vertical-align: middle;" />️ : Biasa ajaa... (kata netizen)</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jujur ya, saat punya anak laki-laki, kekhawatiran saya yang lumayan bikin deg-degan adalah SUNAT! Whaay? Karena sampai sebidadari ini, saya benar-benar tidak punya pengalaman melihat orang sunat. Maklum, kakak beradik perempuan semua. Jadi, bisa dibilang, urusan sunat ini saya pasrahkan saja ke Om Taurus. Om Taurus bilang, nanti saja sunatnya saat Zahir naik ke kelas 4. Oh, oke. Masih lama pikir saya saat itu. Masih bisa santai. Tapi lalu tiba-tiba negara api menyerang. Serangan itu dalam bentuk wabah virus covid-19 yang membuat sekolah libur berbulan-bulan. Itu juga yang membuat Om Taurus berubah pikiran.</span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Mumpung libur panjang, sekarang-sekarang saja deh Zahir sunatnya." </i>katanya 3 minggu sebelum hari H.</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Kamu cariin tempat sunat yang bagus ya." </i>Titahnya kemudian.</span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Bhaiq, paduka."</i></span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><a name='more'></a><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lalu saya pun mulai <i>browsing-browsing</i> tempat sunat yang bagus di Lampung. Dari hasil <i>browsing</i> ditambah pengalaman teman-teman dan bisik-bisik tetangga, ketemulah saya dengan <a href="https://solusisunatan.com/">Solusi Sunatan</a>. Tempat sunat yang jaraknya tidak sampai 3 km saja dari rumah. Wah, ada tempat seterkenal ini kok saya tidak tahu ya? Mungkin karena memang tidak dicari. Lagipula manusia kan gitu, hanya fokus terhadap hal-hal yang ia butuhkan. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sebelum sunat tentu saja tanya anaknya dulu dong. Zahirnya mau? Tentu tidak katanya. Om Taurus mengeluarkan jurus rayuannya, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Kalau mau nanti dikasih hape baru." </i></span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya yang jiwa perhitungannya kambuh langsung meralat rayuan Om Taurus.</span></blockquote>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Nggak, hp Zahir masih bagus. Kalau Zahir mau sunat, Mama kasih SIM card?"</i> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">yang langsung disambut anggukan Zahir. Huft selamat deh dua jutaan 🤣. Mamanya emang paling tahu yang dimau anak kok. *tepok dada*</span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jadi Zahir ini, sejak diberi ponsel lungsuran Om Taurus yang sudah sedikit retak, main ponsel di <i>weekendnya</i> (Zahir hanya boleh main ponsel saat <i>weekend</i>) sudah pakai ponsel lungsuran itu, tidak lagi pakai ponsel Mama atau Papanya. Tapii...ponsel itu tidak ada SIM <i>card</i> jadi tetap saja, saat <i>weekend</i> dia akan sibuk merayu-rayu Mama dan Papanya untuk minta <i>tethering</i>. Ciyaaan. Padahal <i>weekend</i> tuh hak dia tapi sering ditunda-tunda. Jadi, sepertinya Zahir merasa butuh SIM <i>card</i> sendiri agar punya otonomi atas hapenya <img alt="😂" class="CToWUd" data-goomoji="1f602" data-image-whitelisted="" goomoji="1f602" src="https://mail.google.com/mail/e/1f602" style="margin: 0px 0.2ex; max-height: 24px; vertical-align: middle;" /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mengingat dua jutaan yang berhasil diselamatkan karena cukup membeli SIM <i>card</i> saja, saya pun bertanya lagi agak menantang, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Selain itu mau apa lagi?" </i></span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tapi dasar Zahir anak soleh dan anak baik (Aamiin) dia memang punya 3 permintaan lain yang <i>Alhamdulillah</i> ya gak mahal-mahal amat, yaitu :</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Buku keluarga super irit. (Siap, ini mah beliin 3 biji juga sanggup Emaknya)</span></li>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Lolipop warna-warni besar (ini entah anaknya <i>kabita </i>gara-gara apa...)</span></li>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Macaroni kejunya PHD. (Asik! Sama minumnya juga boleh ini, mah)</span></li>
</ul>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setelah lobi-lobi dengan Zahir selesai, seminggu sebelum rencana sunat, saya hubungi Solusi Sunatan. Saya tanya-tanya semuanya dan bilang mau daftar untuk minggu depan di hari Sabtu. Tapi ternyata tidak begitu cara daftarnya, karena saat <i>weekend</i>, biasanya banyak pasien dadakan jadi sistemnya 'siapa cepat dia dapat' alias siapa datang duluan, ia akan dilayani lebih dulu. Informasi yang saya dapat lewat telepon antara lain:</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<ul>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Klinik buka pukul 8 pagi lalu tindakan dokter dimulai pukul 9 pagi. </span></li>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tindakan sekitar 10 menit saja dengan bius lokal menggunakan jarum bayi </span></li>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Teknik yang diunggulkan adalah teknik klem. Teknik ini menggunakan laser dan tanpa jahitan. Jadi setelah disunat lukanya tidak dijahit tapi dipasang semacam tabung. Teknik ini dinilai banyak orang lebih nyaman karena meminimalisir pendarahan dan rasa sakit, durasi pengerjaan yang singkat, dan lebih cepat sembuh. </span></li>
<li><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tiga hari setelah sunat, tabung dilepas kembali di Solusi Sunatan. </span></li>
</ul>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>H-2</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Mempersiapkan hari H ini lebih khawatir ke jadwal Om Taurus daripada ke jadwal sunatnya karena waktu sunatan ini sudah mundur satu minggu dari jadwal untuk menyesuaikan dengan pekerjaan Om Taurus yang lagi padat-padatnya <i>even</i> di <i>weekend.</i> Saya bahkan harus <i>mereschedule</i> pesanan tumpeng yang sudah dipesan seminggu sebelumnya. Untung saja boleh. Dan untung saja, saya belum mengundang keluarga Eyang untuk datang. Iya, rencananya memang ada syukuran kecil-kecilan di rumah Oma. Hanya makan siang keluarga bersama, tapi tetap saja harus dipersiapkan, kaan...</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jumat sore, saya menelepon <a href="https://solusisunatan.com/">Solusi Sunatan</a> untuk mendaftar kunjungan besok (Sabtu pagi) setelah mendapat kepastian bahwa <i>weekend</i> ini Om Taurus tidak akan mendadak harus ke kantor lagi. Saya tetap mendaftar walaupun saya tahu sih itu tidak berpengaruh karena mereka sudah wanti-wanti bahwa yang datang duluan akan dilayani lebih dulu. Di telepon mereka bilang bahwa sebelum Zahir, sudah ada 6 orang yang lebih dahulu reservasi. Wah, alamat besok bangun pagi nih...</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Hari H</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Tidak ada persiapan khusus. Saya bahkan bangun kesiangan. Hingga Zahir tidak sempat sarapan. Dengan buru-buru, saya bawakan Zahir sarung untuk anak yang jauh-jauh hari sudah saya beli di <a href="https://www.instagram.com/chikobabyshop">Toko Chiko Baby Shop</a> dan Toko <a href="https://www.instagram.com/banibatuta.tanjungkarang/">Bani Batuta</a> setelah tanya-tanya dengan Cici, teman SMA yang merangkap juragan Bebek Belvr. Saya juga membawa satu setel baju ganti untuk Zahir (baju, celana pendek, & <i>underwear</i>). Saya juga tidak tahu sih buat apa. Saya hanya merasa harus membawanya. Juga handuk kecil dan kain kasa. Lagi-lagi tidak ada alasan khusus membawanya, hanya karena ingin saja. Yang penting-penting seperti sarapan dan air minum malah tidak dibawa. Dasar aku! Jadi apakah baranng-barang yang saya bawa berguna? TIDAK! Jadi sudahlah, bawa sarung saja dan cemilan yang banyak.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Sampai di Tempat</b></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheHMxwZIHUEL7Qaj6JXKcRKqDBQDSwAq6B_Jiz8UTiAYJyrRrALekO_IUEyCJaMDf7MemstKVkJlkKK87XGqvKUEQgLJ-DqNalKFvNczgg5eGY62vD_2Mu_SjnctLlyTLjw6s_SJzbyWI/s1600/P_20200711_081442.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheHMxwZIHUEL7Qaj6JXKcRKqDBQDSwAq6B_Jiz8UTiAYJyrRrALekO_IUEyCJaMDf7MemstKVkJlkKK87XGqvKUEQgLJ-DqNalKFvNczgg5eGY62vD_2Mu_SjnctLlyTLjw6s_SJzbyWI/s320/P_20200711_081442.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pintu Masuk dan Halaman Parkir Solusi Sunatan</span></td></tr>
</tbody></table>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Kami (Saya, Om Taurus, dan Zahir) tiba di Solusi Sunatan pukul 07.45 WIB dan sudah ada sekitar 5 atau 6 mobil yang parkir. Untung halaman parkirnya cukup luas jadi kami tidak harus parkir di bahu jalan. Saya dan Zahir masuk lebih dahulu sementara Om Taurus lanjut memarkirkan mobil. Di pintu masuk tertulis bahwa yang boleh masuk ke dalam ruangan hanya 3 orang yaitu Ayah, Ibu, dan anak yang akan disunat. Melewati pintu masuk, kami disambut oleh ruangan luas tanpa sekat dengan cat berwarna merah yang berisi beberapa tempat duduk dan satu meja panjang untuk pendaftaran serta lemari dan rak susun. Saya mendekati meja dan petugas segera memberi nomor antrian. Zahir mendapat nomor 6. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; text-align: center;"><tbody>
<tr><td><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV7WrpY2OAgpwKiUJB3-Ibx3bJTlaxqJ723h_N9JSsCuJ7I_dwnp0825SYTtU5PrMs-Dk7VCXNhr7YKmtNHkXMkyUFl406x1QxZlIWFNKkWoJQxmJaPAm8T5esurL9kEyVglYasQ-14hY/s1600/P_20200711_081530.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV7WrpY2OAgpwKiUJB3-Ibx3bJTlaxqJ723h_N9JSsCuJ7I_dwnp0825SYTtU5PrMs-Dk7VCXNhr7YKmtNHkXMkyUFl406x1QxZlIWFNKkWoJQxmJaPAm8T5esurL9kEyVglYasQ-14hY/s400/P_20200711_081530.jpg" width="300" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="font-size: 12.8px;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Ruang Tunggu<br /></span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Selama menunggu petugas yang sedang membantu antrean sebelum Zahir untuk mengisi <i>form</i> pendaftaran, Zahir diminta menimbang terlebih dahulu. Formulir pendaftaran yang diisi berupa data diri sederhana berupa nama anak yang disunat, nama dan alamat orangtua, nomor telepon, riwayat penyakit, keterangan tentang berat badan, tinggi, dan alergi pada anak. Setelah mengisi semuanya, kami diminta menunggu lagi karena tindakan baru dimulai pukul 09.00.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat menunggu, Eyang dan bunda-bundanya Zahir ternyata ikut datang. Jadilah Zahir menjadi satu-satunya anak yang memiliki pengantar sunatan paling banyak </span><img alt="😂" class="CToWUd" data-goomoji="1f602" data-image-whitelisted="" goomoji="1f602" src="https://mail.google.com/mail/e/1f602" style="font-family: Verdana, sans-serif; margin: 0px 0.2ex; max-height: 24px; vertical-align: middle;" /><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">. Total yang mengantar Zahir ada 8 orang termasuk mama dan papanya. Tapi untung saja mereka datang karena Zahir jadi ada teman menunggu di mobil dan sarapan. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Jam 9 pas, nomor antrean pertama masuk ke ruangan. Tidak ada suara dan selesai tanpa tangisan. Malah tertawa-tawa. Lumayan tenanglah saya. Keadaan seperti itu berlangsung hingga antrean ke-4. Semua tenang di dalam ruangan dan keluar tanpa isak tangis. Padahal salah satu alasan saya menyuruh Zahir menunggu di mobil adalah saya takut kalau ada anak yang menangis, maka Zahir jadi panik dan takut. Untunglah tidak seperti yang saya khawatirkan.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat antrean ke-4 hampir selesai, saya mengajak Zahir turun dari mobil dan menunggu di ruang tunggu bersama saya dan Om Taurus. Antrean ke-5 masuk. Zahir sudah duduk manis di ruang tunggu ketika....</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>ANAK ANTREAN KE-5 MENJERIT KENCANG. MENANGIS HEBOH. BERMENIT-MENIT!!!</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya segera mengalihkan perhatian Zahir yang tiba-tiba diam menatap pintu ruang dokter. Ponsel yang tadinya saya singkirkan, saya berikan lagi dan menyuruh Zahir melanjutkan <i>gamenya</i> untuk mengalihkan perhatian. Yaelah, adek nomor 5, kenapa kamu harus nangisnya pas banget sebelum Zahir masuk1!1! Grrrr.....</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Show Time!</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Antrean ke-5 keluar dengan masih terisak-isak. Zahir masuk ke ruang dokter dengan mata masih fokus ke <i>game</i> di ponsel hingga dokter memintanya menaruh ponsel dan duduk di depan dokter. Dokter yang masih muda dan berkacamata itu pun memulai <i>approaches</i>...</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOegEf7kYPzPj6fmDtFboglsVu802qFKCFUxU7TpSYH1xPUfRPDQWtwXacKyrXJofqhB67rP4RS1MrS5YvpPB8L8tWZpm-BI6CtDQOdZyR233Iin_4qLGNPGRcf3zac5baywS_B9aLa8Q/s1600/P_20200711_093200.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOegEf7kYPzPj6fmDtFboglsVu802qFKCFUxU7TpSYH1xPUfRPDQWtwXacKyrXJofqhB67rP4RS1MrS5YvpPB8L8tWZpm-BI6CtDQOdZyR233Iin_4qLGNPGRcf3zac5baywS_B9aLa8Q/s320/P_20200711_093200.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pak Dokter Memulai PDKT</span></td></tr>
</tbody></table>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Zahir pernah digigit semut, nggak?"</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Pernah"</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Sakit, nggak?"</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Sakit."</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Nangis nggak?"</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Nggak"</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Nah, nanti Zahir akan merasa seperti digigit semut ya, sakit tapi ya tidak bikin Zahir nangis. Oke?"</i> </span><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Zahir ngangguk.</span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">(Dialog ini di kemudian hari selalu diingat Zahir. Katanya, "Benar juga ya kata Dokter waktu itu. Sunat itu rasanya cuma kayak digigit semut aja. Tapi seribu semut!!" katanya ngegas. Waw...<i>he learnt sarcasm</i>.)</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Zahir diminta berbaring di tempat tidur. Matanya diminta fokus saja ke ponsel. Sebenarnya ada tablet berukuran besar di meja dokter. Boleh dipakai tapi Zahir memilih menggunakan ponsel milik Mbak Hana, sepupunya, yang memiliki <i>games</i> yang ia sukai. Tapi Zahir tetap tidak bisa fokus, sekali-sekali kepalanya diangkat untuk melihat apa yang sedang dokter lakukan. Saat bius dengan jarum kecil ditusukkan, ia menjerit kecil tapi kemudian kembali melihat ponselnya. Dokter pun tampak menikmati pekerjaannya dan mengerjakan proses sunat sambil diiringi lagu <i>Widuri</i> yang ia setel dari ponselnya segera setelah bius bekerja. Gerakannya cepat dan terampil, mulutnya tidak lupa merayu Zahir dan mengatakan hal-hal manis seperti, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Wah, Zahir jagoan."</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Ini tidak sakit lagi yaa.."</span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-style: italic;">"Ini hanya akan terasa geli saja, kok." </span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Dst.</span></blockquote>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTZDWVgdh5e_ijrJFNXIyNJ_fmOJLNmXsR8Cd5FtNNERtch9FTiJNKUm8Vh8BivT5eRrKKPEJClq73lPRL7ulrxcJRIvCf4YhCEWgk-uB7MerIBMj5EIej4hLfd-hTXIpF_2lW81Frvv8/s1600/on+process.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTZDWVgdh5e_ijrJFNXIyNJ_fmOJLNmXsR8Cd5FtNNERtch9FTiJNKUm8Vh8BivT5eRrKKPEJClq73lPRL7ulrxcJRIvCf4YhCEWgk-uB7MerIBMj5EIej4hLfd-hTXIpF_2lW81Frvv8/s320/on+process.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Proses Sunat</span></td></tr>
</tbody></table>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saya yang belum pernah melihat proses sunat pun merekam semuanya dari awal sampai akhir. Diizinkan oleh dokter, sementara Om Taurus bertugas mengajak Zahir ngobrol . Proses sunat berlangsung singkat. Setelahnya perawat memberi tutorial singkat cara perawatan luka, yaitu..</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Buang air kecil dan mandi biasa saja tapi nanti bagian dalam tabung harus dikeringkan dengan cotton bud tanpa mengenai ujung penis. Kemudian bagian luar tabung ditetesi obat 1 tetes dan bagian dalam ditetesi obat 2 tetes 3x sehari."</i></span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Zahir keluar ruangan dokter tanpa air mata, tanpa drama. Tentu saja karena bius masih bekerja. Itu juga penyebab anak-anak keluar ruangan dokter dan masih bisa tersenyum senang. Sambil menyelesaikan pembayaran, perawat menginfokan ulang tentang perawatan luka. Kali ini saya rekam di ponsel agar tidak lupa. Zahir diberi obat pereda nyeri dan vitamin penambah nafsu makan yang membuatnya tidak sengaja menyemburkan obat ke muka saya. Zahir memang tidak pernah suka rasa vitamin-vitamin dalam bentuk cair. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Pesan dari perawatnya, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>"Hari Rabu, Zahir jadwal copot tabung ya, Bu. Selain itu saat adiknya mulai merasa sakit, obat pereda nyeri dan anti radangnya langsung diminumkan lagi ya, Bu. Karena itu tandanya bius mulai hilang"</i></span></blockquote>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biayanya berapa? Biaya lengkap di Solusi Sunatan saya dapat dari blognya <a href="http://www.henipuspita.net/2019/06/sunat-metode-smartklamp-dan-biaya-sunat-di-bandar-lampung.html">Mbak Heni Puspita </a></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #727272; font-family: "Open Sans"; font-size: 14px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat <i>smartklamp</i></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Di klinik Rp 850.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Di rumah Rp 1.200.000 s.d 1.400.000,- (tergantung jarak dan lokasi)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat konvensional</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Di klinik Rp 850.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Di rumah Rp 1.200.000 s.d 1.400.000, - (tergantung jarak dan lokasi)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat laser</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Di klinik Rp 850.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Di rumah Rp 1.200.000 s.d 1.400.000, - (tergantung jarak dan lokasi)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat ABK (dengan <i>smartklamp</i>)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Di klinik Rp 1.200.000,- | untuk dewasa Rp 1.500.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Di rumah Rp 1.500.000,- s.d Rp 1.750.000,- | untuk dewasa Rp 1.850.000 s.d Rp 2.050.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat dewasa (wajib cek laboratorium)</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Di klinik Rp 1.500.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br style="margin: 0px; outline: none; padding: 0px;" /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Biaya sunat anak gemuk</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">1. Di klinik Rp 1.500.000,-</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; font-variant-east-asian: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">2. Di rumah Rp 1.850.000,- s.d Rp 2.050.000,- (tergantung jarak dan lokasi)</span></div>
<div>
<br /></div>
</div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Zahir sendiri menggunakan metode <i>smartklamp</i> jadi saya membayar sebesar Rp. 850.000,-</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>Pasca Khitan</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekitar 1 jam, Zahir anteng-anteng saja. Sampai di rumah, langsung masuk kamar dan mulai asik dengan <i>gamenya</i>. Eyang dan Bunda-Bunda serta Mbak-Mbaknya yang kepo mau lihat hasil sunat, dilarang oleh Zahir. Setelah bius habis, mulai deh dia mengeluh kesakitan dan segera saya beri obat anti nyeri dan anti radangnya. Tapi puncaknya saat mau BAK, selesainya seperti yang disarankan oleh perawat harus disiram dan dibersihkan seperti biasa, ternyata menimbulkan rasa sakit yang lumayan. Yah, namanya juga luka pada kulit terbuka. Wajar saja jika Zahir bilang rasanya seperti ditusuk ribuan jarum. Menangis deh. Tapi tidak apa-apa, BAK berikutnya masih meringis-ringis tapi tidak sampai menangis lagi. Yang agak drama paling pada saat mengeringkan tabung dengan <i>cotton bud</i> karena Zahir sibuk teriak-teriak kesakitan padahal kena kulitnya saja tidak <img alt="😌" class="CToWUd" data-goomoji="1f60c" data-image-whitelisted="" goomoji="1f60c" src="https://mail.google.com/mail/e/1f60c" style="margin: 0px 0.2ex; max-height: 24px; vertical-align: middle;" /> </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bunda-bunda yang masih kepo dimarahinya. Galak sekali. Akhirnya semua menyingkir keluar dari kamar dan menikmati makan siang yang dipersembahkan oleh tumpeng dari <a href="https://www.instagram.com/tumpeng.sedop/">Sedop Nasi Kuning</a>. Kasih <i>link</i> deh karena memang selalu puas pesan di sini. Banyak <i>request</i> dan tanggalnya mundur-mundur pun pesanan tidak pernah ada yang keliru dan tepat waktu. Soal rasa juga tidak perlu khawatir karena memang enak sekali. Ini penampakan tumpeng untuk makan-makan sekeluarga. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPM8UtjR3eobq31HHe-WnljRQHhigR4ApqTzMXgp9Xk9o4rg_ocB6-r6C4iaWqIYHKUqORL706chDs6Is8lVx1svxXkc1xkJv7dDNzYLTc3yy_DPL9S4UxRUu7pWuMbt0c5oqjsn9zpL0/s1600/Screenshot_20200711-134528.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPM8UtjR3eobq31HHe-WnljRQHhigR4ApqTzMXgp9Xk9o4rg_ocB6-r6C4iaWqIYHKUqORL706chDs6Is8lVx1svxXkc1xkJv7dDNzYLTc3yy_DPL9S4UxRUu7pWuMbt0c5oqjsn9zpL0/s400/Screenshot_20200711-134528.jpg" width="225" /></a></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>H+1</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sudah tidak ada drama lagi. Tapi masih pakai sarung. Belum mau jalan-jalan, masih bermalas-malasan di kasur saja.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>H+2</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sudah ditinggal Mamanya kerja, sudah bisa <i>v-con</i> dengan teman-temannya karena memang hari pertama sekolah <i>via zoom</i>. Mamanya izin ke HRT untuk Zahir memakai sarung sebagai bawahannya. Bukan seragam sekolah. Anaknya sudah jalan-jalan keliling rumah.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>H+3</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sudah ke kamar mandi sendiri, bersih-bersih sendiri, hanya masih dibantu mengeringkan bagian dalam tabung dan memberikan obat tetes di luka karena susah dilakukan sendiri. </span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><b>H+4</b></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Waktunya lepas tabung. Sebelumnya Zahir diminta berendam dulu dengan air hangat. Berhubung tidak ada <i>bathub</i>, ya akhirnya bak mandi Inara yang memang besar ukurannya dipakai Zahir berendam <img alt="😂" class="CToWUd" data-goomoji="1f602" data-image-whitelisted="" goomoji="1f602" src="https://mail.google.com/mail/e/1f602" style="margin: 0px 0.2ex; max-height: 24px; vertical-align: middle;" />,15 menit sekaligus mandi. Selesai mandi, dikeringkan lagi lalu sekitar tabung yang biasanya ditetesi obat kali ini ditetesi <i>baby oil</i> (sesuai instruksi perawat) menjelang berangkat. Proses lepas tabungnya juga cukup singkat tidak sampai 5 menit. Tapi lagi-lagi Zahir drama. Menangis setelah tabung dilepas. Tidak lama menangisnya dan lebih karena rasa tidak nyaman menurut saya. Perawatan setelah tabung dilepas lebih sederhana. Luka bekas himpitan tabung cukup dibalut kasa yang sudah ditetesi <i>providine iodin</i> alias Betadine selama beberapa detik 3x sehari dan nanti katanya lukanya akan terkelupas sendiri. Zahir juga sudah boleh pakai celana seperti biasa. Oh, iya. Biaya lepas tabung Rp. 50.000,- sudah termasuk Betadine dan kain kassa.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Saat tulisan ini <i>diposting</i>, sudah tidak ada keluhan apa-apa. Luka bekas himpitan tabung belum terkelupas tapi tidak ada lagi rasa sakit. Anaknya sudah lari-lari dan main sepeda.</span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Terima kasih sudah berani dikhitan, Zahir. Terima kasih juga sudah bersedia menanggung rasa sakit dan tidak nyamannya. </span></div>
<div class="adL" dir="auto" style="text-align: justify;">
<br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;" /></div>
<div class="yj6qo">
</div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-36603541498776299772020-06-26T22:56:00.000+07:002020-06-26T23:11:04.044+07:00Tentang Tempat Baru dan Amigdala<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkJppLR1FjWpqGVj2qO_gwz93vAfjpbyI1mUPzLkbTAIFpld5cLi-fOf-0Z500ciokqeebzPjCYC_KJRsqGlNGsw9vhcB6e_dRd5vGulPCeSSfXr8EFBOkog1irs7xPXoeNYWll4TFMzc/s1600/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="521" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkJppLR1FjWpqGVj2qO_gwz93vAfjpbyI1mUPzLkbTAIFpld5cLi-fOf-0Z500ciokqeebzPjCYC_KJRsqGlNGsw9vhcB6e_dRd5vGulPCeSSfXr8EFBOkog1irs7xPXoeNYWll4TFMzc/s320/1.png" width="307" /></a></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: xx-small;">Gambar dari sini : </span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: center;">
<a href="https://me.me/i/sometimes-our-lives-have-to-be-completely-shaken-up-changed-7426810" style="font-size: small;">https://me.me/i/sometimes-our-lives-have-to-be-completely-shaken-up-changed-7426810</a></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; text-align: center;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hai, sudah setahun lebih sejak postingan terakhir di blog ini. Postingan terakhir bercerita tentang <a href="http://blacklazy.blogspot.com/2019/04/review-pompa-asi-medela-mini-electric.html#more">review pompa ASI Medela dkk</a>. Setelah itu, seperti biasa, dunia nyata kembali sibuk menarik saya ke dalam rotasinya. Perputaran rutinitas tanpa henti. Menabung energi hanya untuk kemudian dihabiskan di esok hari. Tidak ada waktu untuk benar-benar memperbaiki kualitas diri, untuk benar-benar peduli, untuk benar-benar mencari. Setiap harinya hanya berusaha bertahan untuk tetap berada dalam garis standar yang sudah ditetapkan diri. Tidak berambisi melampaui. Tidak juga berusaha membuat garis itu semakin tinggi. Keinginan untuk cerita-cerita lagi di blog ini munculnya sudah ratusan kali tapi tenggelamnya ribuan kali. Berhubung hari ini lagi <i>on fire</i> untuk nulis, saya mau cerita-cerita aja deh soal kepindahan saya di tempat baru. Kayaknya belum pernah, ya?</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Netizen be lyke : <b>ANDA SIAPA YA???</b> </span><span style="background-color: transparent; text-align: center;">💁</span><span style="background-color: transparent; text-align: center;">👀</span><br />
<a name='more'></a></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>April 2019, Tempat Baru</b></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya pindah ke tempat kerja baru. Pindah ke tempat baru, <i>sesantuy</i> apa pun seseorang, tidak pernah akan menjadi sangat mudah. Saya harus memperkenalkan diri berkali-kali, belajar mengenal kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, berusaha membaur tanpa terlihat sok asik, mempelajari pekerjaan baru, dan berhati-hati dalam bersikap agar kehadiran saya tidak mengganggu keharmonisan yang telah tercipta. Itu membutuhkan energi yang cukup besar. Tentu ada sedikit kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, ada suasana kikuk yang tercipta, dan ada usaha yang cukup keras untuk mempelajari hal-hal baru terkait pekerjaan, juga kebiasaan.</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi saya beruntung. Kalau bisa dibilang sangat beruntung. Selain karena saya berada di lingkungan baru yang ramah dan suportif, juga karena sahabat saya berada di kantor yang sama (walaupun sama-sama anak baru). Itu semua sangat membantu proses <i>ngeblend</i> saya jadi lebih <i>smooth</i>. Paling tidak, itu membantu saya untuk tidak mengeluarkan energi lebih banyak lagi menghadapi drama-drama kantoran. </span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Walaupun saya extrovert 80 sekian persen wkwwk, tapi tetap saja yang namanya <i>anxiety</i> itu tetap datang di hari-hari pertama. Sahabat saya ini lah tempat saya bertanya segala-gala mulai dari kebiasaan apel, atribut, sampai karakter kantin dan penjaga kantor. Dia juga tempat saya curhat saat mengalami hari-hari awal yang sulit (dapat kerjaan menghitung angka kredit dengan jenis peraturan yang berbeda-beda sesuai jabatan fungsionalnya itu beraaat..), dan juga teman nyari makan saat saya belum berani masuk kantin karena pasti ramai. Berasa kayak anak baru di sekolahan. Untung dia sabarnya banyak. <i>Thanks a lot!</i> </span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Setelah berhasil adaptasi, mulai deh berani main-main ke kantin. Tidak rutin karena saat itu waktu istirahat saya lebih banyak habis untuk <i>pumping</i> di mushola dan pulang ke rumah setor ASIP. Bisa dibilang itu hari-hari paling melelahkan sekaligus hari-hari yang paling terjadwal dalam hidup saya. Masuk kantor 7.30, apel pagi, lalu kalau kerjaan tidak terlalu padat akan sarapan pagi di kantin atau di luar kantor bareng anak-anak ruangan (<i>ciye</i> udah punya temen), kerja sampai jam 10 lalu <i>pumping </i>lagi di mushola sekitar 20menit, lanjut kerja, jam 12 (kurang dikit hehe..) pulang ke rumah untuk makan, solat, mengASIhi. Setelah beres, kembali ke kantor dan kerja lagi sampai pukul setengah 4. Teng.</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebelumnya, sama seperti ke <i>pabos-pabos</i> terdahulu, di awal kerja bersama, saya selalu bilang soal cara kerja saya, soal saya yang selalu pulang tepat waktu alias <i>no lembur-lembur club </i>kecuali sangat-sangat mendesak. Tidak lembur bukan berarti saya meninggalkan pekerjaan tidak selesai di kantor, tapi saya memang tidak pernah keberatan untuk membawa pulang pekerjaan ke rumah. Apakah <i>tydac ribeudh</i>? <i>Tydac</i>, karena saya sudah terbiasa begitu. Biasanya pekerjaan kantor baru saya sentuh saat anak-anak sudah tidur atau saat bangun jam 3 atau 4 pagi. Dan selama ini, <i>pabos-pabos</i> tidak pernah ada yang keberatan. Bagi saya penting untuk <i>pabos</i> tahu cara kerja saya di awal agar di kemudian hari tidak ada sambatan-sambatan yang mengganggu keharmonisan kerja. </span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu tadi lagi cerita apa? Oh, iya. Intinya, <i>I'm blessed</i>. <i>Alhamdulillah</i>. Saya diberi rezeki pindah di waktu yang tepat yaitu 2 minggu sebelum cuti hamil habis. Saya dikelilingi orang-orang baik di lingkungan lama yang membuat saya berat untuk meninggalkannya. Kangen Reni dan Erlhy yang random dan lugu parah sampai harus ngubek-ngubek <i>google</i> dan debat panjang lebar untuk mencari tahu nama Bapaknya seseorang 😂, kangen makan Ayam Gembus yang hampir tiap hari disatroni sampai tidak perlu order lagi, kangen makan tongseng kambing yang penjualnya paham banget level pedas tingkat dewa saya, dan masih banyak lagi. (Duh, harusnya ini bisa jadi konten sendiri!) Saya juga dikelilingi orang-orang baik di lingkungan baru yang membuat pindah saat itu, menjadi lebih mudah. Mbak Delis, Emil, Galih, Yuna...iya, makasih berat.</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saat menulis ini, sudah satu tahun lebih berlalu. Tempat baru ini, kini sudah menjadi rumah lagi. Sudah bisa kangen makanan di kantinnya, sudah bisa merasa kehilangan saat ada teman-teman yang pindah, sudah bisa menyapa teman dengan lantang dari kejauhan, sudah berani komen di grup kantor walau sebatas memberi ucapan ulang tahun hehehe...</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ngomong-ngomong rumah, saya jadi ingat lagunya Amigdala, (kan random lagi...) lagu yang beberapa bulan ke belakang jadi lagu favorit saya. Judulnya, <b>Kukira Kau Rumah</b>. Potongan liriknya begini, </span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Kau datang tatkala</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sinar senjaku telah redup</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dan pamit ketika</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Purnamaku penuh seutuhnya</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kau yang singgah tapi tak sungguh</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kau yang singgah tapi tak sungguh</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kukira kau rumah</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Nyatanya kau cuma aku sewa</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dari tubuh seorang perempuan</span></i><span style="background-color: transparent;"> </span></blockquote>
<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yang memintamu untuk pulang"</span></i></blockquote>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Duh, gak papa deh dibilang anak indie pencinta kopi dan senja. Tapi ini si Mbaknya beneran niat banget nulis liriknya. Ada masalah apa siiih di hidupnya? Sedalam apa lukanya? #lah</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ini link video clipnya yang juga aesthetic bangets, ada nari-nari ala pertunjukan teater, ada komen-komen puitis jugak. <i>Full package</i>...</span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><a href="https://youtu.be/q7Fu7d1ppbI">https://youtu.be/q7Fu7d1ppbI</a></span></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<br /></div>
<div dir="auto" style="background-color: white; color: #222222; font-size: small; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Udah ah, segitu dulu. Besok (besok) dilanjut lagi!</span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-69992773267765659312019-04-08T18:45:00.001+07:002021-12-15T23:59:35.144+07:00Review Pompa ASI Medela Mini Electric, Avent Natural Comfort (Manual), dan Mooimom New Silicone Breastpump<div style="text-align: left;">
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Walaupun sudah hampir 7 tahun jadi ibu, dunia per ASIan termasuk baru bagi saya karena saat anak pertama, saya gagal meng-ASI-hi. Sad. Karena itulah saya tidak mau gagal lagi untuk kedua kalinya dan benar-benar berjuang untuk bisa memberi ASI untuk anak kedua ini. Mungkin suatu saat perjuangan itu akan saya tulis di sini. #wacanalagidanlagi.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
</div>
<div dir="ltr">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Nah, kenapa mereview tiga produk di atas? Karena ketiga produk itulah yang berhasil membantu saya sehingga bisa <i>full</i> menyusui Inaranti selama dua bulan ini. Yah, walaupun sempat diselingi susu formula karena setelah 3 hari di RS, Inaranti sempat demam, tapi akhirnya sampai saat ini saya masih bisa benar-benar melepaskan diri dari susu formula. <i>So</i>..inilah ketiga produk itu.</span></div>
<span face=""verdana" , sans-serif"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<a name='more'></a><span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span></div>
<span face=""verdana" , sans-serif">
</span>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihPsXoe2DSlgyFLNNzavAY6P_X_jH5hkwJwf6sX4HZJ4D1y_SsDoXDSuA1-Lq_0pMngj5URYtpeGPR0rL9EtPQGdQXLPmYSlfwuK3LoNRdb5sgh5ljGpKDM-Ra1LdoHsfmGyoemCtUrg/s1600/medela+minel.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="472" data-original-width="700" height="215" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgihPsXoe2DSlgyFLNNzavAY6P_X_jH5hkwJwf6sX4HZJ4D1y_SsDoXDSuA1-Lq_0pMngj5URYtpeGPR0rL9EtPQGdQXLPmYSlfwuK3LoNRdb5sgh5ljGpKDM-Ra1LdoHsfmGyoemCtUrg/s320/medela+minel.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif" style="font-size: xx-small;">gambar dari <a href="https://www.tokopedia.com/metava/medela-mini-electric-breast-pump-second-pompa-elektrik-mini-untuk-asi">sini</a></span></div>
<span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span>
<span face=""verdana" , sans-serif"><b>Medela Mini Electric</b></span><br />
<span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Dipompa terus biar produksi semakin banyak. Begitu katanya. Nya di sini merujuk kepada berbagai artikel yang saya baca. Sehingga memompa menjadi kegiatan yang harus rutin saya lakukan. Selain itu, saya juga harus terbiasa memompa karena setelah cuti 3 bulan, saya akan kembali masuk kantor. Tidak bisa lagi menyusui secara langsung di siang hari. Pompa asi Medela Minel (<i>mini electric</i>) sebenarnya sudah saya miliki sejak 6 tahun yang lalu, saat melahirkan Zahir dan masih awet sampai sekarang. Karena tidak pernah dipakai. 😓</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Memakai Medela Electric di awal-awal menyusui lumayan menyiksa. Karena PD masih sakit akibat perlekatan Inara yang belum benar (akibatnya puting lecet-lecet dan berdarah) dan hasil pompa hanya membasahi pantat botol. Jadi Medela Minel sempat saya tinggalkan sebentar dan beralih ke pompa manual. Tapi, sejak umur Inara hampir satu bulan dan hasil pompa manual sudah agak lumayan (saat itu dapat hasil pompa 30 ml saja bahagiaa) serta puting yang sudah tidak lagi lecet-lecet, saya memberanikan memakai Medela Minel kembali. Dan hasilnya banyaak. Terharu akutu karena sempat punya niat untuk memuseumkan Minel ini. Yah, walaupun hasilnya tidak jauh berbeda dengan pompa manual, tapi paling tidak, tanpa pegal. </span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Selain itu yang saya suka dari Medela Minel ini adalah komponennya yang tidak banyak. Jadi benar-benar praktis saat dibawa-bawa dan praktis juga saat dicuci karena hanya ada 3 komponen yang dicuci yaitu botol, cup, dan sambungan cup. Sangat cocok untuk saya yang <strike>pemalas</strike> sibuk. Baterainya juga tahan lama. Kalau malas ganti baterai atau lupa cas baterai, ya pompanya di dekat colokan. Etapi, tidak tahu ya, <i>it's just me</i> atau ada orang lain yang merasakan kalau pompa sambil ngecas dengan Minel ini perasaan hasilnya malah jadi lebih sedikit. Jadi saya <i>prefer</i> untuk ganti atau cas baterai kalau baterainya habis.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Kekuatan pompa Medela Minel ini bisa diatur dari minimal sampai maximal. Tapi saya gaspol terus di maximal. Hahaha... Kelemahannya? Suaranya <i>Ya Lord</i>...makanya saya hanya memakai Minel di siang hari. Kalau saya pakai di malam hari, niscaya bisa membangunkan perasaan yang telah hilang.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">Edited: Setahu saya sekarang Medela Minel ini sudah out of pabric dan gantinya adalah medela swing yang tentu saja gak berisik. Hahaha...untuk terhindar dari produk-produk palsu, beli langsung saja di toko resminya <a href="https://shopee.co.id/medelaofficial?smtt=0.0.9" target="_blank">di sini</a></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNJ1jm59CLR-y_r30z5n6l9y5Qm7_CH_r3zjea1HBmi7X-4InFbdlayYqE5oEsqBV51EliJH_XlybsJmupu-WNNjarnWtZKXjKXjjpc0W4G8OZjMMOoVB8M_gPeodZNSzKKvMH4_Vm-UI/s1600/PHILIPS_AVENT_Natural_Comfort_Manual_Breastpump.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="1000" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhNJ1jm59CLR-y_r30z5n6l9y5Qm7_CH_r3zjea1HBmi7X-4InFbdlayYqE5oEsqBV51EliJH_XlybsJmupu-WNNjarnWtZKXjKXjjpc0W4G8OZjMMOoVB8M_gPeodZNSzKKvMH4_Vm-UI/s320/PHILIPS_AVENT_Natural_Comfort_Manual_Breastpump.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif" style="font-size: xx-small;">gambar dari <a href="https://www.bukalapak.com/p/perlengkapan-bayi/feeding-nursing/fuhtjx-jual-philips-avent-natural-comfort-manual-breastpump?from=&product_owner=normal_seller">sini</a></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span></div>
<span face=""verdana" , sans-serif"><b>Avent Natural Comfort (Manual) </b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><i>Next</i> adalah pompa manualnya Avent. Saya membeli ini karena Medela Minel di awal-awal pemakaian sangat tidak bersahabat. Adik saya menyarankan membeli pompa electric merek lain, tapi saat itu, gara-gara Minel belum bisa bekerja sama, saya jadi agak-agak malas membeli pompa electric lagi. Pilihan saya jatuh pada Avent karena katanya ada bantalan <i>cup</i> jadi bisa menyangga PD dengan sempurna tanpa rasa sakit. Selain itu <i>review</i> produknya selalu bagus. Walaupun harganya termasuk lumayan untuk standar pompa manual (saya membeli dengan harga sekitar 500 ribu di <i>shoppee</i>), tapi saya tidak menyesal. Pompa ini memang benar-benar nyaman. Bentuk <i>cupnya</i> yg mendongak itu membuat memompa tidak harus dengan posisi duduk tegak sempurna. Grak. Bantalan <i>cupnya</i> empuk sehingga menimbulkan efek seperti dipijat gitu kalau sedang digunakan. Botol penampung ASI juga bisa diganti-ganti dengan botol Avent lainnya yang memiliki ukuran berbeda. Jadi apabila dirasa produksi ASI sudah cukup melimpah dan botol penampung tidak cukup lagi, ganti saja dengan botol Avent yang berukuran lebih besar. Komponen yg dicuci lebih banyak dari Medela Minel tapi masih dalam kategori tidak merepotkan.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><span face=""verdana" , sans-serif">Produk ini lumayan tahan lama dan banyak sekali toko online yang menjualnya tapi saya hanya merekomendasikan toko <a href="https://shp.ee/789udsd">ini</a> karena barang-barangnya dijamin asli.</span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span>
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX1OWzQ6oeDJcpvexTLrXWqDFgkxpCD0GY-MhIPhWbdU8WGgKBob2ZJAOmeqDQmdJMXWmKfi4r0mdBg0CiorzXyHd1C_0PafvDpeMEldyG3cc3Qno7WR5g5bNWmEqPmY9Ch_OUeAtFHmw/s1600/mooimom.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgX1OWzQ6oeDJcpvexTLrXWqDFgkxpCD0GY-MhIPhWbdU8WGgKBob2ZJAOmeqDQmdJMXWmKfi4r0mdBg0CiorzXyHd1C_0PafvDpeMEldyG3cc3Qno7WR5g5bNWmEqPmY9Ch_OUeAtFHmw/s320/mooimom.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif" style="font-size: xx-small;">gambar dari <a href="https://babyzania.com/beli-nursing/mooimom-new-silicone-breast-pump-pompa-asi-silikon-ibu-menyusui">sini</a></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<span face=""verdana" , sans-serif"><b>Mooimom New Silicone Breastpump</b></span><br />
<span face=""verdana" , sans-serif"><b><br /></b></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Hoa, ini <i>breastpump</i> bagi saya <i>hidden treasure</i> sih. Saya tahu pompa ASI ini dari Dana, teman saya dari zaman SMP. Saat lagi curhat-curhat soal dunia perpumpingan, saya cerita kalau saat menyusui sebelah kiri, PD sebelah kanan, ASInya selalu ikut menetes. Maklum <i>newbie</i>. Hal seperti itu masih merupakan kejutan untuk saya. Pernah baca sih di beberapa artikel, tapi saya kira itu tidak akan bermasalah. Tapi saat mengalami sendiri dengan produksi ASI yang masih pas-pasan kok rasanya sayang ya tetesan demi tetesan itu terbuang atau berakhir riwayatnya di tisu atau <i>waslap</i>. Lalu Dana bercerita tentang produk ini. Katanya, dengan bentuknya yang super sederhana, Mooimom New Silicone Breastpump ini sangat membantu menampung tetesan demi tetesan cairan emas. Segeralah saya beli produknya di <i>baby shop</i> lupa namanya daerah Teluk Betung seharga 150 ribu rupiah dan minta di <i>go-send</i> ke rumah. Begitu sampai, disterilkan, dan dicoba saat saya menyusui Inara. Hasilnya? 30 ml <i>effortless</i>. Hanya dengan menempelkan corong ke PD yang tidak sedang disusui lalu ditekan bagian bawahnya sampai dia melekat di PD. Selesai. Sambil menyusui Inara di sebelah kiri, PD sebelah kanan tetesannya ikut tertampung bahkan terpompa juga. Lama kelamaan bahkan bisa menampung sampai 60 ml. Bahagiak! Komponen yg dicuci ya hanya 1 saja. <i>Must have item</i> banget inisi. </span></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;"><br /></div><div dir="ltr" style="text-align: justify;">Saya belinya di toko perlengkapan bayi dekat rumah tapi jualan <i>onlinenya </i>banyak sekali, salah satunya di <a href="https://shp.ee/3uv3esd" target="_blank">toko ini</a> yang berani kasih harga lebih miring dibanding toko lainnya. <br />
<span face=""verdana" , sans-serif"><br /></span></div>
<div dir="ltr" style="text-align: justify;">
<span face=""verdana" , sans-serif">Nah, tiga produk itu masih terus saya pakai sampai sekarang. Akan <i>update</i> lagi karena perjalanan pumping ini masih jauuuh. Doakan lancar sampai 2 tahun ya buibu!</span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-30317797172958172302019-03-26T21:15:00.000+07:002019-03-26T21:15:31.935+07:00Labuan Bajo untuk Perla<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtoMTfxpCh1bVwyAoDo66wCNckopzfHNYCmmIY2w2bIv_uF8qp2FaanPkh2k015LOn4LRaVaZitRpjGGWiPe0NR_5mWXvXUTPcCVR9_CMiRnZwwL-zoyFfsjRQeqmKdabB2EAvUe4QHGs/s1600/labuan+bajo.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="314" data-original-width="600" height="167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtoMTfxpCh1bVwyAoDo66wCNckopzfHNYCmmIY2w2bIv_uF8qp2FaanPkh2k015LOn4LRaVaZitRpjGGWiPe0NR_5mWXvXUTPcCVR9_CMiRnZwwL-zoyFfsjRQeqmKdabB2EAvUe4QHGs/s320/labuan+bajo.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: xx-small;">gambar dari<a href="https://blog.tiket.com/obyek-wisata-labuan-bajo/"> sini</a></span></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #222222;"><blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<i>Perla menskrol foto demi foto yang muncul di </i>timeline<i> instagramnya. </i>Sunrise<i> di Pananjakan Bromo, Laguna Bai, Bluefire Ijen ditambah </i>quote-quote<i> asal comot, muka </i>selfie<i> yang menutupi seluruh </i>frame<i> sehingga tidak kelihatan tempat berfotonya di mana. Ini yang menyebalkan dari </i>long weekend<i>. </i>Feed<i> instagramnya jadi bertaburan foto-foto liburan. Tidak, Perla tidak iri dengan kebahagiaan teman-temannya. Perla pun bisa melakukan hal yang sama saat ini juga. Bahkan ke tempat yang lebih jauh dengan fasilitas yang lebih baik dan juga hasil foto yang lebih profesional. Tapi jika saat ini Perla malah terjebak di dalam ruangan kecil yang dipenuhi kotak obat yang disusun sesuai alfabet mulai dari amoxcycylin sampai zyloric dan duduk di atas kulkas kecil tempat menyimpan obat ambeien, itu karena Perla memilih untuk menyimpan uangnya demi prioritas pribadinya. Yaitu pernikahan dengan Tate. </i></blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<i>"Mbak, ada yang nanya jenis-jenis kondom. Aku bingung jelasinnya." Itu suara Mila, </i>sales assistant<i> yang baru masuk seminggu ini. Tugas </i>training<i> pegawai baru di outlet memang dibebankan kepada Perla selaku </i>store manager<i> tapi beberapa hari ini outlet selalu ramai jadi dia benar-benar tidak sempat berbagi ilmu perkondoman dengan Mila. Resikonya ya seperti ini, Perla terpaksa memangkas waktu </i>day dreamingnya<i> untuk keluar dari ruangan paling tenang </i>semall<i> dan menuju toko yang hanya terpisah dengan satu tarikan pintu.</i> <a name='more'></a></blockquote>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Tulisan di atas adalah <i>draft </i>novel yang tengah saya persiapkan tapi belum kunjung selesai. Bercerita tentang perjalanan Perla melupakan Tate, mantan kekasihnya dengan melakukan perjalanan ke Labuan Bajo. Itinerary perjalanan Perla sudah saya siapkan. Ia akan melakukan <i>live on board</i> mengunjungi Pantai Kanawa, <i>trekking</i> Gili Lawa, naik turun ojek karena medan yang sulit menuju air terjun Diwu Embai di Pulau Moyo, pegang erat-erat tiang kapal di Manta Point saat yang lain <i>snorkeling</i> karena Perla tidak bisa berenang, jujur-jujuran sambil <i>leyeh-leyeh</i> di Pink Beach, belajar memotret Milky Way saat menginap di Pulau Padar, dan seterusnya...dan seterusnya.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222;"><br /></span></div>
<span style="background-color: white; color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Tapi menuliskan sesuatu hanya berdasarkan riset dan wawancara pengalaman beberapa orang, walaupun itu tulisan fiksi, tentu hasilnya tidak akan sehebat saat mengalami sendiri ya, kan? Oleh karena itulah saya ingin ke Labuan Bajo lalu mengikuti itinerary yang saya siapkan untuk Perla. Tokoh fiktif yang baru hidup di draft novel saya. Tapi, tidak semudah itu Esmeralda. Lihat-lihat harga tiket menuju Labuan Bajo dari tahun kemarin belum ada yang cocok di kantong. Jadi senangnya itu kebangetan saat tahu kalau OTW alias online tiket week #tiketcomotw datang lagi. Buru-buru dong ngecekin harga tiket di <a href="https://www.tiket.com/promo/online-tiket-week">sini</a> karena diskonnya bisa sampai 50% yakali kan bisa dapat harga super miring jadi cerita <i>move on</i> nya Perla bisa cepat-cepat jadi naskah utuh dan tidak ngendon lama-lama di folder 'calon novel'. Aamiin...</div>
</span></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div class="yj6qo" style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: small;">
</div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-68875803524164879222019-03-26T20:06:00.000+07:002019-03-26T20:06:54.215+07:00Inaranti Saira Harnadi<div class="adn ads" data-legacy-message-id="169b997178580d9d" data-message-id="#msg-a:r6466925390679391398" style="background-color: white; border-left: none; display: flex; padding: 0px;">
<div class="gs" style="margin: 0px; padding: 0px 0px 20px; width: 1142px;">
<div class="">
<div class="ii gt" id=":1l9" style="direction: ltr; margin: 8px 0px 0px; padding: 0px; position: relative;">
<div class="a3s aXjCH " id=":1l8" style="font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: 1.5; overflow: hidden;">
<div dir="auto">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU9PL_0UkSOABx1RhpkXjrqSr9HnLvG1xV4_JpacdquVfjAP7blkDGKTUONt469PX6daGQy7ZrpIwKHJdQU7eWGyZqN2OTWxUkHYNa872yogjhNJ1OFQ3ekkp6jIuHy18oLNK2OlgacGs/s1600/bunga+matahari+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="277" data-original-width="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU9PL_0UkSOABx1RhpkXjrqSr9HnLvG1xV4_JpacdquVfjAP7blkDGKTUONt469PX6daGQy7ZrpIwKHJdQU7eWGyZqN2OTWxUkHYNa872yogjhNJ1OFQ3ekkp6jIuHy18oLNK2OlgacGs/s1600/bunga+matahari+2.jpg" /></a></div>
<div style="color: #222222; text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">gambar dari <i><a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_matahari">sini</a></i></span></span></div>
<div style="color: #222222; font-size: small; text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="color: #222222; text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Sekitar setahun yang lalu, Om Taurus pernah bilang kalau di usia 35 tahun kami belum dikaruniai anak lagi, maka sepertinya kami harus mempertimbangkan untuk memiliki Zahir saja. Pernyataan ini terkait dengan rencana-rencana kami ke depan. Tapi tetap saja, ada ketakutan dalam diri saya karena saat itu saya lagi <i>pengen-pengennya</i> menimang bayi lagi. Bukan sekadar <i>pengen</i> tapi rindu. Rindu yang akhirnya saya ulang-ulang terus dalam doa. Tanggal 6 Juni 2018, doa saya dijawab dengan garis dua di testpack. Malamnya saya cek ke dokter kandungan di RS Anugerah Medika (dr. Zulkarnaen yang dulu juga membantu persalinan Zahir) dan baru terlihat kantung rahim saja. Kalau dari HPHT, usia kandungan baru sekitar 5 minggu dan diminta datang lagi 2 minggu kemudian.</span><a name='more'></a></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222;"><br /></span></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>25 Juni 2018</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Saya datang kembali untuk periksa dan hasilnya, janin sudah terlihat. Usia kandungan 7 minggu. Alhamdulillah. Akan dimulai hari-hari mempersiapkan tubuh menjadi tempat yang paling nyaman untuk calon adiknya Zahir. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>Semasa Kehamilan</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Kehamilan kali ini berbeda. Saat mengandung Zahir, saya gagah perkasa. Tiap hari naik turun kopaja, malam dibonceng motor oleh Om Taurus dari kantor di Radio Dalam sampai rumah di Kalibata, berteman debu tebal dan asap kendaraan, kadang-kadang saja naik taksi kalau lagi manja dan banyak uang haha...Jakarta <i>kerad,</i> maka gebuklah. Plesetan bukunya Prie GS. Tapi memang benar, entah karena kami (saya dan Om Taurus) hanya hidup berdua di Jakarta, maka kami harus <i>tough out</i>, hasilnya selama 8 bulan mengandung Zahir di Jakarta, hampir tidak ada keluhan sama sekali. Mual pun sangat jarang (hanya kalau berpapasan dengan asap bajaj) apalagi muntah. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Jadi saat hamil Inaranti dan mengalami <i>morning sickness</i>, saya cukup kaget. Mual sepanjang waktu dan muntah di pagi hari itu nyata. Musuh saya kali ini adalah rutinitas sikat gigi di pagi hari yang sayangnya tidak bisa <i>diskip</i> itu. Untungnya perbedaannya hanya sebatas itu. Selebihnya semua tetap sama dan baik-baik saja. Saya bahkan bisa ikut diklat di Bogor selama 17 hari <i>full</i> jauh dari Zahir dan Om Taurus, masih ikut perjalanan dinas beberapa kali, jadi panitia penerimaan CPNS yang membuat saya harus naik turun lantai 3 SMA Yadika Pringsewu selama 2 minggu tanpa libur, dan jalan-jalan singkat ke Bogor bareng Zahir dan Om Taurus. Intinya tidak ada kegiatan yang jadi terhalang karena kehamilan ini kecuali apel pagi 🤣🤣🤣 #yaitusihemangmales</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Selama kehamilan juga saya jadi rutin datang ke dokter Budi. Dokter kandungan di Pringsewu yang tempat prakteknya hanya 5 menit dari kantor. Yang rutin menemani saya ke sana adalah Reni. Teman kantor yang sama penasarannya dengan saya kalau sudah menyangkut mau-lihat-wajah-bayi di USG 4D. Dokternya baik, ramah, dan penjelasannya sangat detail. Apa-apa yang tidak sempat saya tanyakan ke dr. Zul pasti saya tanyakan ke dr. Budi. Dia juga yang mengobati saat saya terkena diare saat kehamilan. Saya agak trauma dengan diare saat kehamilan karena saat hamil Zahir, di usia kandungan 9 bulan, saya terkena diare yang ternyata adalah tanda-tanda tifus. Untungnya tidak terulang saat kehamilan Inaranti. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Di usia kandungan 5 bulan (atau 6 ya? Agak lupa). Dokter bilang kalau calon anak saya adalah perempuan. Seperti yang diinginkan Om Taurus. Kalau saya? Jujur saya agak takut karena sebagai perempuan, saya jauh dari nilai ideal seorang perempuan yang dibangun oleh <i>netizen.</i> Saya tidak tertarik dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Seperti masak dan beres-beres rumah. Saya mungkin tipe orang yang akan dibenci (atau malah disukai) Marie Kondo karena hobi saya menimbun segala barang-barang bekas. Mulai dari bon belanjaan sampai kenangan mantan #eh. Selain itu, saya merasa sangat tidak lembut, tidak rapi, dan tidak mengerti keindahan. Sebagai anak pertama perempuan dengan adik-adik yang juga perempuan, Papa saya cukup keras mendidik saya. Mencekoki saya dengan prinsip-prinsip laki-laki, membenturkan saya dengan konflik-konflik orang dewasa yang harus dengan gagah saya hadapi. Mungkin itulah yang membuat saya cukup keras kepada diri sendiri, benci dikasihani, tidak suka terlihat lemah, cukup kompetitif kalau menyangkut persaingan dengan laki-laki, serta mudah tersulut jika ada komentar tentang ketidakmampuan perempuan. Nah, anak perempuan seperti apa yang akan saya besarkan? Hal-hal apa yang akan saya jadikan bekal hidupnya? Saya sepertinya tidak mungkin menjadi ibu yang mengajari anaknya memasak, merajut, beres-beres rumah, memasang selang kompor gas, mengganti galon, mengecat pagar, mengganti ban mobil, dll. Saya juga sepertinya tidak mungkin menjadi ibu yang mengomelinya karena bangun siang saat liburan. Jadi, yah...anak perempuan berarti saya akan belajar banyak. Seperti kata Mi Ran di Reply 1988, <i>"I didn't raise the kids. I think they raised me."</i> Mulai dari mana ini belajarnya? (T_T)</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Memasuki usia kandungan 8 bulan, mulai deh saya dan Om Taurus berburu nama. Tapi nama Inaranti sendiri sudah saya pilih jauh-jauh hari sebelum saya hamil. Jadi ceritanya, saat membantu seorang teman memilihkan nama untuk anaknya, berjumpalah saya dengan nama Inaranti yang Indonesia banget. Saya segera memilih nama itu dan bilang ke teman saya kalau nama itu akan saya pakai saat nanti saya punya anak perempuan. Waaaw, saya sevisioner itu ternyata hahaha...Dan saya buktikan dengan gigihnya memperjuangkan nama itu menjadi nama depan. Persoalan selanjutnya adalah memilih nama tengah. Nama tengah adalah pertarungan terakhir karena nama belakang tentu saja Harnadi. Seperti nama belakang Om Taurus. Jadi, setelah bolak balik berganti nama tengah mulai dari Kirania, Naladhipa, Lamia, Lashira, Chantya sampai dengan agak lama menetap di Salwa, nama tengah Saira itu muncul dari Zahir. Saat itu Om Taurus masih <i>keukeuh</i> dengan nama Salwa dan saya <i>keukeuh</i> menolaknya. Tiba-tiba saja Zahir menyarankan nama Saira. Saya <i>googling</i> dan artinya juga bagus. Maka kami langsung setuju. Inaranti sendiri artinya adalah bunga matahari. Filosofinya adalah kesetiaan, kehangatan, dan keceriaan. Sementara Saira artinya adalah kebahagiaan. Jika nama adalah doa, maka kami akan mengaminkan itu. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>Menjelang Persalinan</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Melihat keadaan bayi setiap bulan melalui USG, rasanya optimis akan bisa melahirkan normal. Walaupun di bulan-bulan akhir posisi bayi masih melintang, namun menjelang persalinan, semua sudah berjalan baik. Posisi kepala bayi, berat bayi, ketebalan rahim (karena saya punya riwayat SC), kondisi saya, semua dalam keadaan baik. Memang belum turun ke panggul tapi saya terus melakukan latihan menggunakan <i>gym ball</i> dan melakukan gerakan berdiri jongkok. Jalan pagi dan sore juga saya lakoni walaupun tidak rutin. Hal yang paling rutin saya lakukan untuk menghadapi persalinan normal adalah <i>blog walking</i> setiap malam membaca pengalaman-pengalaman melahirkan normal setelah SC. Bagaimana pun melahirkan normal akan menjadi pengalaman baru bagi saya. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>14 Januari 2019</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Kontrol kembali ke dokter Zul. Berat bayi saat itu sudah 2500gr. Jika ingin persalinan normal, mengingat riwayat SC sebelumnya, maka paling tidak sebelum 26 Januari 2019 bayi harus keluar karena lewat tanggal tersebut dikhawatirkan ketebalan rahim akan berkurang dan harus dilakukan SC tidak terencana yang memiliki resiko lebih besar dibandingkan SC terencana. Saya nurut saja, toh sebenarnya di kehamilan kali ini, walaupun bersiap untuk kelahiran normal, saya sudah mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan. Jadi, apa pun prosedurnya, saya lebih rileks menjalaninya. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>24 Januari 2019</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Saya dan suami mengurus administrasi persalinan di Puskesmas (surat pengantar untuk melahirkan di RS), jaga-jaga kalau harus SC sekaligus melakukan tes kesehatan. Hasilnya HB rendah. Siang sampai sore saya dicekoki Om Taurus dengan jus alpukat. Saya suka...saya suka...🤣 Belum ada tanda-tanda adik bayi akan keluar. Malamnya, saya kembali cek ke dokter Zul. Air ketuban sudah berkurang dan ada lilitan di leher bayi. Saya dan suami memutuskan untuk melakukan SC terencana yang dijadwalkan tanggal 26 Januari 2018 pagi. Memang bukan situasi yang memaksa untuk melakukan SC terencana, tapi apabila pernah mengalami SC tidak terencana yang mengakibatkan saya harus mengalami sakitnya konstraksi sampai bukaan 6 dan kemudian berakhir SC, keputusan seperti ini sepertinya akan lebih dimaklumi. Hehe...<i>so don't judge me</i>. Intinya, saya ingin mengalami persalinan dalam keadaan sangat siap. Tanpa ada trauma pasca persalinan seperti yang pernah saya alami sebelumnya. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>25 Januari 2019</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Pagi sampai siang hari, saya dan suami disibukkan dengan mengurus administrasi persalinan di RS Anugerah Medika tempat saya akan melahirkan (urus BPJS lagi plus <i>booking</i> kamar), cek kesehatan lagi (urine, darah, usg) untuk persiapan operasi besok, juga mengurus permintaan darah ke PMI, untuk jaga-jaga kalau harus transfusi darah. Malamnya saya diminta datang ke RS untuk mulai menginap karena operasi dijadwalkan pukul 6 pagi. Semua urusan selesai sebelum solat Jumat. Segala keperluan ibu dan bayi untungnya sudah saya masukkan di tas jauh-jauh hari jadi H-1 tidak terlalu disibukkan dengan hal tersebut. Malamnya, diantar oleh Mama, Papa, Adik, dan Zahir, saya dan suami berangkat ke RS Anugerah Medika. Perasaannya? Santai tapi sedikit cemas. Cemas karena ini berjalan dengan sangat santai. Bahkan sebelum masuk kamar, kami sekeluarga menyempatkan makan malam bersama di Mie Lorong depan RS, <i>wefie</i> bersama, dan tidak ada yang membahas mengenai operasi besok. Keadaan yang terlalu tenang ternyata menimbulkan kecemasan tersendiri. Kewaspadaan tersendiri. Bahkan hasil foto wefie yang dikirimkan adik menampakkan wajah saya yang pucat dan tidak selo (ー_ー)!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Saya mendapat kamar yang saat menulis ini saya lupa nama kamarnya...huft. Fasilitas cukup lengkap (tv, kulkas, dispenser, air hangat untuk mandi, sofa) namun saat masuk, kamar seperti belum dibersihkan yang mengakibatkan Mama saya ngomel-ngomel karena dia harus turun tangan membersihkan kamar. Saya? Duduk di tempat tidur dan kepala saya mulai dijejali berbagai macam pikiran. Terlebih setelah semua orang pulang ke rumah, meninggalkan saya dan Om Taurus di kamar rumah sakit. Waktu saya habiskan dengan <i>chat</i> dengan Winda. Teman lama yang kembali kontak karena tergabung di grup Ria Miranda Lampung. Ayahnya salah satu pemilik saham RS Anugerah Medika. Kami berbincang hal-hal yang ringan tentang RS, karirnya sekarang, dan juga keluarga. Selesai <i>chat</i>, saya masih juga kesulitan tidur sementara Om Taurus sudah tidur dengan lelap. Sebelumnya perawat datang ke kamar untuk memberi gelang pasien berwarna pink yang harus dipakai selama perawatan sekaligus menginformasikan bahwa besok operasi akan dimulai pukul 6 pagi dan saya harus puasa mulai jam 12 malam ini. Besok, saya diminta sudah siap (sudah mandi, memakai atasan kemeja, dan bawahan kain tanpa aksesoris dan <i>underwear</i>) pada pukul 5 pagi karena sebelum operasi akan dilakukan pemasangan infus dan <i>skintest</i> untuk mengetahui reaksi tubuh terhadap obat-obatan tertentu. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>26 Januari 2019</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<i>The Day</i>. Saya nyaris kesiangan karena kegiatan menghitung domba semalaman, gagal. Saya baru bisa tertidur jam 3 kurang. Setelah siap, saya duduk di tempat tidur, dan menunggu. Menunggu perawat datang, juga menunggu keluarga datang. Jam 5 lewat perawat masuk ke kamar. Membawa peralatan suntik dan infus. Infus dipasang kemudian <i>skintest</i>. Tidak perlu diceritakan sakitnya<i> skintest</i>, kan? Perhatian saya kemudian teralih ke tangan suster yang seperti membawa-bawa kateter. WOW. Tidak dipakai sekarang, kan? Tidak saat saya belum dibius, kan? Kecemasan ini saya sampaikan dan untunglah jawaban suster melegakan. "Nggak, Bu. Ini dipakainya nanti, di ruang operasi". Hamdallah. </div>
</span><div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>Masuk Ke Ruang Observasi</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Ruang operasi tidak jauh dari kamar. Saya diantar oleh Mama. Sebelumnya saya diminta menunggu sebentar di ruang observasi. Berkenalan dengan dokter Wahyu. Dokter anastesi yang akan membantu persalinan saya. Dokter perempuan yang ramah dan kelihatan sangat cekatan. Ia sudah siap di ruang operasi lebih dulu dibanding perawat-perawat yang akan membantunya. Ia juga yang membolehkan Mama dan Om Taurus menemani saya di ruang observasi. Katanya biar saya tidak tegang karena ada teman mengobrol. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dengan Mama dan Om Taurus, dokter Wahyu meminta saya masuk ke ruang operasi karena operasi akan segera dimulai.</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
<b>Di Ruang Operasi.</b></div>
</span><span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Ada beberapa perawat dan dr. Wahyu di sana. Saya dibantu untuk berganti pakaian. Seperti pengalaman sebelumnya, dinginnya ruang operasi membuat saya tremor. Dokter Wahyu bersiap untuk menyuntikkan anastesi di tulang belakang saya. Sebelumnya ia menghubungi dokter Zul sebagai penanggung jawab operasi kali ini untuk meminta izin menyuntikkan anastesi. Lima menit lagi, kata dokter Zul yang saat itu masih dalam perjalanan. Saya tidak ingat rasanya disuntik anastesi di tulang belakang karena pada saat proses kelahiran Zahir, rasa sakit kontraksi mendominasi. Tapi, dari banyak sumber yang saya baca, itu lumayan menyakitkan. Saya pun pasrah saat diminta perawat untuk duduk agak membungkuk karena dokter akan segera menyuntikkan anastesi. Rasanya? Tidak sakit. Serius. Dokter Wahyu melakukan tugasnya dengan sangat baik. Dia terus mensugesti saya dengan kalimat, "Rileks ya, Bu", "Tenang, Bu", "Ini sebentar saja", "Tidak akan sakit, kok". Dan dia benar. Setelah itu dia meminta saya berbaring. Ia terus memandu saya dengan memberi tahu apa saja yang akan saya rasakan dan mengatakan bahwa itu hal yang biasa, normal, dan semua akan baik-baik saja. "Nanti kaki Ibu akan terasa kesemutan ya", "Kemudian akan terasa berat", "Ibu akan tetap tahu kalau saya elus seperti ini, tapi Ibu tidak akan merasakan sakit, ya", "Tenang ya, rileks" dan sepanjang operasi, dialah yang selalu aktif mengajak saya bicara seolah tahu bahwa itulah yang saya butuhkan untuk mengalihkan pikiran dari bayangan bahwa saat itu perut saya selapis demi selapis sedang dibuka.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah anastesi, perawat memasang kateter. Tidak jadi masalah lagi karena saya sudah dalam keadaan mati rasa. Yeay. Hanya sedikit agak ngilu membayangkan kalau kateter itu akan dilepas nanti, saat efek anastesi sudah hilang. Tangan kanan saya tersambung dengan alat pengukur tekanan darah yang setiap 5 menit sekali sepertinya melakukan tugasnya. Alat pengukur tekanan darah ini juga cukup membantu saya karena setiap kali suasana di ruang operasi menjadi hening dan terlalu tenang, pikiran saya jadi kemana-mana dan kepanikan mulai muncul perlahan. Itu sepertinya akan membahayakan karena saya rasanya bisa tiba-tiba hilang kesadaran tapi alat pengukur tekanan darah membangunkan saya dengan tekanan yang kencang di lengan kanan saat ia melakukan pengukuran. Saya pun kembali <i>santuy</i>. Operasi berjalan lancar, Inaranti lahir pukul 06.10 dengan tangisan yang keras. Dokter Zul bahkan sempat bercanda dengan berkata, "Yen, masih bagus ini rahimnya, masih bisa kalau mau satu lagi" tepat setelah ia mengeluarkan Inaranti dari perut saya. Hahaha...Terima kasih tim dokter dan perawat RS Anugerah Medika atas persalinan kali ini. Tim RS ini juga sangat <i>support</i> pemberian ASI. Mungkin di postingan berikutnya, saya akan bercerita tentang perjuangan saya saat berusaha memberikan ASI untuk Inaranti. #wacanalagi</div>
</span><div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<span style="color: #222222;"><div style="text-align: justify;">
Jadi itulah cerita kelahiran Inaranti Saira Harnadi. Anak perempuan yang saat ini ditulis sudah berusia dua bulan. Sudah tembam dan pintar merajuk. Sehat selalu, Nduk. Selamat datang di keluarga ini. Papa, Mama, Mas Zahir akan selalu menyayangimu dengan cara kami sendiri-sendiri.</div>
</span></span><div class="yj6qo" style="color: #222222;">
</div>
<div class="adL">
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222;"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></span></div>
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">
<span style="color: #222222;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</span></div>
</div>
<div class="adL" style="color: #222222; font-size: small;">
</div>
</div>
</div>
<div class="hi" style="background: rgb(242, 242, 242); border-bottom-left-radius: 1px; border-bottom-right-radius: 1px; color: #222222; margin: 0px; padding: 0px; width: auto;">
</div>
</div>
</div>
<div class="ajx" style="clear: both; color: #222222; text-align: justify;">
</div>
</div>
<div class="gA gt acV" style="background: rgb(255, 255, 255); border-bottom-left-radius: 0px; border-bottom-right-radius: 0px; border-top: none; color: #222222; font-size: 12.8px; margin: 0px; padding: 0px; width: auto;">
<div class="gB xu" style="border-top: 0px; padding: 0px;">
<div class="ip iq" style="border-top: none; clear: both; margin: 0px; padding: 16px 0px;">
<div id=":1la">
<table class="cf wS" role="presentation" style="border-collapse: collapse; text-align: justify;"><tbody>
<tr><td class="amq" style="margin: 0px; padding: 0px 16px; vertical-align: top; visibility: hidden; width: 44px;"><img class="ajn bofPge" data-hovercard-id="harusanggi@gmail.com" id=":11r_0" jid="harusanggi@gmail.com" name=":11r" src="https://www.google.com/s2/u/0/photos/public/AIbEiAIAAABDCKzrztmKpdOHMCILdmNhcmRfcGhvdG8qKGViZjBkMjIzMmJkODczZjc4NDllNGY3MTMxNDQ3YWI0ZTA0NDQyMWEwAdt8UI3wAT0jSeaecjJuEOlZBFPH?sz=32" style="border-radius: 50%; display: block; height: 32px; width: 32px;" /></td><td class="amr" style="margin: 0px; padding: 0px; width: 1142px;"><div class="nr wR" style="border-radius: 1px; border: none !important; box-sizing: border-box; color: #222222; margin: 0px !important; padding: 0px; transition: none;">
<div class="amn" style="align-items: center; color: inherit; display: flex; height: auto; line-height: 20px; padding: 0px;">
<span class="ams bkH" id=":1l3" role="link" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; -webkit-user-drag: none; align-items: center; background: none; border-radius: 4px; border: none; box-shadow: rgb(218, 220, 224) 0px 0px 0px 1px inset; box-sizing: border-box; color: #5f6368; cursor: pointer; display: inline-flex; font-family: "Google Sans", Roboto, RobotoDraft, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 0.875rem; height: 36px; justify-content: center; letter-spacing: 0.25px; margin-right: 12px; min-width: 104px; outline: none; padding: 0px 16px 0px 12px; position: relative; user-select: none; z-index: 0;" tabindex="0"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Reply</span></span><span class="ams bkG" id=":1l5" role="link" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; -webkit-user-drag: none; align-items: center; background: none; border-radius: 4px; border: none; box-shadow: rgb(218, 220, 224) 0px 0px 0px 1px inset; box-sizing: border-box; color: #5f6368; cursor: pointer; display: inline-flex; font-family: "Google Sans", Roboto, RobotoDraft, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 0.875rem; height: 36px; justify-content: center; letter-spacing: 0.25px; margin-right: 12px; min-width: 104px; outline: none; padding: 0px 16px 0px 12px; position: relative; user-select: none; z-index: 0;" tabindex="0"><span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Forward</span></span></div>
</div>
</td></tr>
</tbody></table>
</div>
</div>
</div>
</div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-49861918051553400122019-03-07T01:50:00.000+07:002019-03-08T01:16:54.864+07:00Ngapain Sekolah Jauh-Jauh Kalau....<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHAJ910nZcsnALu5hMvfCZWXDaYch21SytUouOOS8wPn_eQYo4fLIOfB8e75R0i2_QjPiAHe0_kfZDPF6no2ng8KytYUOoLtijCkpde_O7SSqd5_I9QmSOPt2zXujVWe6EXAcQyFGzibM/s1600/education+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="154" data-original-width="327" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHAJ910nZcsnALu5hMvfCZWXDaYch21SytUouOOS8wPn_eQYo4fLIOfB8e75R0i2_QjPiAHe0_kfZDPF6no2ng8KytYUOoLtijCkpde_O7SSqd5_I9QmSOPt2zXujVWe6EXAcQyFGzibM/s320/education+2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: x-small;"><i>Gambar dari sini</i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sering banget sih ya dengar komentar orang tentang hidup orang lain. Contohnya, di sebuah sore, di sela-sela canda ria (ceileh) dengan teman-teman sepulang kerja, sempat terlontar kalimat yang ditujukan ke saya seperti ini, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Lo ngapain sekolah jauh-jauh, masuk sekolah favorit, tapi sekarang sama aja kayak gw." </span></blockquote>
<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Sama aja kayak gw </b><i>means</i> jadi PNS dengan gaji kecil di Kabupaten yang di Indonesia raya ini lebih terkenal sebagai nama rumah makan dibanding nama kabupaten. Pengen ketawa sih, tapi dia benar. Benar kalau dia bicara soal apa yang dia lihat sebagai hal-hal fisik. Gaji, tempat kerja, lokasi yang jauh dari rumah, dll. Tapi kalau bicara soal kualitas diri, saya tidak yakin itu benar, atau pun kalau itu salah, saya tidak akan dengan jumawanya bilang bahwa kualitas diri saya akan lebih baik. Intinya, menanggapi pembicaraan seperti itu tidak <i>apple to apple.</i> Saat bagi saya sebuah kesuksesan adalah meningkatnya kualitas diri saya lewat pencapaian-pencapaian yang telah saya targetkan, dia menempatkan kesuksesannya dengan hal-hal fisik yang menurutnya tidak perlu dengan susah payah dia dapatkan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalimat itu mirip sekali dengan kalimat, "Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau nantinya jadi ibu rumah tangga juga?" Huh, saya memang agak sensitif dengan kalimat-kalimat yang menyepelekan sebuah proses. Apa orang sekolah tinggi-tinggi hanya untuk jadi pekerja? Jika iya, maka itulah definisi sukses sang pemberi komentar. Tapi bagi ibu yang sudah sekolah tinggi-tinggi dan tidak bekerja, mungkin nilai kesuksesan baginya adalah berhasil membesarkan anak-anaknya tanpa campur tangan orang lain, atau hal-hal lainnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Jadi kembali ke komentar yang dilontarkan dengan niat bercanda (mudah-mudahan begitu), saya bisa saja menjawab pertanyaan, "Ngapain" itu tadi dengan ratusan jawaban yang akan sangat membuat si penanya tidak nyaman. Salah satunya, "Saya sekolah jauh-jauh untuk belajar berempati, <i>open minded</i>, dan tidak melontarkan kalimat-kalimat yang menyepelekan orang lain." Tapi jawaban itu saya simpan rapat-rapat karena sekolah jauh-jauh itu juga mengajarkan saya untuk menahan diri dan menghindari konflik semampu saya agar orang lain tetap nyaman. Jadi alih-alih menjawab dengan kalimat yang akan memancing perdebatan, saya memilih menjawab, "Hahaha...iya." </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><i>I give the answer that you want me to. </i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-49194362706185523032019-02-26T01:07:00.000+07:002019-03-08T01:17:22.599+07:00Tentang One Month After<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ6Sl-hfhyIeatjOS60qG_wFBzksc4GaQPhujK95KGGhR2FrAu6BS-EKCYN5VFQSsQ0qT2GvADTADwJNioyic-1EWvZmXDYOu5zJRRFzVW2U8bityD4n1Wg05HIZyvHF3NKox2LimuJJA/s1600/best+gift.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="1024" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQ6Sl-hfhyIeatjOS60qG_wFBzksc4GaQPhujK95KGGhR2FrAu6BS-EKCYN5VFQSsQ0qT2GvADTADwJNioyic-1EWvZmXDYOu5zJRRFzVW2U8bityD4n1Wg05HIZyvHF3NKox2LimuJJA/s320/best+gift.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">Gambar dari <a href="https://www.pinterest.com/poppy307/greetings-for-facebook/">sini</a></span></span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya sebulan ini merasa punya utang karena belum juga mendokumentasikan
melalui blog tentang detik-detik kehadiran anak kedua saya. Postingan
tentang itu akan saya tulis di postingan berikutnya mungkin.
Jujur semenjak melahirkan, saya merasa kehilangan keseimbangan. Semangat
untuk menulis terasa hilang, juga semangat untuk berinteraksi, dan
membereskan banyak target dan pekerjaan. Padahal menyambut kelahiran
kali ini sudah saya siapkan matang-matang. Mulai dari fisik, mental,
termasuk di dalamnya adalah kelapangan hati, pilihan-pilihan, dan
konsekuensi. Tapi tetap, tidak membuat saya merasa siap segalanya. </span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sebulan ini
saya sangat tidak produktif dalam hal menata kehidupan yang terkait
dengan saya pribadi. Di luar itu, saya cukup keras kepala untuk berjuang
menjadi ibu ASI bagi Inaranti. Saya cukup keras kepala untuk menjadi
ibu yang berusaha tetap memberikan perhatian yang sama bagi Zahir, dan juga berusaha
menjadi istri yang tidak menyebalkan karena kelelahan bagi Om Taurus.
Semua tampak baik-baik saja. Kecuali diri saya. Saya tidak bisa
menentukan prioritas, mengatur waktu, menyisihkan kesenangan untuk diri
saya sendiri. <i>Me time</i> saya hanya <i>social medi</i>a dan drama korea. Itu madu dan racun
ternyata. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya menyadari bahwa saya harus mulai menata hari. Saya harus konsisten untuk
menciptakan rutinitas karena sepertinya itu yang saya butuhkan sekarang.
Setiap hari itu yang selalu saya katakan. Menciptakan target-target
bagi diri saya sendiri. Suatu waktu saya menargetkan mandi pukul 4 pagi.
Untuk apa? Agar terbiasa nanti saat bekerja. Target terpenuhi untuk
satu hari. Besoknya saya kembali mengulang kebebasan yang sama, yang
benar-benar menggelisahkan. Di lain waktu, saya menargetkan untuk tidur
lebih cepat, tidur saat Inaranti tidur agar tidak benar-benar kelelahan
tapi lagi-lagi hanya bertahan selama satu hari. Besok-besoknya adalah <i>
excuse</i> dan kompromi terhadap pilihan saya untuk kembali begadang. Dan saya kembali
mengulang lingkaran <strike>setan</strike> kemalasan yang saya ciptakan sendiri. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bagi sebagian
orang mungkin ini adalah hal-hal kecil yang harusnya dinikmati saja,
tapi bagi saya, hal-hal seperti ini membuat frustasi. Tidak bisa
menciptakan rutinitas positif, tidak memiliki pencapaian, tidak mampu membuat
prioritas seperti yang biasa saya lakukan. <i>It's killing me</i>. Saya butuh
sujud, butuh mengadu, dan menangis. Tapi masih dalam masa nifas. Mungkin
itu juga salah satu penyebabnya, karena saya merasa tidak cukup dekat
untuk bisa berpegangan dengan sesuatu yang Maha Kuat dan Maha Besar. <br /><br />Masih
ada dua bulan lagi sebelum saya masuk kerja. Saya benar-benar harus
merapikan hidup karena 1 bulan ini tidak menghasilkan apa-apa selain
<i>mood</i> yang naik turun dan hari yang terus berubah tanpa saya menyadari
bedanya karena semua terasa sama saja. Ada DL tulisan yang harus saya
serahkan kepada editor, ada tanggung jawab pekerjaan yang harus saya
selesaikan, ada Inaranti, Zahir, dan Om Taurus yang membutuhkan saya
yang bahagia dan sudah berdamai dengan diri sendiri. Saya harus
membereskan semua kesedihan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-26746214380978474242018-10-31T23:55:00.000+07:002021-12-18T12:44:24.427+07:00Tentang Toxic Friends<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHg2jo75SgJ0y0sNq6HPpD0Jha5eOwyvDhs4ZzypyZ_zckJ7gnqyEiQnmktLRldZy_z8bjyOAsI-owrxNxaraUXnjD1NBDRCr9wLufwuYTaPNWwLdXJPhpwqgI4Ig6D47FdqSrtSHUfbI/s1600/toxic+friend+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="176" data-original-width="336" height="167" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHg2jo75SgJ0y0sNq6HPpD0Jha5eOwyvDhs4ZzypyZ_zckJ7gnqyEiQnmktLRldZy_z8bjyOAsI-owrxNxaraUXnjD1NBDRCr9wLufwuYTaPNWwLdXJPhpwqgI4Ig6D47FdqSrtSHUfbI/s320/toxic+friend+2.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: xx-small;">gambar dari <a href="https://www.boredpanda.com/real-friends-vs-toxic-infographic-lifehack/?utm_source=r.search.yahoo&utm_medium=referral&utm_campaign=organic">sini</a></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="false"
DefSemiHidden="false" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="371">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="header"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footer"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="index heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of figures"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="envelope return"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="footnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="line number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="page number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote reference"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="endnote text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="table of authorities"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="macro"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="toa heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Bullet 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Number 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Closing"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="List Continue 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Message Header"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Salutation"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Date"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text First Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Note Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Body Text Indent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Block Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Hyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="FollowedHyperlink"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Document Map"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Plain Text"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="E-mail Signature"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Top of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Bottom of Form"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal (Web)"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Acronym"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Address"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Cite"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Code"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Definition"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Keyboard"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Preformatted"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Sample"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Typewriter"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="HTML Variable"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Normal Table"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="annotation subject"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="No List"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Outline List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Simple 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Classic 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Colorful 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Columns 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Grid 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 4"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 5"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 6"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 7"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table List 8"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table 3D effects 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Contemporary"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Elegant"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Professional"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Subtle 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 2"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Web 3"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Balloon Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" UnhideWhenUsed="true"
Name="Table Theme"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" SemiHidden="true" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" QFormat="true"
Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" QFormat="true"
Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" QFormat="true"
Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" QFormat="true"
Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" QFormat="true"
Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" QFormat="true"
Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" SemiHidden="true"
UnhideWhenUsed="true" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="41" Name="Plain Table 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="42" Name="Plain Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="43" Name="Plain Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="44" Name="Plain Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="45" Name="Plain Table 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="40" Name="Grid Table Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="Grid Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="Grid Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="Grid Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="Grid Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="Grid Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="Grid Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="Grid Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="Grid Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="Grid Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="Grid Table 7 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46" Name="List Table 1 Light"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51" Name="List Table 6 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52" Name="List Table 7 Colorful"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="46"
Name="List Table 1 Light Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="47" Name="List Table 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="48" Name="List Table 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="49" Name="List Table 4 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="50" Name="List Table 5 Dark Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="51"
Name="List Table 6 Colorful Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="52"
Name="List Table 7 Colorful Accent 6"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:8.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:107%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">...you need
to choose your social circle carefully, because letting toxic friends into your
life can change your life for the worse.</span></span><br /><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></i></blockquote>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;"><i>
</i></span></span>
<br />
<a name='more'></a><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Mengutip kalimat di atas dari sebuah artikel di <i>website doctornerdlove</i> dan saya
angguk-angguk kepala. Kutipan kalimat itu juga yang akhirnya membuat saya
kembali ke blog ini untuk sedikit curcol tentang sebuah hal yang membuat saya
memutuskan untuk <i>resign</i> dari sebuah hubungan pertemanan yang tidak sehat lagi.
<i>Btw</i>, ini pertama kalinya saya memutuskan untuk keluar dari sebuah hubungan
pertemanan karena biasanya saya selalu sangat selektif dalam memilih <i>inner
circle</i>. Ini bukan gaya-gayaan pilih-pilih teman, tapi dari dulu saya
percaya bahwa hal-hal positif, pemikiran-pemikiran positif, tingkah laku
positif, hanya bisa dibangun saat kita menjaga untuk selalu terus berada di
dekat orang-orang yang positif juga. Jadi jangankan mau ngetik <i>comment</i> negatif,
baca </span></span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;"><span style="font-size: 12.0pt;"><i>comment</i></span> negatif aja suka sedih akutu. <i>Timeline</i> saya di semua socmed selalu
bikin hati senang dan ketawa, Alhamdulillah. Bahkan instagram yang katanya
isinya penuh kejulidan, di halaman <i>explore</i> saya kebanyakan isinya DIY atau
tutorial ngecat kuku. Yang julid-julid jarang lewat kecuali kalau saya
tiba-tiba lagi pengen <i>stalking</i> lambe turah yang gak pernah saya <i>follow</i> itu.
Kenapa <i>stalking</i> lambe turah? Karena hidup butuh keseimbangan #halasankamuh.
Iya, buat tahu gosip artis jadi nggak bengong-bengong amat saat ada cerita
Bunda Maia udah nikah lagi sama mantan pacarnya Desy Ratnasari. Tapi tetep
bengong saat ada yang cerita soal Kris Hatta karena DIA SIAPA HOOOI? Soalnya
saya <i>stalkingnya</i> gak sampe bawah-bawah, nih.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;"><br />
Sadarnya seseorang (iya, saya maksudnya) mengenai <i>toxicnya</i> sebuah hubungan itu macam-macam caranya. Ada
yang harus kejedot tembok dulu. Ada yang harus patah hati berkali-kali dulu.
Ada yang harus kehilangan dulu. Tapi bagaimana pun caranya, <s>kotor</s> sadar
itu baik. Mirip leptop yang selesai diinstal ulang, kesadaran membawa saya
untuk bisa melihat dengan lebih jelas siapa yang selama ini saya pertahankan.
Bisa berpikir dengan lebih baik kalau ucapan beberapa orang untuk tidak
terlalu dekat dengannya itu benar. Selama ini saya abaikan karena banyak
pembenaran. Pembenaran seperti :</span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<i>"Yang penting dia nggak gitu ke gw"</i></span></span> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
"Mungkin orang-orang yang salah menilai dia"</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
"Mungkin ada alasan kenapa dia begitu."</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
"Mungkin kalau gw di posisi dia, gw juga bakal begitu"</span></span></i> </blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
Mungkin begini, mungkin begitu. Apa ini. Apa
itu.</span></span></i><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></blockquote>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
Intinya ngono. Sebuah hubungan tidak sehat
karena terlibat dengan <i>toxic friends</i> itu sebenarnya mudah untuk dihindari atau
dilepaskan <i>but most people lack the courage to let go</i> karena segala pembenaran,
ingin menjaga perasaan, atau sulit melepaskan kenangan. Si saya mah, ngebuang
nota belanjaan aja sayang apalagi ngebuang kenangan #ahelah. Terus dari mana
kamu tahu kalau dia adalah <i>toxic friends</i>? Sebenarnya kalau mau jujur, kamu
pasti tahu, kok. Tahu dari awal. Untuk meyakinkan saya malah sampai baca
artikel dari <i>huffpost </i>tentang <i>23 Warning Signs of a Toxic Friends</i>. Saya kutip
beberapa deh yang pas di kantong, eh di hati....<br />
</span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<i>"You can never win an argument with a negative person they only hear what
suits them and listen only to respond." -- </i>Michael P. Watson.</span></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></blockquote>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<br />
Jadi, beradu argumen dengan <i>toxic friends</i> itu percuma. Menghabiskan energi,
menghabiskan waktu. Begitu pun ngobrol dengan mereka. Mereka hanya mau mendengar
yang mereka mau dengar saja. Atau yg <i>"suits them"</i> saja. Kalau mereka
terlihat menyimak kamu dan cerita-cerita recehmu itu, itu hanya supaya mereka
bisa merespon dengan baik. Bukan untuk berempati. <i>They lack empathy. They don't
feel your pain</i>. Ndak usah berharap empati mereka maylav~~~ (udah mirip admin
mojok belum?)<br />
<br />
</span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<i>They take advantage of your generosity and give nothing in return. They can
stay at your house for months or years without chipping in for groceries, or
even offering a thank-you.</i></span></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></blockquote>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<br />
Oh, yes. This! Tapi tak elok membahasnya panjang-panjang, kan. <br />
<br />
</span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<i>"They offer help when it's convenient to them not to you. They only care
about themselves and don't consider you. They'd probably refuse you into their
boat if your's was sinking"</i></span></span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span></blockquote>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<br />
Jadi, saat toxic friends ini menawarkan bantuan, kamu jangan terlalu yakin akan
ketulusan hatinya karena bisa jadi...bisa jadi yaa, ini ada hubungannya dengan
keuntungan yang akan dia peroleh dengan menolong kamu. Sebagai contoh, saat dia
menjadi orang yang berjasa untuk minta izin ke atasan kalian supaya bisa pergi
jalan-jalan, jangan keburu terharu dulu, <i>tsay</i>. Coba diingat lagi, <i>who's pay the
bill? </i>Atau lagi kalau tiba-tiba dia menawarkan bantuan tiba2, coba dilihat lagi. Yang
ditawarkan bantuan itu siapa? Orang yang punya kuasa atau rakyat jelata hahaha.
Cuma contoh lho, ya...Jadi kalau tidak ada hubungannya dengan keuntungan dia,
pertolongan itu tidak akan datang. <br />
<br />
Nah, kurang lebih begitulah. Kata-kata penutupnya begini,<br />
</span></span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><span style="font-size: 12.0pt;">
<i>Now is the time to honor your authentic values and break loose.</i></span></span></blockquote>
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-52297524251199342772018-06-08T12:34:00.000+07:002019-03-07T01:51:29.719+07:00Les Renang di Bandar Lampung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjztmWwWHBKh5e_Q9h9h3g7QB_QKlbLGfW9F8abUt8fJdXypv5K3TBcivu_9YtBKfgsjJRvxuH6tOJwjXvItK9wADSbk0dpRjBA75PR9wXf3bmkp422K2eZj_ihGgzYgu9TNRXfXXRaxpo/s1600/swimming.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjztmWwWHBKh5e_Q9h9h3g7QB_QKlbLGfW9F8abUt8fJdXypv5K3TBcivu_9YtBKfgsjJRvxuH6tOJwjXvItK9wADSbk0dpRjBA75PR9wXf3bmkp422K2eZj_ihGgzYgu9TNRXfXXRaxpo/s1600/swimming.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: xx-small;"><i><br /></i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: xx-small;"><i>Gambar dari <a href="http://www.awyeah.us/26-beautifull-swimming-quotes/">sini</a></i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Berawal dari postingan instagram Icha, teman terlama yang pernah saya punya (25 tahun!) soal anaknya, Qiya yang les berenang, saya jadi kepo. Jujur, saya ini emak-emak yang tidak banyak tertarik pilihan orang lain kalau untuk urusan kebutuhan anak. Karena apa? Karena saya punya </span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">list</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> sendiri tentang hal-hal apa saja yang akan saya berikan untuk Zahir. Tapi berenang, cukup menarik karena guru mengaji Zahir selalu mengeluhkan permasalahan pernapasan Zahir yang tidak bisa panjang saat mengaji, padahal saat ini Zahir sudah harus membaca ayat-ayat yang panjang. Menurut beliau, berenang adalah cara yang cukup efektif untuk mengatur pernapasan. Saya pun menghubungi nomor kontak </span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">coach</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> renang yang Icha berikan kepada saya. Namanya Akbar. Saya dan Zahir biasa memanggilnya Om Akbar. Sebelum menghubungi kontaknya, saya terlebih dahulu </span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">stalking</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> instagramnya, dong. Dan tahu sendiri kemampuan perempuan di dunia </span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">perstalkingan</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">, kan? Detektif mah, lewat. Dalam sekejap, beberapa informasi tentang Om Akbar ini saya kantongi. </span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ternyata Om Akbar ini adalah mantan atlet renang dan selam nasional. Doi juga memiliki sertifikat pelatih C+, sertifikat APKI, dan sertifikat pelatih kejurnas. Oke, paling tidak dia tahu cara berenang yang benar, tidak seperti emaknya Zahir yang sampai saat ini, berenangnya tidak pernah sempurna. Hanya bisa berenang tapi tidak bisa berenang dengan benar. Lalu lagi, yang bersangkutan masih muda, masih kuliah, dan yang dilatihnya kebanyakan anak-anak seumuran Zahir (walaupun ada beberapa juga yang sudah dewasa). Oke, ini juga jadi point plus karena orang yang memang sudah terbiasa di dekat anak kecil, tidak akan mengalami kesulitan saat harus berkomunikasi secara intens dengan mereka. Apalagi Zahir memiliki ketakutan tersendiri terhadap air yang dalam. Jadi mungkin butuh kesabaran ekstra. Setelah <i>stalking</i> itulah, saya akhirnya yakin untuk menghubungi kontak <i>whatsapp</i> yang Icha berikan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Responnya cukup baik dan cepat. Saya langsung menanyakan beberapa hal yang sebenarnya infonya sudah saya dapatkan dari Icha antara lain mengenai jadwal latihan, tempat, dan biaya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">F<i>yi, Om Akbar melatih renang privat dan reguler. Untuk privat, biayanya 800 ribu rupiah untuk 8 kali pertemuan. Belum termasuk uang masuk kolam renang. Oh iya, jadwal berenangnya di Marcopolo. Kelebihan les privat, setiap pertemuan dibatasi maksimal 3 orang anak dan jadwalnya bisa diatur sendiri. Kalau les reguler biayanya 400 ribu rupiah untuk 8 kali pertemuan. </i></span><i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Belum termasuk uang masuk kolam renang. B</span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">iasanya digabung 5-10 anak dan jadwalnya tergantung Om Akbar.</span></i></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sampai saat ini Zahir sudah 16 kali pertemuan dengan Om Akbar. Di pertemuan pertama, Zahir yang masih takut-takut akhirnya berani meluncur jarak dekat. Sangat dekat. Tapi itu sebuah usaha keras Zahir yang sangat saya banggakan mengingat ketakutannya di air yang dalam. Selama 16 kali pertemuan ini, tentu ada pasang surut. Ada kalanya saya kesal karena Zahir seringnya lebih memilih untuk bernegoisasi dengan Om Akbar ketimbang mematuhi perintah pelatihnya soal jarak yang harus dia tempuh untuk berenang. Hingga 16 kali pertemuan ini, jarak terjauh yang Zahir tempuh baru sebatas setengah kolam renang dengan gaya dada. Itupun dia lakoni biasanya setelah negoisasi panjang yang berlarut larut sampai Om Akbar harus diam-diam memindahkan tempat sampah yang selalu menjadi acuan Zahir untuk titik awal berenangnya. Hahaha...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tapi setelah capek kesal dengan Zahir, saya pun memilih untuk berdamai dengan diri sendiri, karena tidak menyenangkan rasanya harus kesal setiap minggu. Bahkan Zahir sendiri menyadari perubahan itu dengan bertanya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">"Berenang Zahir udah bagus ya? Kok tumben Mama nggak ngomel?" </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Hahaha...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saya jawab, "Berenangnya memang bagus, tapi Mama ngomel karena Zahir suka nawar-nawar saat latihan. Tapi mulai sekarang Mama tidak mau ngomel lagi, bersenang-senang saja, Zai, tapi usahakan untuk tidak tawar menawar terus dengan Om Akbar. Oke?" </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Zahir mengangguk. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Yah, terkadang saya sebagai orantua memang sering lupa kalau apa yang akan anak kelak ingat adalah sentuhan, kasih sayang, dan rasa nyaman. Bukan obsesi orangtua yang ingin anaknya serba bisa namun mengesampingkan rasa tidak nyaman yang anak rasakan. Saya kini pun tidak terlalu ingat detail-detail masa kecil saya tapi saya selalu ingat bahwa kehangatan keluarga adalah hal besar yang membuat saya selalu merasa nyaman. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oh, iya untuk yang tertarik dilatih berenang dengan Om Akbar bisa menghubunginya di nomor <i>whatsapp</i> : 0895342299907. Ini bukan promo berbayar hahaha...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-83454663415278049082018-05-24T21:05:00.000+07:002018-05-24T21:05:58.060+07:00Tentang Memfollow Instagram Awkarin<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_KZx9NKvYgopz78AzODfj6m0N4N_uvabvwR_08Yrv5ULmvXtXxqeWy-RlSpY0Vo23iZ9l2ru5-108IVZTZlsTU1Cx2DwfGtN54WTuLniVcRiFDQWdvY8U4LBqUme9etJwhiPrVuB5_Gc/s1600/30603236-2061910424065534-4729318442451075072-n-02701ee741839dca6c3f170df4043e7a_750x500.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="750" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_KZx9NKvYgopz78AzODfj6m0N4N_uvabvwR_08Yrv5ULmvXtXxqeWy-RlSpY0Vo23iZ9l2ru5-108IVZTZlsTU1Cx2DwfGtN54WTuLniVcRiFDQWdvY8U4LBqUme9etJwhiPrVuB5_Gc/s320/30603236-2061910424065534-4729318442451075072-n-02701ee741839dca6c3f170df4043e7a_750x500.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif; font-size: x-small;">Gambar dari<a href="https://career.popbela.com/working-life/niken-ari/ini-perubahan-awkarin-dan-deretan-bisnis-yang-dimilikinya"> sini</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Waaaaw! Duh, saya lagi sering banget ngomong "Waaaaw" gara-gara Lulu. Lho, kok gara-gara Lulu? Jadi ceritanya di suatu sore yang tidak romantis bulan Agustus tahun lalu, saya, Kimi dan Lulu ngemil-ngemil cantik di Corner Cafe. Cafe yang saya kurang tahu pasti juga kenapa dinamakan <i>corner</i> karena letaknya yang juga tidak <i>corner-corner</i> amat itu menjadi saksi bisu obrolan kami bertiga. Mulai dari obrolan tentang <i>social climber, relationship, selebtwit, blogger</i>, teman lama, hingga birokrasi bisa kami bahas sambil ngakak dan ngemil salad sayur pesanan Lulu yang porsinya segambreng. </span></div>
<a name='more'></a><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Bagi saya pribadi, ngobrol bareng mereka adalah vitamin. Menyehatkan. Buktinya gara-gara satu kalimat Lulu yang bilang, </span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">"Kalau aku tuh, <i>influencer</i>, cukup <i>follow</i> Awkarin aja karena dia tuh sumbernya semua kelakuan anak muda." </span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Intinya, Lulu mau bilang kalau kamu mau tahu <i>trend</i> terbaru, lihat aja instagram Awkarin. Atau kalau kamu mau tahu gaya pacaran anak zaman sekarang, cukup lihat dia. Lulu yang anak psikolog ini bukan tanpa alasan <i>memfollow</i> Awkarin, Lulu melihat itulah salah satu cara untuk membentengi anak perempuannya dari konten negatif perilaku para selebgram yang seringnya jadi kiblat bagi anak muda zaman <i>now</i>. Mirip kata-katanya Sun Tzu, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">"<span style="background-color: white;">Kenali dirimu, </span><span style="background-color: white; font-weight: bold;">kenali musuhmu</span><span style="background-color: white;">, dan kenali medan tempurmu. Dan kau akan memenangi seribu pertempuran"</span><span style="background-color: white; color: #545454;"> </span></span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Waaaaw. Kalimat Lulu cukup mengubah sudut pandang saya soal Awkarin. Selama ini saya selalu berpikir kalau tidak perlu memberi panggung untuk orang-orang yang jelas-jelas memberi <i>negative impact</i> bagi perilaku remaja. Nyatanya, pilihan busananya, cara berpacarannya, gaya hidup bebasnya, dan kalimat-kalimatnya adalah kekuatan seorang Awkarin yang tahu betul bahwa netizen itu selalu benar sehingga semakin salah seorang Awkarin semakin banyak mata yang tertuju padanya. <strike>Dan semakin tebal pundi-pundi rupiahnya. Dan semakin mirip jahit jelujur instastorynya.</strike> Setelah mempertimbangkan kalimat Lulu selama 6 bulan (Fyi, saya baru <i>follow</i> Awkarin sekitar dua bulan yang lalu) Eh, bukan karena lama mempertimbangkan sih, tapi karena baru inget omongan Lulu aja 😂Hahaha. Dan gara - gara Awkarin yang sering ngomong "Waaaaw" saya pun jadi ketularan 😜</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">Setelah beberapa lama ini <i>follow</i> Awkarin lalu apa yang berubah? Yang pasti saya yang emak-emak ini nggak mungkin ikutan-ikutan gaya hidupnya atau gaya pacarannya #yaiyalah. Tapi saya jadi mulai melihat ada hal-hal positif yang bisa dipetik dari seorang Awkarin. Apa tuh? <b>Mentalnya</b> gaeees. Saya seumuran dia, dibilangin pilih-pilih teman aja bisa <i>baper</i> sampai lebaran. Lah, dia seIndonesia Raya yang menghujatnya tapi tetap bisa terus produktif bermanfaat paling tidak untuk orang-orang di sekitarnya. Oiya satu lagi, dia jatuh lalu belajar. Bukan tipikal orang yang salah berkali-kali lalu dibenci. Dia tipikal orang yang berani mencoba, tidak takut salah, dan saat salah dia belajar. Kalau pun akhirnya salah lagi, paling tidak bukan kesalahan yang sama hahaha...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><i>Anyway</i>, masa muda itu sulit, kan? Hormon salah satu tersangkanya. Keinginan untuk dipuja, membuktikan sesuatu, meraih sesuatu, tidak mau disepelekan, <i>bullying</i>, <i>sexual abuse</i>, pengakuan akan daya tarik seksual, intrik pertemanan, keluarga, dll bertubi-tubi dikirim dalam satu periode masa muda. Jadi, jika seorang Awkarin bisa melalui semuanya dengan belajar, saya super yakin kalau nantinya Awkarin akan menjadi emak-emak yang lebih bijak dari emak-emak netizen yang punya cukup banyak waktu luang untuk mengetik <i>hate speech</i> di kolom komentar akun gosip. Mari kita aminkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Verdana, sans-serif;">*penulis bukan <i>fans</i> Awkarin.</span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com8tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-49680206259478476272017-12-13T20:30:00.000+07:002019-03-08T00:45:15.419+07:00Tentang Social Media<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb-nzhARFsF19LuOrSdC8egFlURiD33OgqcbEfR4jiTEWz1pfd1NPeTxIl-RZpxwuTLlYLgi8qhD5CHyCvdERsI5nqvQESUXGePylwb_2F3w3hSIhc2oxXfgLfPwIFFe5eytCz28EnUJg/s1600/socmed.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="168" data-original-width="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhb-nzhARFsF19LuOrSdC8egFlURiD33OgqcbEfR4jiTEWz1pfd1NPeTxIl-RZpxwuTLlYLgi8qhD5CHyCvdERsI5nqvQESUXGePylwb_2F3w3hSIhc2oxXfgLfPwIFFe5eytCz28EnUJg/s1600/socmed.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: xx-small;">Gambar dari <a href="https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=imgres&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjc59vPi4fYAhXLOI8KHWduC98QjRwIBw&url=https%3A%2F%2Fmarketingland.com%2Flibrary%2Fchannel%2Fsocial-media-marketing&psig=AOvVaw0VOiY8lfCKxQ8tGT2ByYLP&ust=1513258034518182">sini</a></span></div>
<br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Akhir-akhir ini saya sering berpikir tentang </span><i style="font-family: verdana, sans-serif;">social media</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">. Bukan pikiran yang berat-berat, sih. Tapi pikiran yang receh-receh saja. Seperti, "Apa </span><i style="font-family: verdana, sans-serif;">social media</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> favoritmu?" Kalau saya sendiri, yang menjadi favorit saya sebenarnya <i>blog </i>(walaupun sering ditinggal-tinggal), kedua instagram, lalu twitter. <i>Facebook</i> pernah menempati posisi kedua setelah blog, tapi tidak lagi, menurut saya <i>facebook</i> sudah terlalu riuh. Mirip <i>mall</i>, dimasuki hanya jika saya mencari sesuatu yang tidak bisa saya temukan di tempat lain. Btw, saya juga punya Path tapi Path tidak saya masukkan ke dalam list ini karena #imho Path memiliki keriuhan yang sama dengan <i>facebook</i>. Luar biasa, kan? Dengan jumlah teman yang terbatas, <i>feed</i> yang dibagikan bisa menimbulkan keriuhan yang sama dengan <i>facebook</i>. Kenapa ya? Mungkin lain kali saya harus memikirkan ini lebih lanjut...*padahal malas</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><i>Facebook</i> itu saya umpakan sebagai teras depan di mana banyak orang yang akan mampir. Jumlah teman di <i>facebook</i> saya pun paling banyak dibanding <i>socmed</i> yang lain karena biasanya apabila ada <i>friend request</i> yang mutual friendsnya cukup banyak dan terhubung dalam satu komunitas yang saya percaya, saya pasti akan <i>approve friend requestnya</i>. Namun, karena itu adalah teras rumah, tentu akan terbatas juga hal-hal yang bisa saya bagikan. Eh, tapi dulu sebelum menikah, saya pernah alay juga sih. Bete dikit sama Om Taurus, <i>update</i> status. Sendirian di kamar, upload foto-foto <i>selfie</i>, nulis puisi sedikit, posting di <i>notes-nya</i> facebook. Padahal pusinya jelek banget kalau dilihat sekarang. Yah, kita memang pernah 4L4Y pada masanya, ya kan? Tapi intinya sekarang, saya menempatkan <i>facebook</i> sebagai teras rumah. Silakan berkunjung dan lihat-lihat, tapi insya Alloh saya tidak akan membuat teman-teman saya terganggu dengan segala kebaperan dan foto-foto muka saya yang segede gaban. <i>Btw,</i> Gaban itu robot Jepang yang pesawatnya tempurnya segede gaban #eh. Tapi sekali-kali saya tetap akan <i>share</i> hal-hal yang menghibur, sedikit foto-foto untuk pelepas rindu teman-teman saya (<i>anjir pede</i>), dan promosi tulisan-tulisan saya yang akan berpengaruh ke kantong tentunya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Bergantian dengan <i>facebook</i> untuk menempati posisi ke-3, socmed favorit berikutnya adalah twitter. Well, saya tidak terlalu cerewet di <i>twitter</i>. Bahkan sekarang-sekarang sudah sangat jarang membuka twitter tapi <i>twitter</i> adalah socmed yang membawa saya kembali ke dunia menulis. Selain itu, karena saya <i>memfollow</i> orang-orang yang tepat, twitter, seberapa lama pun saya tinggalkan selalu menjadi tempat yang menyenangkan untuk didatangi kembali. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Lalu, ada instagram. Kenapa instagram menjadi favorit saya yang nomor dua? Instagram itu saya ibaratkan jendela. Banyak hal-hal bagus yang bisa saya lihat dari sana. Karena instagram memang diperuntukkan untuk pamer foto-foto yang bagus dan juga fokus ke aplikasi edit-mengedit. Walaupun ke sini-sininya instagram jadi menyerupai path karena menjadi tempat untuk posting kegiatan sehari-hari yang biasa-biasa saja tapi <i>fortunately</i> dia tidak benar-benar menyerupai path yang bisa memberitahu kita siapa saja yang melihat foto kita. <i>Fyuuuuh</i>...Tapi baru beberapa bulan ini (iya, gue telat!) saya mencoba fitur <i>instastory</i> di mana kita bisa <i>share</i> kegiatan kita lewat video/gambar/boomerang dan juga bisa mengetahui siapa saja yang melihat <i>instastory</i> saya. Tapi walaupun bisa melihat siapa yang melihat (eh, gimana sih?), tapi tidak ada tombol <i>love</i> or <i>like</i> or <i>laugh</i> di sana. Jadi <i>it's okay</i> lah...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">The last. BLOG. Kenapa dia begitu istimewa? Blog, seperti halnya socmed lainnya, tentu bukan ruang pribadi. Apa yang saya tulis di dalamnya tentu adalah hal-hal yang telah saya pertimbangkan untuk layak dibaca oleh orang lain. Tidak menyinggung orang lain dan dapat saya pertanggungjawabkan. Yang menyenangkan dari blog adalah, mereka yang mampir adalah orang yang benar-benar mau membaca. </span><br />
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kalau kamu, apa <i>social media</i> favoritmu?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8553991160239650585.post-87609754895971281702017-07-27T23:06:00.001+07:002017-07-28T21:18:11.517+07:00Membuat Rekening BNI Taplus Anak<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicEvJPRbc31Q9pkhIbyyAbyJEq3_D_y8t59EK2sxAUIiboFMwHy5XRUiYuVCOTcrA1Oj-Yh59RENUTWeVjoS9DXtEqa9JeBtbbV6trQH7YotEjB97zajzxSB60lXBoh7krXJm9JpNwbYs/s1600/bni+taplus+anak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="183" data-original-width="275" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicEvJPRbc31Q9pkhIbyyAbyJEq3_D_y8t59EK2sxAUIiboFMwHy5XRUiYuVCOTcrA1Oj-Yh59RENUTWeVjoS9DXtEqa9JeBtbbV6trQH7YotEjB97zajzxSB60lXBoh7krXJm9JpNwbYs/s1600/bni+taplus+anak.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Gambar dari <a href="https://ekbis.sindonews.com/read/975702/178/bni-taplus-anak-tembus-rp161-triliun-1426158538">sini</a></span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br />Jadi, ceritanya, saya janjian dengan Tan Sis, empunya blog </span><a href="http://katjamatahati.wordpress.com/" style="font-family: Verdana, sans-serif;">katjamatahati.wordpress.com</a><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"> untuk posting blog setiap hari Senin dan Kamis. Biar apa? Katanya biar syar'i. Sebenarnya sih biar kedua tante ini sibuk cari kesibukan. Terus terang, sejak tulisan saya disetor ke penerbit, saya merasa ada rutinitas yang hilang. Hari-hari yang tadinya penuh target untuk membaca atau menulis beberapa halaman, jadi hilang arah dan tak tahu jalan pulang #halah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Intinya, saya butuh menulis lagi dalam bentuk apa pun itu agar terus senang. Tiap kali merasa hampa (</span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">aish hampa</i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">) begitu, saya langsung menghubungi Tan Sis. Mengajaknya ngeblog, atau ikut lomba, atau saling bertukar informasi soal penerbit apa yang butuh naskah apa. Hasilnya, beberapa bulan yang lalu, saya dan Tan Sis sibuk ikutan </span><i style="font-family: Verdana, sans-serif;">blog challenge. Blog challenge </i><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">ini ternyata bermanfaat banget, buktinya gara-gara <i>blog challenge</i>, tampilan blognya Tan Sis jadi kece badai dan saya atas beberapa saran dari Kimi berhasil membuat blog ini <strike>tidak bikin sakit mata</strike> lebih layak untuk dibaca manusia. Makasi Kimciii...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Kamis ini, saya akan <i>share</i> sedikit pengalaman saya saat pertama kalinya membuka rekening BNI Taplus Anak. Niat untuk membuka tabungan anak itu sebenarnya sudah lama sekali muncul, tapi baru setelah anak saya naik kelas nol besar dan uang tabungannya di sekolah harus ditarik karena akan mulai penghitungan baru, niat itu akhirnya bisa terlaksana. Uang tabungan anak saya di sekolah itulah yang akan menjadi penghuni rekening nantinya. Memisahkan tabungan anak dari tabungan orangtua dengan membuka rekening atas nama si anak, menurut saya cukup penting karena walau jumlahnya tidak besar, itu akan menjadi momen yang baik bagi si kecil untuk belajar mengenai transaksi perbankan, juga kebiasaan menabung. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ada dua bank yang saya pertimbangkan untuk membuka rekening di sana, pertama BNI, kedua BCA. Kenapa? Karena dekat dari rumah 😁. Iya sesimpel itu, tidak ada alasan lain. Saat itu, bank pertama yang saya kunjungi adalah BCA. Tapi di pintu depan, saya dicegat satpam yang bilang kalau BCA cabang ini (daerah rumah saya) belum melayani pembukaan rekening untuk anak. Memang sih, cabangnya masih baru dan tempatnya juga sangat kecil. Tapi rasanya sayang sekali kalau pihak bank tidak melihat potensi yang besar dari begitu banyaknya perumahan baru di daerah tempat saya tinggal. </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Akhirnya saya ke BNI yang jarak tempuhnya hanya butuh sekitar 10 menit berjalan kaki dari rumah saya. Di pintu BNI, saya lagi-lagi dicegat oleh satpam yang bilang kalau waktu istirahat hampir tiba. Karyawan di bank itu (yang juga cabang baru) hanya sedikit sehingga tidak bisa bergantian untuk istirahat makan. Artinya, secara halus, satpam tersebut menyarankan kepada saya untuk datang lagi setelah jam istirahat usai. Baiklah, untung rumah saya dekat sehingga saya bisa pulang dulu ke rumah. Nggak kebayang kalau rumah saya jauh. Saya pasti akan membatalkan niat untuk menabung di sana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sekitar jam 1 siang, saya kembali lagi ke BNI. Tidak lupa saya membawa persyaratan yang sudah saya cari tahu lewat beberapa <i>website</i>. Persyaratannya hanya akte kelahiran anak atau tanda pengenal (paspor atau kartu pelajar), KK, dan KTP orangtua. Simpel ya. Dan tentu saja uang yang akan ditabung minimal 100.000 rupiah untuk setoran pertama. Setoran selanjutnya minimal 10.000 rupiah saja. Kecil ya? Iya, dong. Namanya juga tabungan anak-anak. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Ternyata antrean di CS cukup panjang dan hanya ada 1 CS yang melayani dengan ramah. Namnya Mbak CS. </span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Tepat satu antrian di depan saya, adalah kedua orangtua dan anaknya yang masih bayi. Mereka juga mau membuka tabungan BNI Taplus anak. Untuk anaknya. Iya, anaknya yang masih bayik itu. Yang baru berusia 5 bulan. Wew...saat itulah saya merasa sangat ketinggalan 😞. Saya pun curi dengar percakapan antara Mbak CS dan kedua orangtua itu. Eh, tidak perlu curi dengar juga kedengaran dengan jelas sih karena jarak meja Mbak CS yang sangat dekat dengan sofa tempat saya menunggu. Saya curi-curi dengar karena melihat kedua orangtua itu membawa akte kelahiran anak yang asli. Lah, saya membawa yang fotokopi. Saya takutnya disuruh membawa yang asli. Kalau iya, masa saya harus balik lagi, sih?! *sigh*. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Dari hasil curi dengar itu ada beberapa informasi penting yang akan saya ingat-ingat :</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Pertama</b>, ATM untuk BNI Taplus Anak tidak langsung jadi, melainkan harus menunggu sekitar 2-3 minggu dulu karena memesan kartunya di Jakarta. Hm, lumayan lama juga ya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Kedua</b>, untuk pengambilan di ATM, maksimal hanya 500.000 rupiah perhari. Penting untuk menghindari pengurasan isi rekening oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab...atau oleh Ibunya si anak yang hobi belanja. 😶 </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Ketiga</b>, sebelum ATM jadi, uang setoran pertama atau setoran selanjutnya, belum bisa diambil, walaupun dengan buku tabungan. Ini yang membuat kedua orangtua di depan saya, yang sepertinya mau menabung dalam jumlah besar mengurungkan niat itu, dan hanya menabung sesuai batas minimal saldo saja. Mereka takut ada kebutuhan mendesak yang mengharuskan mereka mengambil uang sebelum ATM BNI Taplus anaknya jadi. Keputusan bijak pikir saya. Saya pun memisahkan tiga per empat uang dari keseluruhan uang yang niatnya akan saya masukkan ke rekening BNI Taplus Anak setelah mendengar penjelasan Mbak CS. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Keempat</b>, orangtua tidak perlu khawatir anaknya akan diam-diam mengambil tabungan tanpa sepengetahuan orangtua karena, penarikan apa pun akan segera mendapat notifikasi SMS ke ponsel orangtua. Orangtua tinggal memilih saja, penarikanan minimal berapa yang harus dilaporkan lewat notofikasi sms. Kalau penarikan di bawah 250.000 rupiah dianggap tidak masalah, maka aktifkan saja pemberitahuan jika ada penarikan di atas nominal tersebut. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Kelima</b>, meskipun buku tabungan dan rekening adalah atas nama anak, semua transaksi di bank harus dilakukan oleh orangtua atau anak didampingi oleh orangtua karena tanda-tangan yang digunakan adalah tanda tangan orangtua. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b><br /></b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><b>Keenam</b>, saat anak berusia 17 tahun, BNI Taplus Anak dapat dikonversikan ke produk lain yaitu BNI Taplus dengan nomor rekening yang sama, hanya produknya saja yang berbeda. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Saat tiba giliran saya, ternyata saya baru menyadari bahwa Mbak CS adalah sahabatnya kakak sahabat saya. #ehgimana. Namanya Mbak Ica, jadilah selama dia memproses <i>form</i> aplikasi saya, kami banyak bertukar cerita. Padahal ini pertama kalinya kami ngobrol karena selama ini hanya kenal wajahnya saja. Mbak Icha memang menyenangkan, sih 😃. Informasi yang saya dapat dari Mbak Icha sebagian besar sudah saya ketahui saat menunggu antrean tadi, jadi saya tidak banyak bertanya lagi. Setelah ngobrol dengan Mbak Icha juga saya tahu kalau ternyata jumlah nasabah yang mau membuka rekening untuk anak cukup banyak di daerah tempat saya tinggal. Tebakan saya tepat. Sayang sekali kalau BCA tidak segera menjual produk tabungan anak di cabangnya, ya...</span><span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Oh, iya, aktenya ternyata boleh fotokopian dan siapkan juga uang 6000 rupiah untuk materai. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><i>Btw</i>, untuk menghemat waktu, jika sudah yakin akan persyaratan yang dibawa, maka mintalah <i>form</i> aplikasi pembukaan rekening kepada satpam untuk diisi selama menunggu antrian CS. Jangan mengisinya saat sudah duduk di depan meja CS, karena percayalah, itu akan sangat menghabiskan waktu orang-orang yang ada di antrian berikutnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;">Sampai blog ini diposting, ATM BNI Taplus anak saya belum di tangan karena memang dijanjikan di awal Agustus. Saya tidak tahu apa saya akan dikabari atau tidak kalau ATMnya sudah jadi, saya hanya diminta datang kembali di awal Agustus untuk menanyakannya langsung ke BNI tempat saya membuka rekening. Semoga tepat waktu, ya...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "verdana" , sans-serif;"><br /></span></div>
yenita anggrainihttp://www.blogger.com/profile/16209828776905680168noreply@blogger.com30