Sabtu, 19 September 2020

Day 1 : Describe Your Personality #30DaysWritingChallenge


Source : https://www.pinterest.com/pin/23995810503305272/


Hai, saya akhirnya memulai lagi 30 Days Writing Challenge karena beberapa hal. Pertama, blog ini sudah terlalu lama sendiri..sudah terlalu lama aku asik sendiri. Lama tak ada yang menemani, rasanya…. (gosah nyanyi!). Kedua, karena di timeline socmed saya, mulai sering muncul beberapa inner circle yang juga ikutan challenge ini (iya, anaknya gampang kabita’an). Ketiga, karena sudah lama saya tidak menulis selain makalah, SK, laporan kegiatan, surat perintah tugas, naskah proklamasi, sumpah Palapa, dan hal-hal nggak asik lainnya. Saya jadi takut kelenturan tangan untuk menulis tulisan-tulisan ringan seperti ini menghilang. Jadi, mari kita mulai hari pertama…

Day 1: Describe Your Personality

Beberapa hari yang lalu, saya memuji seorang sahabat habis-habisan. Tentang kebaikan hati dan ketulusannya. Hal yang saya sadari lama tidak saya temui pada diri sendiri. Saya nyaris lupa rasa hangatnya berhasil membantu seseorang sampai tuntas, menerima ucapan terima kasih karena telah benar-benar bekerja keras mengubah suasana hati atau keadaan orang lain menjadi lebih baik, membuat orang-orang tersayang tersenyum bahagia, dan hal-hal lainnya yang dulu begitu mudah saya lakukan. Dulu saya adalah pencari keseimbangan. Tapi kini, saya nyaris tidak yakin di mana batas keseimbangan itu karena sibuk untuk tidak peduli. Tidak saya sengaja memang, tapi banyak hal yang berubah dan benar-benar menarik saya begitu kuat ke dalam ‘kemasabodoan’. Tidak lagi peduli tentang hal-hal kecil yang bisa menimbulkan kehangatan dalam hati, cuek akan perasaan orang-orang terdekat karena berharap mereka memaklumi, menghindari hal-hal yang membuat lelah tanpa perlu merasa harus meminta maaf untuk hal-hal yang ditimbulkan kemudian.

Kenapa? Saya tidak tahu. Mungkin saya hanya benar-benar lelah menjadi orang yang peduli. Jadi, saat kemarin saya melihat sahabat saya dengan begitu perhatian membantu banyak orang padahal saya tahu dia juga kelelahan, dan tidak dalam kondisi mood yang terlalu baik dan sebenarnya memiliki sejuta alasan untuk meninggalkan situasi tidak menyenangkan itu tapi akhirnya memilih tinggal dan membantu menyelesaikan masalah orang lain satu persatu hingga tuntas, saya rasanya….tertampar. Padahal dia inilah orang yang selalu memuji saya sebagai orang yang baik hati. Pujian sederhana yang sering saya abaikan karena, yaaaah, bisa gak sih memujinya lebih spesifik? HEHE…

Perasaan tertampar itu membawa kembali kenangan tentang kesempatan-kesempatan yang hilang untuk membuat orang lain berada dalam kondisi yang lebih baik, waktu yang seharusnya bisa disisihkan untuk mendengar cerita-cerita ringan dari orang terdekat tentang hari-harinya, sikap tidak menyenangkan yang seharusnya bisa dihindari hanya karena merasa sedikit direpotkan, perasaan cemburu dan tidak terima atas pencapaian orang lain, juga sedikit perhatian yang seharusnya bisa diberikan untuk detail-detail kecil yang disajikan kehidupan. 

Jadi, maaf, untuk semua yang pernah dikecewakan...I learnt.

 

 

 

19 komentar:

  1. ahsyeg mb Anggi apdet lagiiu,
    tp saya pikir tidak segitunya euy, anda itu termasuk org baik yg apa ya. ya baik aja hehe dan toh yg ngenilai kita jg orang lain. smangat ibuuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha...makasi, Mas. Tapi benar deh, kalau Masnya ada di sekitar saya, mungkin bakal melihat ada yang berbeda. Tapi terima kasih, semoga kita bisa jadi orang baik tanpa tapi yaa....

      Hapus
    2. kalo kata mbanggi, "coba ya lebih spesifiknya baiknya itu seperti apa"

      Hapus
    3. Hahaha...iya, coba lebih spesifik juga ya identitasnya. Jangan pake unknown 😆

      Hapus
    4. YaAllah sist lupa ganti id itu, masih pake akun kuliah jadinya unknown. Wkwkwkwkwkw

      Hapus
    5. Yah baru mau GR punya stalker 😆

      Hapus
    6. baiklaaah, nanti suatu saat aku akan ke kantormu untuk menilai dirimu .. halaaah ga usah. biar aja dirimu bagi saya tetep ibu penulis yg lucu dg senyum khasnya itu haha

      Hapus
  2. Gpp, Mbak. Ada kalanya kita abai, yang penting kita segera sadar dan belajar. Yang jelas Mbak Anggi yang aku kenal adalah Mbak Anggi yang baik, yang beda dari orang kebanyakan yang aku kenal, yang menyenangkan, yang bikin pengen kita dekat-dekat terus. I loph you full, Mbak Anggi. Muach.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dooh, kalau udah Kimi yang bilang, aku jadi terharu sekali. Terima kasih, Kim. Love you more...mmuach

      Hapus
  3. aku ikut tertampar ya sist....
    tapi memang ada waktunya kok capek karena baik terus-terus-an. masalahnya, pas udah keenakan istirahat dari menjadi baik itu, kadang rasa masa bodo itu jadi candu...
    eeaaaa
    hahahaha
    sama kayak perasaan ngga mau sendiri, pas udah nemu kenikmatan sendirian, jadi bablas pengen sendiri mulu... #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, yakan. Guilty pleasure jadinya. Enak sih jadi gak repot karena bersikap masa bodo tapi...ada rasa bersalah juga di situ.

      Hapus
  4. Ih, tangi mah selalu yaa bisa mengeksekusi topik to the next level. Sebuah self-reminder yang berlaku untuk semua orang. Kadang kita terlalu fokus sama perasaan kecewa sampai lupa kalau kita pun mnegecewakan orang lain. sebuah win win solution yang sungguh tidak sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya karenaaa, bingung mau nulis apa jadi harus cari-cari topik lain yang relevan alias ngeles dari tema 😆. Huhu, iya benar. Kita sering fokus ke rasa sakit kita sendiri tanpa sadar kita juga menyakiti orang lain. Jadi pengen sungkem2an.

      Hapus
  5. berat ini kontennya..., beraaaat

    BalasHapus
  6. Banyak hal yg berubah setuju tp disatu sisi ada hal yg tidak berubah. Eh tumbuh berubah gak si?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa diartikan seperti ini, saat seseorang berubah, bisa jadi dia dari x menjadi y atau dari x menjadi X. Saat seseorang bertumbuh, dia dari x menjadi X. Jadi saat seseorang bertumbuh, dia pasti berubah. Saat seseorang berubah, belum tentu dia bertumbuh. #imho

      Hapus
  7. Tan, kamu perlu lebih baik hati gimana lagi cobak? Udah sebaik hati itu sampe ga tau mau ngomong apa lagi klo kata para selebgram yg lg endorse mah. Tapi aku ga endorse, aku tulus. Kamu baik banget dan perhatian. Ga tau lah berapa kali aku chat cm buat curhat tp blom tentu aku mampu dengerin klo kamu yg curhat �� intinya, walopun aku tidak tahu apakah ini bisa membuatmu merasa lebih baik, tp aku ingin bilang bahwa kesempatan2 yg kamu sediakan utk dengerin curhatanku itu berartiiiii bgt, makasih udh membuka telinga dan hati utk orang2 kayak aku yg demen bgt curhat ini. Semua itu lbh dari cukup.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa-bisanya balesan macam ini aku lewatkan. Huhu....makasi banget Tan Sis, sebenernya gak gituuu, aku aja sering ngeribetin kamu dengan pertanyaan random ini itu. Curhat panjang2 melintasi zona waktu. Konsul gak tau waktu. Chat tanpa babibu....


      Bagus ya ujungnya "u" semua gitu. #lah 😆 Pokoknya terima kasih juga, Tan. Untuk hati yang sabar, telinga yang lebar, dan jokes tante-tante yang menolak tua. Laaf you...

      Hapus