Jumat, 29 Agustus 2014

Eksotisme Wisata Alam Bandung Selatan

Juara 3 Lomba Menulis Klikhotel.com 

Sekilas Tentang Wisata Jawa Barat
Berwisata di Jawa Barat mungkin sudah sangat familiar bagi kita. Kita tentu mengenal wisata kuliner dan wisata belanjanya. Siapa yang tidak kenal brownis Amanda dan pisang bolen Kartika Sari? Siapa yang tidak pernah dengar sentra sepatu Cibaduyut dan sentra jeans Cihampelas? Kegemaran masyarakat akan hidangan Sunda yang kaya akan lalapan dan sambal,menjadikan bisnis rumah makan Sunda di provinsi selain Jawa Barat juga ikut mengalami kemajuan.

Industri kreatif yang berbasis kepada nilai-nilai lokal kebudayaan pun berkembang pesat di sini. Dodol Garut yang tadinya hanyalah oleh-oleh manis biasa dari Garut kini berkembang menjadi sebuah merek dagang yang terkenal dengan nama ‚“Chocodot“ yaitu dodol garut berbalut coklat. Cita rasa lokal bergabung dengan coklat menjadikannya oleh-oleh yang naik kelas dan bisa diterima seluruh lapisan masyarakat. Lalu masih ingat dengan keripik dengan level pedas yang berbeda-beda dengan merek Ma’icih yang sangat terkenal? Hadirnya Ma’icih, menghilangkan kebosanan orang akan keripik pedas dan malah membuat orang berlomba-lomba membelinya, menantang dirinya untuk mencoba level pedas yang semakin tinggi.

Penduduk Jawa Barat yang masih memegang teguh nilai budaya membuat Jawa Barat menjadi Provinsi yang maju tanpa meninggalkan akar budayanya. Modern tapi klasik, maju tapi tetap santun. Saya rasa, hal-hal tersebut yang mendorong Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu destinasi favorit untuk liburan keluarga. Tidak hanya memikat wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun terpikat akan keindahan dan keunikan provinsi yang beribukota di Bandung ini.

Terlalu luasnya cakupan wisata di Jawa Barat membuatnya tidak akan habis untuk dibahas. Setiap saat ada saja hal baru yang berhasil diciptakan di sana yang kemudian membuat orang berduyun-duyun untuk mendatanginya. Tapi saya akan mengulas tentang wisata yang dicintai semua orang yaitu wisata alam Jawa Barat. Ya, Provinsi Jawa Barat memang memiliki hampir semua potensi wisata alam yang luar biasa lengkapnya mulai dari laut, pegunungan, kawah, dan danau. Semua orang berlomba-lomba mengunjungi Pantai Parangtritis, Green Canyonnya Indonesia di Ciamis, hamparan kebun teh di Lembang, Gunung Tangkuban Perahu, Kawah Putih, Situ Patengan dan masih banyak lagi.

Salah satu tempat wisata alam yang banyak menarik perhatian di Jawa Barat adalah sebuah danau dan sebuah kawah yang berada dalam satu kawasan. Danau ini terletak di sebuah Desa bernama Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Situ Patengan namanya. Sedangkan kawah yang cukup terkenal hingga dijadikan lokasi syuting sebuah film cinta adalah Kawah Putih

Menuju Situ Patengan dan Kawah Putih
Untuk mencapai ke Situ Patengan dan Kawah Putih, apabila berkendaraan umum, anda dapat berangkat dari Terminal Leuwi Panjang kemudian melanjutkan dengan elf (bis kecil) yang menuju Terminal Ciwidey. Dari Terminal Ciwidey perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkot kuning cerah jurusan Ciwidey-Situ Patengan. Anda dapat langsung turun di pintu gerbang kawah selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkutan yang disiapkan oleh pengelola objek wisata yaitu mobil shuttle.

Apabila menggunakan kendaraan pribadi banyak jalur alternatif yang ditempuh antara lain lewat Kopo, Mohammad Toha, Buah Batu, atau Cimahi. Saya menganjurkan untuk lewat Cimahi karena biasanya tidak macet. Selanjutnya tinggal mengikuti papan penunjuk jalan yang selalu ada sampai kawasan wisata. Perjalanan menuju Situ Patengan dan Kawah Putih dari Kota Bandung memang lumayan lama, hampir dua jam, tapi kita tidak akan merasa bosan karena di sepanjang jalan mata kita disuguhi pemandangan hijau berupa pohon-pohon besar, kebun strawberry, areal perkebunan teh Ranca Bali yang sangat luas, dan kawasan hutan pinus cagar alam Patengan yang menyejukkan. Lokasi Situ Patengan dan Kawah Putih tidak terlalu berjauhan hanya sekitar beberapa menit saja.

Situ Patengan
Untuk masuk ke objek wisata Situ Patengan, anda akan dikenai biaya 6.000 rupiah per orang. Bila membawa mobil dikenai biaya tambahan sekitar 10.000 rupiah untuk biaya parkir. Begitu memasuki kawasan Situ Patengan, anada akan melihat banyak danau-danau kecil lain selain danau utama yang sangat luas. Danau-danau itu biasa dimanfaatkan oleh warga untuk mencari ikan. Total keseluruhan danau ini sangat luas yaitu sekitar 45 Ha dengan kedalaman danau sekitar 3-4 meter. Dengan kedalaman itu , banyak ikan air tawar yang hidup di dalamnya seperti mujair, nila,mas,nilem,dan lele.

Air di Situ Patengan ini sangat tenang. Nyaris tidak ada riak. Duduk di pinggir danau dan memandang  kemanapun, yang terlihat hanya danau yang luas dan pohon besar dimana-mana. Wajar saja karena luas total kawasan Situ Patengan ini 150 Ha. Jadi memang sangat luas. Danau yang luas itu dapat kita kelilingi dengan menyewa perahu dayung, perahu motor, atau bebek-bebekan. Biaya sewa perahu dayung sekitar 40.000 rupiah/orang, sewa perahu motor sekitar 200.000 rupiah/kapal, sedangkan bebek-bebekan sekitar 15.000 rupiah/orang.Biaya sewa bebek-bebekan memang lebih murah karena menggunakan tenaga kita sendiri untuk mengayuh.

Situ Patengan
Mitos dan Sejarah Situ Patengan
Mitos ataupun sejarah dari objek wisata Situ Patengan sangat penting untuk diceritakan kembali karena hal ini telah berkembang di masyarakat  dan merupakan salah satu faktor daya tarik yang sangat kuat dalam memikat pengunjung.

Alkisah di zaman dahulu hiduplah sepasang kekasih bernama Ki Santang (Raden Indrajaya) dan Dewi Rengganis. Ki Santang merupakan keponakan Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) dan Dewi Rengganis adalah putri dari Kerajaan Majapahit. Perang Bubat yang melibatkan Kerajaan Pajajaran dan Majapahit memisahkan kedua sejoli tersebut dan membuat mereka melalui kisah cinta yang berliku-liku, penuh rintangan, kepedihan,dan memilukan hati.Namun karena rasa cinta yang sangat dalam, mereka saling mencari. 

Saling mencari atau yang dalam Bahasa Sunda adalah "pateang-teangan"inilah yang menjadi asal mula nama Situ Patengan (dikenal juga sebagai Situ Patenggang ). Setelah saling mencari, kedua sejoli ini akhirnya dipertemukan kembali di sebuah tempat yang kini bernama Batu Cinta.Rindu dan cinta yang begitu mendalam, membuat mereka tak bisa menahan deraian air mata saat berjumpa kembali, bahkan air di Situ Patengan ini dipercaya berasal dari air mata mereka ketika mereka menangis saat berjumpa kembali.

Setelah berjumpa kembali, Dewi Rengganis meminta  dibuatkan kapal kepada Ki Santang untuk berlayar bersama. Kapal inilah yang kemudian menjadi pulau berbentuk hati yang kini bernama Pulau Sasaka atau lebih dikenal sebagai Pulau Asmara. Mitos yang dipercaya masyarakat adalah apabila ada pasangan yang berkunjung ke Situ Patenggang ini kemudian mengelilingi Pulau Asmara dan singgah di Batu Cinta maka kisah cinta mereka akan langgeng seperti Ki Santang dan Dewi Rengganis yang kisah cintanya abadi hingga kini.

Sejarahnya sendiri, kawasan Situ Patengan ini sebelumnya adalah cagar alam, baru pada tahun 1981 dibuka menjadi kawasan taman wisata hingga akhirnya bisa kita nikmati sampai sekarang

Batu Cinta dan Pulau Asmara
Dalam mitos Situ Patengan, disana ada kisah tentang Batu Cinta dan Pulau Asmara. Uniknya Pulau Asmara ini berbentuk seperti hati yang hanya bisa terlihat jelas apabila kita memandangnya dari atas tentunya. Pulau Asmara ini terletak di tengah danau, sehingga bila kita mau kesana kita harus menyewa perahu dayung atau perahu motor. Biasanya kita akan dibawa mengelilingi pulau tersebut oleh supir perahu. Kemudian perahu akan bersandar sejenak di Pulau Asmara sehingga kita bisa mengelilingi pulau untuk berfoto-foto. Kita juga akan dibawa singgah ke Batu Cinta. Di Batu Cinta kita bisa melihat banyak para pasangan muda yang datang karena tertarik dengan mitos yang berkembang di masyarakat. Tetapi sayang, kondisi batu cinta penuh dengan coretan-coretan. Kesadaran masyarakat masih sangat kurang untuk bisa menjaga kebersihan objek wisata.


Pulau Asmara dari kejauhan


Fasilitas Lain di Situ Patengan
Untuk yang ingin bermalam, di objek wisata Situ Patengan ini juga terdapat bungalow. Kondisi bungalownya tampak  bagus, terawat, dan kelihatan bersih. Seperti layaknya objek wisata lainnya, namun di sekitar kawasan Situ Patengan juga banyak terdapat pilihan hotel untuk bermalam. Pilihan lengkap hotelnya bisa dilihat di klikhotel. Di Situ Patengan juga banyak tersedia tempat makan yang berderet di sekitar area parkir dan di pasar. Iya, di sini juga terdapat pasar. Pasar kecil berisi kios-kios yang menjual berbagai souvenir ataupun buah-buahan segar dan makanan untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Fasilitas Bungalow di Situ Patengan
Kawah Putih
Kawah Putih merupakan objek wisata yang berada  pada ketinggian sekitar 2.400 meter di atas permukaan laut, sehingga udara di sini begitu sejuk dengan suhu antara 8 - 22 derajat Celcius. Kawah Putih merupakan sebuah kawah yang terbentuk dari letusan Gunung Patuha pada abad ke-10 silam. Kawah hasil letusan Gunung Patuha tersebut akhirnya terisi dengan air hujan dan bereaksi dengan kandungan belerang yang ada di kawah tersebut sehingga menjadi seperti sekarang Gunung Patuha sendiri konon berasal dari nama Pak Tua atau Patua. Bahkan masyarakat setempat menyebutnya sebagai Gunung Sepuh yang berarti gunung tertua di Jawa Barat. Sejak ratusan tahun lalu, Gunung Patuha dianggap angker oleh warga sekitar..
Untuk memasuki Kawah Putih, pengunjung harus membayar tiket masuk  sebesar Rp 15 ribu per orang untuk wisatawan lokal dan Rp 30 ribu untuk turis asing. Untuk parkir kendaraan pribadi memang cukup mahal disini. Sebenarnya disediakan tempat parkir yang murah di kawasan wisata ini, yaitu di dekat pintu masuk, namun jaraknya masih jauh sekitar 5-6 kilometer dari lokasi kawah. Bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum, hanya bisa berhenti di depan pintu masuk dan dilanjutkan dengan naik mobil khusus yang disediakan disana dengan ongkos Rp 10 ribu per orang sampai di lokasi kawah.
Pemandangan di sini sangat indah sehingga sayang sekali kalau mengunjungi objek wisata ini tanpa mengabadikannya dengan kamera atau video. Pesona berupa hamparan pemandangan kawah gunung yang membentuk sebuah danau dengan air yang warnanya sering berubah. Kadang airnya berwarna putih, kadang sedikit kehijauan, bahkan coklat muda. Hal ini terjadi karena adanya perpaduan dari tanah kapur dan belerang pada suhu udara dan cuaca tertentu.
Sekeliling kawah dikelilingi oleh pepohonan dan tebing kapur yang kokoh dan tinggi menciptakan kesan tertutup dan misterius bagi Kawah Putih tersebut. Belum lagi apabila kabut turun dari atas tebing menuju kawah, maka itu akan menjadi pemandangan yang luar biasa indahnya seolah-seolah kita berada di negeri yang lain.
Karena keindahannya tersebut, Kawah Putih sering dijadikan tempat untuk melakukan pra-wedding, syuting film, syuting video klip, dan perayaan momen-momen romantis lainnya.
Kekayaan flora dan fauna juga menjadi salah satu daya tarik dari objek wisata Kawah Putih ini. Menurut penduduk sekitar, jika beruntung sambil berjalan-jalan pengunjung bisa melihat aneka jenis flora langka, seperti bunga edelweis, tanaman cantiqi yang harum, tanaman lemo yang berkhasiat dapat mengusir binatang berbisa, dan vaccinium sebagai vegetasi tanaman khas kawah. Berbagai jenis fauna yang sering terlihat oleh pengunjung dan penduduk sekitar seperti elang, monyet, kancil, babi hutan, macan kumbang, dan macan tutul. Namun tentunya, hewan buas seperti macan kumbang dan macan tutul kemungkinan berada di Gunung Patuha.
Kawah Putih dan pemandangannya yang eksotis

Mitos Kawah Putih
Sebuah objek wisata alam, memang tidak bisa terlepas dari mitos atau kepercayaan masyarakat setempat secara turun-temurun. Namun, sisi positif yang dapat diambil dari beredarnya mitos tentang sebuah objek wisata adalah semakin besarnya daya tarik objek wisata tersebut terhadap masyarakat. Begitu juga dengan Kawah Putih. Dahulu, ada mitos yang mengatakan jika ada yang mendekat ke puncak Gunung Patuha, manusia maupun hewan, maka akan mati.
Masyarakat sekitar percaya bahwa puncak itu adalah daerah kediaman para jin. Dengan kata lain, angker. Bahkan burung pun tidak ada yang berani lewat di atas puncak Gunung Patuha. Mitos tersebut cukup lama berkembang di masyarakat hingga akhirnya pada tahun 1837 ada seorang peneliti botanis kelahiran Jerman bernama Dr. Franz Wilhelm Junghuhn melakukan ekspedisi ilmiah ke Gunung Patuha.
Gunung Patuha yang saat itu masih berupa hutan belantara, ditembusnya. Saat melakukan perjalanan, ia menemukan sebuah danau kawah yang indah. Dari dalam danau keluar semburan aliran lava belerang beserta gas dan baunya menusuk hidung. Akhirnya diketahui bahwa di lokasi tersebut terdapat kandungan belerang yang sangat tinggi yang menyebabkan burung tidak mau terbang melintas di atas Kawah Putih.
 Meski mitos tersebut telah terbukti salah, namun masyarakat masih mempercayai bahwa di salah satu puncak  Gunung Patuha yakni Puncak Kapuk, konon merupakan tempat pertemuan para leluhur yang dipimpin oleh Eyang Jaga Satru. Konon, di tempat ini terkadang secara gaib terlihat sekumpulan domba berbulu putih yang oleh masyarakat disebut domba lukutan.
Untuk melengkapi mitos dan cerita angker Gunung Patuha, di sekitar kawasan Kawah Putih terdapat beberapa makam leluhur, antara lain makam Eyang Jaga Satru, Eyang Rongga Sadena, Eyang Camat, Eyang Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Bas, dan Eyang Jambrong.

Tambang Belerang Yang Telah Tertutup
Ada satu hal lagi yang menarik di Kawah Putih, yaitu adanya bekas tambang yang telah tertutup dengan tulisan “Jangan terlalu lama berada di depan goa”. Bekas tambang itu memiliki sejarah sendiri. Setelah ditemukan adanya kandungan belerang yang cukup tinggi di Kawah Putih, pemerintahan Belanda membangun pabrik belerang dengan nama Zwavel Ontgining. Kemudian pada zaman Jepang, usaha tersebut dilanjutkan dengan nama Kawah Putih Kenzanka Gokoya Ciwidey yang dikendalikan langsung oleh pemerintah militer Jepang. Tulisan bernada peringatan di mulut goa bekas tambang yang telah tertutup itu dibuat untuk menghindari pengunjung dari menghisap belerang terlalu lama karena akan berbahaya bagi kesehatannya.

Warna-Warni Indonesia
Merayakan warna-warni keindahan Indonesia tidak akan pernah selesai. Setiap saat muncul destinasi wisata baru, muncul keunikan baru dari suatu daerah, muncul keragaman yang baru diketahui masyarakat luas. Hal ini kemudian menjadi sebuah trend dan keharusan untuk mengunjungi keindahan-keindahan alam dan melihat kekayaan budaya tersebut.
Gencarnya kampanye untuk menggiatkan potensi wisata dalam negeri tahun-tahun belakangan ini tampaknya mulai menuai hasil. Dahulu berlibur ke luar negeri dianggap sebagai sebuah trend bagi masyarakat kelas atas, namun sekarang promosi yang gencar dari dalam negeri untuk menjadi turis di dalam negeri sendiri mulai menjadi trend baru di masyarakat karena memang itu seharusnya yang terjadi, karena Indonesia punya semua warna-warni keragaman budaya dan wisata yang tidak kalah hebat, tidak kalah indah, tidak kalah menarik dengan wisata ke luar negeri.Semoga ke depannya, kesadaran masyarakat untuk mencintai keragaman bangsa sendiri ini akan terus mengalami kemajuan dari masa ke masa.

Bagi yang tertarik untuk berwisata ke Jawa Barat, klikhotel adalah salah satu pilihan yang paling tepat. Selain karena pilihan hotel yang cukup banyak (lebih dari 400 hotel di Jawa Barat bisa anda pilih melalui klikhotel), diskon yang diberikan lewat pemesanan melalui klikhotel juga cukup besar. Selain untuk pemesanan hotel secara online, saya rutin mengunjungi blog klikhotel untuk mengetahui tentang tips berwisata ke suatu daerah. Mulai dari tempat wisata kuliner yang enak sampai tempat nongkrong favorit di daerah tersebut. Konfirmasi pemesanan melalui klikhotel juga saya akui sangat cepat dan ramah bila dibandingkan situs-situs pemesanan akomodasi perjalanan lainnya. Satu lagi yang membuat saya selalu puas akan pelayanan klikhotel adalah infonya yang lengkap mengenai pelayanan yang akan kita peroleh di suatu hotel dan info itu tertuang dalam bentuk visual yang indah untuk memudahkan kita menentukan pilihan. Selalu menyenangkan mengunjungi klikhotel dan merencanakan perjalanan bersamanya.


1 komentar: