Rabu, 31 Oktober 2018

Tentang Toxic Friends

gambar dari sini
...you need to choose your social circle carefully, because letting toxic friends into your life can change your life for the worse.


Mengutip kalimat di atas dari sebuah artikel di website doctornerdlove dan saya angguk-angguk kepala. Kutipan kalimat itu juga yang akhirnya membuat saya kembali ke blog ini untuk sedikit curcol tentang sebuah hal yang membuat saya memutuskan untuk resign dari sebuah hubungan pertemanan yang tidak sehat lagi. Btw, ini pertama kalinya saya memutuskan untuk keluar dari sebuah hubungan pertemanan karena biasanya saya selalu sangat selektif dalam memilih inner circle. Ini bukan gaya-gayaan pilih-pilih teman, tapi dari dulu saya percaya bahwa hal-hal positif, pemikiran-pemikiran positif, tingkah laku positif, hanya bisa dibangun saat kita menjaga untuk selalu terus berada di dekat orang-orang yang positif juga. Jadi jangankan mau ngetik comment negatif, baca
comment negatif aja suka sedih akutu. Timeline saya di semua socmed selalu bikin hati senang dan ketawa, Alhamdulillah. Bahkan instagram yang katanya isinya penuh kejulidan, di halaman explore saya kebanyakan isinya DIY atau tutorial ngecat kuku. Yang julid-julid jarang lewat kecuali kalau saya tiba-tiba lagi pengen stalking lambe turah yang gak pernah saya follow itu. Kenapa stalking lambe turah? Karena hidup butuh keseimbangan #halasankamuh. Iya, buat tahu gosip artis jadi nggak bengong-bengong amat saat ada cerita Bunda Maia udah nikah lagi sama mantan pacarnya Desy Ratnasari. Tapi tetep bengong saat ada yang cerita soal Kris Hatta karena DIA SIAPA HOOOI? Soalnya saya stalkingnya gak sampe bawah-bawah, nih.

Sadarnya seseorang (iya, saya maksudnya) mengenai toxicnya sebuah hubungan itu macam-macam caranya. Ada yang harus kejedot tembok dulu. Ada yang harus patah hati berkali-kali dulu. Ada yang harus kehilangan dulu. Tapi bagaimana pun caranya, kotor sadar itu baik. Mirip leptop yang selesai diinstal ulang, kesadaran membawa saya untuk bisa melihat dengan lebih jelas siapa yang selama ini saya pertahankan. Bisa berpikir dengan lebih baik kalau ucapan beberapa orang untuk tidak terlalu dekat dengannya itu benar. Selama ini saya abaikan karena banyak pembenaran. Pembenaran seperti :

"Yang penting dia nggak gitu ke gw" 
"Mungkin orang-orang yang salah menilai dia"  
"Mungkin ada alasan kenapa dia begitu." 
"Mungkin kalau gw di posisi dia, gw juga bakal begitu" 
Mungkin begini, mungkin begitu. Apa ini. Apa itu.
Intinya ngono. Sebuah hubungan tidak sehat karena terlibat dengan toxic friends itu sebenarnya mudah untuk dihindari atau dilepaskan but most people lack the courage to let go karena segala pembenaran, ingin menjaga perasaan, atau sulit melepaskan kenangan. Si saya mah, ngebuang nota belanjaan aja sayang apalagi ngebuang kenangan #ahelah. Terus dari mana kamu tahu kalau dia adalah toxic friends? Sebenarnya kalau mau jujur, kamu pasti tahu, kok. Tahu dari awal. Untuk meyakinkan saya malah sampai baca artikel dari huffpost tentang 23 Warning Signs of a Toxic Friends. Saya kutip beberapa deh yang pas di kantong, eh di hati....

"You can never win an argument with a negative person they only hear what suits them and listen only to respond." -- Michael P. Watson.

Jadi, beradu argumen dengan toxic friends itu percuma. Menghabiskan energi, menghabiskan waktu. Begitu pun ngobrol dengan mereka. Mereka hanya mau mendengar yang mereka mau dengar saja. Atau yg "suits them" saja. Kalau mereka terlihat menyimak kamu dan cerita-cerita recehmu itu, itu hanya supaya mereka bisa merespon dengan baik. Bukan untuk berempati. They lack empathy. They don't feel your pain. Ndak usah berharap empati mereka maylav~~~ (udah mirip admin mojok belum?)


They take advantage of your generosity and give nothing in return. They can stay at your house for months or years without chipping in for groceries, or even offering a thank-you.

Oh, yes. This! Tapi tak elok membahasnya panjang-panjang, kan.


"They offer help when it's convenient to them not to you. They only care about themselves and don't consider you. They'd probably refuse you into their boat if your's was sinking"

Jadi, saat toxic friends ini menawarkan bantuan, kamu jangan terlalu yakin akan ketulusan hatinya karena bisa jadi...bisa jadi yaa, ini ada hubungannya dengan keuntungan yang akan dia peroleh dengan menolong kamu. Sebagai contoh, saat dia menjadi orang yang berjasa untuk minta izin ke atasan kalian supaya bisa pergi jalan-jalan, jangan keburu terharu dulu, tsay. Coba diingat lagi, who's pay the bill? Atau lagi kalau tiba-tiba dia menawarkan bantuan tiba2, coba dilihat lagi. Yang ditawarkan bantuan itu siapa? Orang yang punya kuasa atau rakyat jelata hahaha. Cuma contoh lho, ya...Jadi kalau tidak ada hubungannya dengan keuntungan dia, pertolongan itu tidak akan datang.

Nah, kurang lebih begitulah. Kata-kata penutupnya begini,

Now is the time to honor your authentic values and break loose.