Sumber gambar : http://www.funtripstour.com/paket-tour-pulau-pahawang/
Sebagai orang Lampung, pastinya saya bangga saat sekarang
Lampung mulai berbenah di sektor pariwisata. Mungkin akhirnya pemerintah dan
masyarakat Lampung mulai menyadari kalau potensi alam yang dahulu masih
tersimpan rapat seperti mutiara dalam cangkang, kini perlahan diberi perhatian
lebih, baik oleh pemerintah daerah maupun investor.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemekaran wilayah beberapa
kabupaten seperti Kabupaten Pesawaran (Kabupaten Pesawaran merupakan hasil
pemekaran Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007) memberi dampak positif
bagi kemajuan pariwisata Lampung. Dengan adanya pemekaran ini, pemerintah
daerah dapat lebih fokus dalam upayanya untuk mendorong peningkatan pelayanan
dalam bidang pemerintahan, pembangunan sekaligus juga penggalian potensi daerah
yang dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di daerah tersebut. Di
Kabupaten Pesawaran, pariwisata merupakan salah satu potensi sumberdaya yang
mulai dikembangkan menjadi unit perekonomian daerah.
Belakangan ini pariwisata memang menjadi primadona baru
sebagai penggerak perekonomian daerah, salah satu penyebabnya adalah
perkembangan teknologi informasi yang semakin mudah diakses oleh masyarakat. Dulu,
saat kecil, pantai yang saya kenal dan jadi kunjungan wajib di setiap akhir
pekan adalah Pantai Pasir Putih dan Pulau Pasir. Paling jauh mungkin Merak
Belantung. Kemudian mulai terdengar nama Pantai Laguna yang terkenal sampai
mancanegara karena ombak kencangnya dan berhadapan langsung dengan Selat Sunda,
lalu ada Pantai Mutun yang sempat kisruh karena masalah kepemilikan lahan juga
penggelapan tiket masuk, Pantai Duta Wisata dan semakin hari, nama-nama pantai
di Provinsi Lampung semakin bertambah banyak. Hingga saat ini, dengan semakin
derasnya informasi yang mengalir melalui social media, hampir semua tempat
wisata bisa dijelajahi dengan ujung jari. Mulai terdengarlah nama-nama Pulau
Tegal, Pantai KlapaRapet, Pahawang, Pulau Tegal, Tanjung Putus, Teluk Kiluan,
dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak
nama pantai dan pulau yang ada di Provinsi Lampung, ada satu pulau yang saat
ini merajai daftar wisata bahari di Provinsi Lampung yaitu Pulau Pahawang.
Legenda Pulau Pahawang
Penamaan sebuah tempat, tidak lepas dari cerita legenda yang berkembang di
masyarakat. Untuk Pulau Pahawang sendiri, menurut cerita yang beredar di
masyarakat memiliki dua versi cerita. Pertama, nama Pahawang berasal dari nama
seorang keturunan Betawi-Cina yang menetap dan memiliki keturunan di pulau ini.
Keturunannya yang perempuan dipanggil dengan nama Mpok Awang oleh masyarakat
setempat. Panggilan inilah yang kemudian membuat pulau tempat tinggalnya diberi
nama Pahawang. Di puncak bukit di tengah pulau ini ada sebuah makam yang
dikeramatkan oleh penduduk, makam ini dipercaya adalah makam Mpok Awang. Yang
menarik, karena sangat menghormati makam yang dianggap sebagai asal-usul
penamaan Pahawang, tidak ada penduduk Pahawang yang berani merusak hutan di
kawasan bukit. Hal ini tentu bermanfaat positif terhadap perkembangan ekologi
di hutan tersebut. Hutan yang terjaga menjadi semakin hijau dan lestari. Cerita
ini mengingatkan saya kepada makam yang dianggap keramat di Gunung Geulis,
Jatinangor. Di puncak gunung, menurut cerita yang beredar terdapat sebuah makam
yang merupakan makam putri paling “geulis” (cantik). Terlepas dari benar atau
tidaknya cerita tersebut, cerita itu membuat saya dan beberapa teman yang naik
ke atas sana takut mau melakukan hal yang akan merusak alam sekitar. Bahkan
setelah sampai puncak pun, mau berbicara dan tertawa keras-keras rasanya agak
sungkan. Sebegitu kuatnya cerita legenda mengendalikan tingkah laku kita. J
Kedua, nama Pahawang berasal dari kata Bahasa Lampung yaitu Pahawang yang
berarti pemberian suplai makanan dari pesisir Pesawaran menuju pulau ini.
Penduduk yang tinggal di Pahawang dipercaya berasal dari pesisir Pesawaran.
Kedua cerita tersebut tidak ada yang bisa dipastikan kebenarannya dan terus
diceritakan dari mulut ke mulut. Tentu ini semakin memperkaya kearifan lokal di
Pulau Pahawang. Ada pesan-pesan tersembunyi yang bisa kita teruskan
kepada generasi mendatang untuk menjaga kelestarian alam Pahawang.
Upaya Pemerintah Menjadikan
Pahawang sebagai Tujuan Wisata Dunia.
Menurut buku “Marketing in Venus” karya Hermawan
Kartajaya, kemajuan teknologi informasi ternyata tidak menjadikan manusia
menjadi robot melainkan justru sebaliknya, menjadikan manusia seutuhnya yang
pekat dengan emosi dan perasaannya. Manusia menjadi lebih interaktif di mana emotional quotient lebih unggul dari intelligence quotient. Feel menjadi lebih penting daripada think. Hal ini terbukti dari semakin
dikenalnya Pahawang oleh masyarakat luas. Buzz
marketing menjadi strategi promosi
yang paling ampuh. Buzz marketing
sendiri bukan merupakan hal yang baru melainkan telah dikenal sejak zaman
dahulu sebelum adanya internet bahkan surat kabar. Kita mungkin lebih akrab
dengan istilah 'dari mulut ke mulut'. Masyarakat akan menyebarkan cerita yang
menyentuh emosi mereka. Pahawang adalah sebuah
paket komplit. Pulau ini memiliki segala keindahan yang dapat menyentuh emosi
manusia. Mulai dari hamparan pasir putihnya juga pesona biota bawah lautnya.
Bahkan Pulau Pahawang juga sempat dinominasikan oleh Kementerian Pariwisata
sebagai salah satu pulau surga tersembunyi terpopuler (Most Popular Hidden Paradise) dalam Anugerah Pesona Indonesia 2016.
Tapi tentu tidak boleh berhenti di situ, banyak faktor yang tentu akan dibenahi
hingga Pahawang dapat menjadi tujuan wisata dunia.
Berkembangnya wisata Pahawang sejalan dengan upaya
pemerintah Provinsi Lampung untuk mengembangkan wisata Pantai Barat Lampung.
Dukungan terhadap pengembangan destinasi pantai barat ini dalam bentuk
perbaikan infrastruktur jalan dan jembatan. Misalnya, perbaikan jembatan Way
Hanura II di Desa Hanura, jembatan Way Umbar sebagai penghubung Pesawaran dan
Tanggamus. Selain itu, pemerintah daerah juga akan menggelar Festival Pahawang
Teluk Ratai pada 25-27 November 2016. Festival pertama yang akan diadakan di
Pahawang ini bertujuan untuk menarik mata masyarakat lokal maupun asing tentang
keberadaan Pahawang sebagai ikon pariwisata.
Sama
halnya dengan kafe-kafe di Bandar Lampung yang mulai menjamur, tempat baru
dengan setting yang cozy tentu akan menarik orang
berduyun-duyun ke sana. Mungkin hanya sekali dan tidak kembali lagi karena soal
rasa atau fasilitas, itu nomor dua, yang penting sudah ke sana. Hal ini
berlaku pula dengan tempat pariwisata di Lampung, saat sebuah tempat mulai ‘hits’ terdengar, ramai orang akan berkunjung,
tapi jika tidak didukung oleh insfrastruktur yang baik dan sumber daya manusia
yang siap dan sadar wisata, bukan tidak mungkin Pulau Pahawang hanya akan
menjadi tujuan wisata yang ‘asal pernah’ saja. Sumber daya manusia yang siap
dan sadar wisata itu harus dibentuk dari sekarang. Diharapkan, masyarakat
Pahawang dan pelaku wisata dapat menciptakan suasana yang ramah dan dapat
membuat nyaman dan aman wisatawan yang mengunjungi Pulau Pahawang. Perlu juga
ada cenderamata khusus yang khas Pulau Pahawang. Yang sudah ada saat ini
misalnya dodol bakau, keripik bakau, dan sirup bakau. Semoga ke depannya, Pulau
Pahawang yang berawal dari sebuah legenda ini benar-benar bisa menjadi tujuan
wisata penduduk dunia sama seperti Bunaken dan Raja Ampat.
Sumber gambar : https://eloratour.wordpress.com/tag/pahawang/
Untuk kalian yang ingin berkunjung ke Pulau Pahawang namun
masih bingung dengan transportasi dan tips-tips berwisata ke Pulau Pahawang,
bisa mampir ke artikel ini : Ingin ke Pahawang? Baca Ini Dulu!
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAda yang bilang Puhawang. Ada juga yang nyebut Pahawang. Keduanya sama aja. Sama-sama destinasi yang menarik. Setuju khan?!
BalasHapusSetuju, setuju...pokoknya mudah-mudahan ke depannya Pahawang bisa jadi kayak Bunaken dengan pengelolaan yang lebih baik lagi.
HapusKalo bisa d tambahkan foto pahawang, dari masa ke masa. Terus berkarya yah
BalasHapusTerima kasih masukannya. Mudah-mudahan bisa menjadi motivasi untuk terus lebih baik lagi dalam berkarya :)
Hapuspahawang....
BalasHapusbanyak cerita dan kenangan disana, 4 hari 3 malam menciptakan banyak cerita yang sampai sekarang sering dibahas ketika kumpul dengan teman-teman kuliah.
ada aturan yang tidak memperbolehkan adanya aktifitas lewat dari jam 11 malam. juga ada cerita tentang makam anak-anak di atas lereng bukit pinggir pantai yang kadang suka terdengar suara anak kecil bermain, juga cerita teman yang melihat sosok yang bermain duduk di atas pohon dekat dermaga pada malam hari.
hmm..
tapi dari itu semua saya salut sama kawan yang nyusul berangkat sendiri ke pahawang. fyi, kita nginep disana karena lagi praktikum kuliah loh, karena tahun 2006 pulau pahawang ga setenar sekarang, bahkan kegiatan travelling eksplore spot wisata di lampung belom se gencar sekarang.
btw, majulah wisata lampung... tapi jangan lupa majukan juga daya dukung alamnya supaya terjaga sustainability-nya.. :)
Wah, jadi penasaran dengan wajah Pahawang tempo dulu sebelum sehits sekarang. Kadang cerita-cerita mistis itu malah menjadi daya tarik tersendiri buat pengunjung.
HapusIya setuju, selain memajukan pariwisata Lampung, sumber daya alamnya juga harus dijaga. Masyarakat harus terus dididik untuk menjadi masyarakat yang sadar perannya sebagai penikmat dan juga penjaga kekayaan alam.
pahawang ....
BalasHapusKayaknya indah. Jadi penasaran. Semoga pariwisata Indonesia semakin maju dan semakin banyak orang yang mengenal surga-surga tersembunyi di Indonesia.
Indah banget, Deas. Harus sempat main ke sini kalau ke Lampung ya.
HapusMbak, mbak... Aku pengen bikin pengakuan: aku belum pernah ke Pahawang. Aku jadi malu. Hiks... :(
BalasHapusPengen ke sana tapi gak ada temennya. Mana enak pergi sendirian. Iya kan?
Nggak papa, Kiiim...tar aku temenin. Kita main air sekalian sunbathing biar eksotis wkwkw...
Hapus