Sabtu, 21 Januari 2017

Day #21 Writing Challenge "My Curent Mood"

Gambar dari sini

Sekarang saya bahkan mulai semena-mena membuat tema sendiri. 

Hari ini, sulit sekali menghadirkan tulisan ber-tone ceria. Mood saya memang sedang jelek-jeleknya. Mungkin karena PMS atau mungkin juga karena saya sedang gagal mengharmonikan perasaan-perasaan dalam diri saya. Apa yang saya lakukan tidak berhasil selaras dengan apa yang saya inginkan. Kebutuhan diri saya akan keseimbangan terasa tidak serasi dengan hari-hari yang semakin sibuk memenuhi salah satu sisi saja. Lalu saya berpikir, apa yang salah?

Pekerjaan saya beberapa hari ini memang sedang menyita waktu. Point-point yang saya buat sebagai sebuah kewajiban terabaikan. Jika tidak terabaikan pun, kualitasnya tidak baik. Mirip sekolah tapi tidur di kelas. Kewajiban terlaksana, tapi tidak ada kualitasnya. Hanya perasaan kosong dan rasa syukur semu karena paling tidak kewajiban sudah ditunaikan. Mungkin ini penyebabnya. Pekerjaan saya mengambil alih lebih besar dari keseluruhan hari-hari yang saya lalui. Kalau sudah begini, saya biasanya menjadi sok kritis. Asking my self. Apa ini yang saya cari? Bukankah prioritas saya adalah keluarga? Pekerjaan tentulah sebuah kewajiban juga, saya terikat kepadanya, tapi rasanya tidak layak jika keluarga hanya mendapat sisa-sisa energi yang saya punya. 

Selain itu, sumber energi lain yaitu hal-hal yang menyenangkan yang saya lakukan untuk diri saya sendiri juga mulai sering saya tinggalkan. Menulis misalnya. Hal yang dulu selalu saya agung-agungkan sebagai cara untuk menjaga kewarasan. Lalu lagi, kedekatan dengan-Nya kini tidak seintim dulu. Saya mulai jarang meminta dan bercerita banyak. Saya terlalu sibuk berkutat dengan urusan-urusan dunia yang memang tidak akan pernah ada habis-habisnya. Padahal saya punya janji. Janji yang saya ikrarkan bahkan sebelum saya mengenal dunia. Manusia memang pelupa. 







11 komentar:

  1. I know that feeling. Mungkin Mbak perlu recharge batteries dengan ngedate bareng aku dan Lulu. *winkwink*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh yes oh yes! Dengan senang hatiiiiiiii!!!! Let's go!

      Btw, karpos uda sampe mba?

      Hapus
    2. Mari kita wacanakan!! #lah Pengen banget aku sih.

      Weekend ini di rumah eyangnya Zahir, Lu. Jadi belum tengaok-tengok karpos di rumah. Semoga sudaaaaah....

      Hapus
  2. Soal kedekatan dengan-Nya itu.. ya saya merasa ditendang di ulu hati. Smoga Dia masih sabar menghadapi hamba-Nya yg literally hina ini 😔

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mas. Imannya masih naik turun. Dan Dia Maha Sabar, semoga kita masih diberi kesempatan untuk terus perbaiki diri. Aamiin...

      Hapus
  3. Saya suka yg ini, "Selain itu, sumber energi lain yaitu hal-hal yang menyenangkan yang saya lakukan untuk diri saya sendiri juga mulai sering saya tinggalkan. Menulis misalnya."

    Tapi disini nulia bukan karena terpaksa atau ada target yg musti dipenuhi.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tapi kadang saya harus memaksa diri untuk menulis karena seringnya rutinitas lain bikin lupa kalau saya suka menulis hehehe...

      Terima kasih sudah mampir. Salam kenal :))

      Hapus
  4. Semangat tanGiiii!! istirahat dulu nggak papa..... semoga setelah itu moodnya bisa membaik lagi, berkegiatannya jadi berkualitas lagi. aamiin! Mangatseuuu!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaah, makasi Piaaah. Seharian ini sudah istirahat dan membahagiakan diri. Semangat terus, Insya Alloh :)

      Hapus
  5. Tan, apa perasaan tante-tante juga harus sama ya? Semangat, taan... Tiba-tiba jadi ingat satu kutipan tentang memaksa diri, dari entah siapa sumber aslinya...tp kelihatannya di Buku ShaidulKhatir, dia bilang... "aku terus-menerus melatih jiwa berjalan kepada-Nya walau dengan menangis, hingga akhirnya aku berhasil mengajaknya berjalan ke arah-Nya dengan tertawa."

    Semangaaaat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tan, itu kutipannya nyess banget. Pas banget aku mau nulis tentang kutipan. Aku harus bahas ini pokoknya!! Makasi Tan Sis inspirasinya.

      Hapus