Hari kedua, temanya adalah “Something you feel strongly about.” Mengintip
sebuah blog yaitu blog ini, katanya, tema
ini kalau diartikan secara harfiah
artinya sesuatu dimana kita concern
terhadapnya atau punya perasaan yang kuat dan kita punya opini bahkan gerakan
terhadap sesuatu itu. E, gimana maksudnya? #gagalfokus
Terus terang tema ini agak sulit karena
em..saya concern terhadap banyak hal.
Maklum anaknya perhatian banget. I'm
concerned about people who always throw garbage on the road, saya tertarik akan
kasus-kasus misterius yang sulit dipecahkan (saya silent readernya blog enigma, btw), saya memiliki perasaan yang
kuat dan mendalam mengenai kasus-kasus pelecehan dan perkosaan, saya selalu bersemangat
mengikuti berita kriminal yang menimbulkan tanda tanya besar, saya menaruh
minat akan banyak hal.
Nah, untuk postingan hari kedua di writing challenge ini, saya mau
bahas yang ringan-ringan saja, kebetulan gambar ini lagi sering berseliweran di otak
saya.
sumber gambar di sini
Gambar itu membuat saya menyadari kalau
memang kita mudah menunjuk. Kita yakin sekali kalau ada orang lain yang
memikirkan bumi ini sehingga kita tidak perlu ikut peduli. Contoh kecil tentang
membuang sampah sembarangan. Saya sendiri tidak tahu sejak kapan saya merasa
terganggu dengan pemandangan orang yang membuang sampah dengan santainya dari
jendela mobil, di jalan raya,di dalam kereta, di dalam bus, bahkan di sebelah
kotak sampah. Iya, di sebelah kotak sampah.
Oh iya, cerita sedikit. Beberapa minggu
yang lalu saat sedang diundang untuk ikut mempromosikan pariwisata Pulau
Pahawang (kamu bisa baca soal Pulau Pahawang di sini) dalam kegiatan jelajah
pulau, saya agak miris. Saat itu pembawa acara wanti-wanti mengingatkan peserta
untuk tidak membuang sampah sembarangan, terutama di sekitar pulau. Namun,
beberapa menit setelah acara ditutup dan semua peserta beranjak menuju kapal untuk
kembali ke tempat awal, sampah gelas air mineral dan bungkus makanan bertaburan
di bawah kursi peserta. Mungkin kalau ditanya, jawabannya adalah, nanti kan ada
petugas kebersihan. Iya benar, sampah-sampah itu mungkin akan sampai di tempat
pembuangannya dengan selamat sentausa, tapi, yang saya khawatirkan di sini
bukan sampahnya, Mas, Mbak. Ini soal tanggung jawab manusia yang katanya diutus
ke dunia sebagai rahmat bagi semesta. #tsah
Saya tidak sedang bicara tentang
penyelamatan bumi, saya tidak sedang bicara tentang efek yang ditimbulkan saat
sampah itu bertumpuk di jalan, di sungai, di saluran air, bahkan di perut
hewan. Saya hanya bicara tentang kebiasaan yang sudah seharusnya hilang.
Mulai dari hal kecil ini, mulai dari diri sendiri. Kotak sampah tidak pernah
sejauh hubungan dengan mantan. Simpan sebentar sampahnya di dalam tas atau
saku, jalan sedikit, sudah bisa bertemu dengan kotak sampah. Sekali, dua kali,
tiga kali, lama-lama nurani akan beradaptasi. Dia akan menimbulkan perasaan
ditimpuki saat melihat sampah yang dibuang ke kali, dia akan merasa ditampar
saat melihat sampah dilempar, saat itu terjadi, yakinlah apa yang dikatakan
Rudi. *kibas rambut*
People
will not change their habbits until they're forced to change. Jadi dipaksa saja.
Bukan saya yang memaksa, bukan juga orang lain, tapi diri sendiri. Konon,
memaksa diri sendiri itu adalah hal yang sulit karena kita tidak memberi punishment untuk diri sendiri. Kita
senangnya memberi reward. Sukses diet
sehari, besok rewardnya makan
sepuasnya. Sukses tidak belanja baju sebulan, rewardnya belanja sepatu sebulan, gitu terus sampai Trump jadi
Presiden AS. Eh, udah ya?
Jadi, gitu deh hari kedua. Masih sok serius
juga. Selamat memaksa diri sendiri :)