Minggu, 18 Juli 2021

Sindrom Ratu Lebah

 

Sumber gambar: https://bit.ly/3hJHQ4M


Saya pernah membaca entah di mana, lupa, katanya kalau cara terbaik untuk mengetahui keburukan seorang perempuan adalah dengan cara memuji-perempuan itu habis-habisan di depan teman dekatnya. Awalnya saya tidak mengerti dengan kalimat tersebut sampai suatu hari...

"Hei, Mbak X itu baik banget ya. Cantik lagi. Melihatnya bikin adem. Apalagi kalau dia tertawa."
Kata saya memuji Mbak X di depan teman dekatnya Mbak X yaitu Mbak Y.
"Iya, dia memang baik." kata Mbak Y singkat.
"Dekat dengan dia juga pasti menyenangkan, ya. Dia juga terlihat keibuan," lanjut saya.
"Iya," katanya lagi.
"Mbak Y kan dekat ya? (dengan Mbak X) Dia pernah marah tidak sih, kelihatan sabar sekali soalnya," tanya saya lagi.
"Dia memang baik sih, tapiiii.." putusnya untuk membuat saya penasaran mungkin.
"Tapi apa, Mbak?"
"Tapi dia itu ya...bla..bla..bla.." 

Lalu meluncur keluarlah segala hal-hal negatif tentang Mbak X. Yang saya seharusnya tidak perlu tahu. Yang bagi saya juga tidak menutupi kebaikan hatinya Mbak X. Tapi karena itu saya jadi mengerti makna kalimat pembuka di atas bahwa terkadang begitulah dunia perempuan, perasaan iri, tidak terima, tidak mau kalah, perundungan, prasangka, komentar buruk, justru lebih banyak datang dari kaumnya sendiri. Alih-alih saling menguatkan, perilaku perundungan antar-perempuan telah menjadi fenomena jamak

Ternyata, hal seperti itu, ada dalam ilmu psikologi. Namanya Sindrom Ratu Lebah. Dikutip dari Tirto, Sindrom Ratu Lebah pertama kali diperkenalkan oleh psikolog di University of Michigan pada tahun 1973. Joyce F Benenson, seorang psikolog di Emmanuel College di Amerika menyimpulkan bahwa sindrom ini terbentuk akibat evolusi. Perempuan cenderung selektif dan tidak terbiasa membentuk kelompok dalam jumlah besar seperti laki-laki. Hal itu karena mereka terbiasa berkompetisi ketat untuk menarik lawan jenis dan mendapatkan makanan demi anak-anak mereka. Tindakan itu mereka lakukan untuk membela diri. Dengan menjatuhkan perempuan lain, kekurangan sang Ratu Lebah seolah tertutup karena perempuan lain juga terlihat memiliki celah. Seringnya, perempuan akan menekan sesama ketika merasa cemas dan defensif

Dalam kasus saya, Mbak Y seperti banyak perempuan lainnya tidak terima jika saya terlalu memuji Mbak X. Apakah dia sedang merasa cemas dan defensif, saya tidak tahu. Jadi, di dunia perempuan ini, sepertinya sulit sekali mendapatkan dukungan dari sesamanya. Benar saja tidak cukup untuk luput dari cemoohan dan nyinyiran apalagi salah. 

Tapi untungnya, inner circle saya diisi oleh orang-orang yang sangat positif. Tentu tidak semua, ada beberapa juga yang jiwa ghibah dan nyinyirnya sulit diredam. Tapi yang begitu sangat mudah diabaikan dengan hanya didengarkan ceritanya tanpa diberi tanggapan berarti. Beberapa kali sering terpancing untuk ikut-ikutan menanggapi tapi hanya untuk beberapa hal tertentu yang benar-benar menyangkut diri saya karena masih banyak hal lain yang harus diberi perhatian. 

Bicara soal inner circle, saya lumayan selektif sekarang. Tidak hanya mencari kecocokan tapi juga mencari yang benar-benar bisa membawa hal-hal positif. Teman-teman yang sudah menemani dari dahulu tentu tetap berada di tempat terbaiknya. Komunikasi tetap terjalin dengan baik walaupun tidak lagi intens. Teman-teman baru banyak yang datang silih berganti karena komunitas, rutinitas, dan pergaulan yang juga semakin luas. Tapi beberapa menjadi teman baik, yang lain sekadarnya saja. Lingkaran mengecil, bukan karena semakin sok eksklusif tapi lebih karena semakin dewasa, semakin sedikit kecocokan yang bisa kita punya. Terpisah oleh komunikasi yang mulai terbatas, atau berubahnya rutinitas, atau kehidupan lain yang menuntut prioritas. Dan juga karena pada akhirnya, semakin dewasa, banyak hal yang baru disadari, salah satunya adalah tidak membuang-buang waktu untuk dihabiskan dengan orang-orang yang tidak bisa membuat diri ini menjadi lebih baik. 


4 komentar:

  1. Wah aku termasuk nih... Kalo ada orang lagi ngeghibah dan kebetulan aku tau permasalahannnya, aku suka terpancing buat ikutan ngeghibah. Wkwkwk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, karena sesungguhnya kalimat "Eh...eh...tau nggak sih." adalah jalan menuju cerita panjang dan berliku yang menggoda

      Hapus
  2. Wah, suka godain orang juga yes kamu ternyata ewekekekk...

    Kalau aku, pas tahu fakta buruk sesama perempuan apalagi ybs pernah melukai teman sekitar kami, terus ada yang validasi apa kami saling kenal, biasanya aku ngaku hanya kenal nama wqwq. Itu biar nggak perlu pura-pura cerita kesan baik atau cerita fakta buruknya.

    Semoga kamu dikelilingi sirkel pertemanan bergizi. Salam, temanmu di 30HBC hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, nggak godain juga, sih. Lebih tepatnya tahu secara nggak sengaja makna dari kalimat, "Cara terbaik untuk mengetahui keburukan seorang perempuan adalah dengan cara memuji-perempuan itu habis-habisan di depan teman dekatnya.." saat sedang benar-benar tulus memuji sesama perempuan.

      Tapi bener, memang lebih baik pura-pura nggak tahu apa2 biar nggak terpancing apa2 juga. Karena sekali kepancing cerita, biasanya sih langsung nyeseeel banget udah terlalu banyak bicara yakan?

      Btw salam kenal, dan semoga kita semua selalu berada dalam sirkel2 positif yha....

      Hapus