Pada dasarnya saya orang yang jarang sakit. Alhamdulillah..ini bukan sombong, sekedar ucapan syukur saja. Tapi Tuhan Maha Adil, walaupun jarang sakit, sekalinya saya menderita sakit biasanya parah dan sampai di rawat di rumah sakit. Sebagai contoh, tahun kemarin saya terkena sakit tifus dan itu disaat mendekati hari-hari persalinan anak pertama. Bisa dibayangkan menderitanya sehingga saya harus menjalani operasi cesar. Cerita lengkapnya ada di sini.
Nah setahun kemudian yaitu tahun ini, saya sakit lagi. Memang bukan penyakit yang membuat dirawat di rumah sakit, tapi ini penyakit yang lumayan membuat repot. Jadi, ceritanya sudah sekitar seminggu ini saya tidak
lari. Sore itu saya memutuskan untuk lari di lapangan dekat komplek perumahan. Lari sebentar saja karena sudah terlalu sore.
Malamnya menjelang tidur, saya merasa badan sakit-sakit dan sedikit demam. Saya berpikir ini disebabkan tubuh yang kaget karena sudah sekitar seminggu tidak berolahraga. Besok paginya saat badan sudah mulai membaik, di
punggung ternyata muncul benjolan yang rasanya sakit sekali seperti digigit serangga. Saya segera mengoleskan minyak telon di benjolan tersebut tapi sampai sore sakitnya tidak juga mereda. Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum, pedih,dan sedikit gatal. Karena minyak telon tidak berhasil, saya pun beralih ke caladine lotion. Memang di kulit jadi terasa agak enakan karena dingin walaupun sakitnya tidak juga berkurang.
Berbekal ilmu farmasi yang tersisa saat dulu bekerja di retail farmasi, saya buru-buru ke apotek. Saat itu saya masih berasumsi kalau saya digigit serangga. Saya pun membeli salep yang memang khusus untuk
gigitan serangga. Sampai di rumah, saya oleskan salep itu di area benjolan. Sakitnya tidak berkurang. Nah, malamnya mungkin secara tidak sadar saya menggaruk-garuk daerah yang
sakit dan gatal itu sehingga paginya sangat kaget ketika melihat benjolan yang tadinya hanya ada satu dan agak
lebar itu sudah punya banyak teman berupa bintik-bintik yang menyebar ke sebelah kanan punggung dan membentuk pola garis yang tidak lurus. Tidak mau berlama-lama saya langsung mendaftar untuk bertemu dengan dokter kulit yang sudah senior. Saya dapat antrian
pertama.
Saya masuk ke ruang dokter ditemani suami dan menyadari kalau dokter senior
ini totally nyentrik. Rambutnya gondrong, beruban,dan di ruangannya
banyak lukisan yang dia lukis sendiri (ini kata suami yang sempat-sempatnya
mengamati). Selain itu ada juga foto
dirinya saat masih muda sedang nyengir dan memakai topi koboi. Begitu saya duduk, dia langsung bertanya keluhannya dan saya pun langsung curhat. Kemudian dia mau melihat benjolan beserta teman-temannya itu, dan berarti saya harus memamerkan punggung , agak risih memang tapi ini atas alasan
kesehatan kan? Dia melihat sebentar daerah punggung , lalu langsung menulis resep. Sambil dia menulis, saya bertanya tentang penyakit ini. Dengan pasti dia menjawab Dompo. Hah? Sakit apa itu?
Jadi dompo itu biasa kita kenal sebagai herpes. Begitu saya menyebut herpes pasti yang terlintas adalah penyakit kelamin kan? Yah, ada benarnya juga. Salah satu penyakit yang menyerang kelamin itu namanya memang herpes juga. Yaitu herpes genital. Tapi virus yang menyerang herpes genital ini
beda dengan virus yang mengakibatkan dompo atau cacar ular atau whatever you named it. Herpes genital disebabkan oleh Virus Herpes Simplex, sedangkan Dompu disebabkan oleh Virus Varicella Zoster. Virus yang sama yang menyebabkan cacar air. For your information saja, kalau virus varicella zoster ini saat kita sembuh dari sakit cacar air tidak benar-benar hilang dari tubuh kita. Hanya tidur. Nanti saat daya tahan tubuh terganggu, dia bisa saja bangun lagi dalam bentuk sakit dompo atau herpes.
Virus? Jadi menular ya? Iya
menular, tapi menularnya tidak seheboh penularan pada cacar air yang sangat cepat. Dompo hanya bisa menular apabila kita terpapar dengan daerah yang terserang dan biasanya dompo muncul di tempat-tempat tertutup seperti punggung sehingga dapat meminimalisir penularan. Penularan itu pun ada masanya. Sekitar hari pertama sampai hari ke 3 dompo menyebar
berbentuk bintik atau benjolan kemerahan dan biasanya menyebar ke satu sisi tubuh saja. Kemudian bintik-bintik merah itu
berubah jadi bintil-bintil berisi air yang gampang pecah mirip dengan cacar
air sekitar hari ke-4 s/ 6. Setelah itu, bintil-bintil itu akan mengering menjadi bekas-bekas seperti bekas luka di hari ke-7 dst . Nah, tahap menular itu adalah saat bintik-bintik merah itu berubah jadi bintil-bintil berisi cairan yang rentan pecah. Jangan pernah menggaruk daerah yang terkena dompo sedikit pun karena hanya akan membuat area yang terkena semakin luas.
Jadi dompo hanya seminggu? Ya, seminggu itu minimal jika kita minum antivirus
yang meminimalisir perkembangan virusnya dan mempersingkat waktu kesembuhan. Tapi kalau dompo dibiarkan saja tanpa diobati dengan
alasan tidak mau minum obat karena anti zat kimia ya dompo bisa menyerang sangat lama. Dan jangan pernah meremehkan Neuralgin yang
diresepkan oleh dokter karena ada waktunya rasa sakit di daerah yang terkena dompu sangat luar biasa hingga tidak bisa tidur. Neuralgin sangat menolong jika sakit itu datang.
Oleh dokter kulit, selain antivirus dan neuralgin, saya juga diberi
vitamin b-complex. Pemberian vitamin ini sepertinya dengan tujuan meningkatkan nafsu makan saya sehingga daya
tahan tubuh saya juga meningkat karena penyebab dompo ini biasanya karena kelelahan dan daya tahan tubuh yang menurun sehingga virus mudah menyerang. Sebagai obat topical/oles dokter
memberi saya salep hydrocortisone, lumayan membantu untuk mengobati peradangan di kulit. Saya juga tidak lupa untuk menanyakan pantangan penyakit ini
kepada dokter dan dokter yang nyentrik ini menyuruh saya untuk menghindari
terasi. Katanya, karena terasi mungkin dibuat dari ikan-ikan
atau udang busuk yang malah nanti bisa memicu gatal lebih parah. Saya juga dimintanya untuk memperbanyak makan buah karena baik untuk regenerasi kulit agar lukanya tidak meninggalkan bekas.
Setelah ke dokter, seminggu kemudian saya bebas dari dompo. Namun masih ada sedikit bekas di punggung yang sempat saya garuk dan saya oleskan macam-macam. Tapi nanti pasti hilang. Buat saya, yang terberat dari dompo itu adalah menahan rasa gatal
untuk menggaruk. Kalau rasa sakit
bisa dibantu dengan obat penghilang sakit, tapi gatal?? Menghadapinya, kalau saya menganggap itu
sebagai ujian kesabaran saja, namanya juga cobaan. Mudah-mudahan dengan sabar, sakitnya bisa menjadi penggugur dosa. Aamiin...Kalau tidak bisa sabar, coba kompres dengan air dingin. Cukup membantu.